Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Infeksi Parasit Soil Transmitted Helminth (STH): Penularan hingga Pencegahan
22 April 2022 9:10 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Vella Rohmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Infeksi parasit Soil Transmitted Helminth (STH) di dunia masih cukup tinggi. Ditemukan jumlah kasus sebanyak 1,5 miliar atau sebesar 24% dari total populasi dunia yang dinyatakan pernah terinfeksi oleh Soil Transmitted Helminth (STH) atau cacing golongan Nematoda usus yang siklus penularannya membutuhkan tanah.
ADVERTISEMENT
Penyakit ini terdistribusi luas di daerah tropis maupun subtropis (WHO, 2019). Negara China, Asia Timur, dan sub-Saharan Afrika menjadi lokasi terbesar dari penyebaran infeksi parasite cacing Nematoda usus (Wijaya, 2018).
Infeksi kecacingan menjadi salah satu penyakit endemic kronik yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Penyakit ini umumnya tidak bersifat mematikan, namun jika dibiarkan tanpa adanya pengobatan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang cukup serius mulai dari terjadinya gangguan pencernaan, anemia, kekurangan vitamin dalam tubuh hingga terjadinya kematian (Ningsi dkk, 2021).
Adapun cacing parasite Nematoda usus yang termasuk dalam kelompok Soil Transmitted Helminth (STH) yang sering menginfeksi manusia adalah spesies Ascaris Lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Thricuris trichiura, strongyloides strercoralis (Asri,dkk, 2020).
Siklus Penularan Parasit STH
ADVERTISEMENT
Manusia menjadi hospes definitif utama pada semua jenis Nematoda yang bersifat parasitik. Hospes perantara umumnya tidak dibutuhkan pada siklus penularan parasite ini. jadi cacing parasite Soil Transmitted Helminth (STH) bisa menginfeksi manusia ketika bersentuhan atau melakukan kontak langsung dengan tanah.
Selain itu ada beberapa factor lain yang ikut mempengaruhi terjadinya resiko penularan penyakit ini, yaitu sanitasi, tingkat pendidikan dan pola hidup kurang bersih (Elfred dkk, 2016).
Adapun penyebab terjadinya infeksi dapat terjadi ketika kita tidak sengaja menelan telur infketif dan atau embrio cacing infektif bersama makanan maupun minuman yang kita konsums, tidak sengaja menelan kista embrio cacing yang ada pada daging, larva cacing infektif menembus kulit, ditularkan melalui vector serangga khusus pada spesies Wuchereria banorofti, Brugia malayi. Kemudian terinfeksi ketika tidak sengaja menghirup udara yang mengandung stadium infektif, contohnya penularan spesies Enterobiasis vermicularis dan Ascaris lumbriacoides.
ADVERTISEMENT
Petani menjadi salah satu kelompok yang beresiko terinfeksi parasite ini, mengingat pekerja petani dalam kesehariannya selalu melakukan kontak dengan tanah. Ketika bercocok tanam tidak memakai APD atau sarung tangan. Sehingga kemungkinan tanah menempel pada kuku petani sangat besar, hal ini menyebabkan resiko untuk terinfeksi oleh cacing parasite menjadi tinggi, karena cacing parasite yang terdapat di kuku akan dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh atau tertelan ketika makan.
Selain petani anak-anak juga memiliki kemungkinan tinggi untuk terinfeksi parasite ini, mengingat anak-anak mempunyai kecenderungan bermain pasir dan makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
Berdasarkan Hasil penelitian Parweni (2018) menggunakan sampel kuku petani di Desa Bug-bug Kec. Lingsar Kab. Lombok Barat ditemukan sebanyak 7,14% sampel yang positif terinfeksi Nematoda usus. sedangkang berdasarkan penelitian Umamah (2019) pada sampel kuku petani di desa Ngagrong kec. Ampel Kab. Boyolali tidak ditemukan sampel yang terinfeksi oleh parasite nematoda usus.
ADVERTISEMENT
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Nugraha, dkk (2019) didapatkan sebanyak 3 orang (4.9%) positif yang terinfeksi cacing dengan rincian ditemukannya telur cacing Ascaris lumbricoides (cacing gelang) 3 orang (4.9%), telur Trichuris trichiura (cacing cambuk) 1 orang (1.6%) dan tidak ditemukan telur cacing tambang.
Bahaya Infeksi Parasit STH
Infeksi parasite STH spesies Ascaris lumbricoides dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang serius. Infeksi berat, terutama pada anak kecil dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang berakibat pada terjadinya gangguan pertumbuhan. Selain itu juga dapat menyebabkan gangguan penyerapan protein sehingga anak mengalami anemia akibat kekurangan gizi.
Pada orang dewasa menimbulkan gangguan kesehatan yang serius ketika terjadi migrasi larva cacing dan atau cacing dewasa melalui aliran darah dari usus ke organ tubuh lainnya, seperti paru-paru, lambung, hidung, mulut, dan lain seterusnya. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penyumbatan saluran nafas pada penderita, abses hati, pankreaatitis, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Sedangkan infeksi larva filariform dapat menimbulkan dermatitis intrakutan, yang mana ketika penderita menggaruk bagian tersebut dapat menimbulkan infeksi sekunder.
Pada parasite STH spesies Strongyloides stercolaris menyebabkan dermatitis disertai urtikaria dan pruritus. Ketika terjadi migrasi larva ke organ paru-paru menimbulkan terjadinya pneumonia dan batuk darah. Sehingga infeksi berat dapat meyebabkan terjadinya kematian.
Cara Pencegahan Infeksi Parasit STH
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi parasite STH adalah menghindari pemakaian kotoran hewan menjadi pupuk maupun bahan bakar. Mencuci bersih dan memasak sayuran terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Menegakkan prinsip hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menjaga sanitasi pembuangan feses. Kemudian mengobati penderita untuk memutus rantai penularan, serta melakukan edukasi pada masyarakat.
ADVERTISEMENT