Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kampanye Politik Ramah Lingkungan pada Era Digital
30 Agustus 2020 11:41 WIB
Tulisan dari Vella Rohmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebentar lagi kita akan melakukan pesta demokrasi, yaitu diselenggrakannya pemilihan kepada daerah (PILKADA) serentak pada tanggal 9 Desember 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
Menjelang masa pemilihan biasanya para kandidat yang mencalonkan diri sebagai pemimpin akan melakukan kampanye untuk menarik simpati masyarakat.
Perhelatan pemilu biasanya ditandai dengan munculnya banyak atribut kampanye seperti umbul-umbul, poster, spanduk, brosur dan seterusnya. Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengenalkan calon serta visi misi yang ditawarkan oleh masing-masing kandidat.
Banyaknya atribut kampanye yang bertebaran disepanjang jalan tentu akan mengganggu kenyamana dan keindahan suatu tempat. Bukan hanya itu saja namun atribut kampanye tersebut juga akan menjadi problem sampah yang serius pada setiap perhelatan pemilu maupun pilkada.
Proses pemilihan yang bertujuan untuk menjadikan negara lebih baik, malah menimbulkan masalah penumpukan sampah karena banyaknya atribut kampanye politik yang dibuat. Hal ini tentu akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
ADVERTISEMENT
Problem Sampah di Indonesia
Sampah telah menjadi masalah yang kompleks dan berkepanjangan di Indonesia. Hampir semua daerah yang berada di Indonesia mengalami kendala dalam proses penanganan dan pengelolaan sampah.
Indonesia menghasilkan sampah sebesar 66-67 juta ton pada tahun 2019. Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 64 juta ton. Hal ini berarti terjadi peningkatan produksi sampah sebesar 2-3 ton di Indonesia dari tahun 2018 ke tahun 2019.
Negara Indonesia menduduki peringkat ke dua di dunia setelah negara China terkait kasus pencemaran sampah plastik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sistem pengelolaan sambah di Indonesia masih tergolong buruk. Diperkirakan pencemaran sampah plastik di Indonesia akan terus mengalami peningkatan.
ADVERTISEMENT
Sehingga proses pemilu maupun pilkada diharapkan tidak meninbulkan masalah sampah baru atau tidak turut andil dalam menyumbang problem sampah di Indonesia.
Atribut Kampanye menjadi Problem Sampah Baru
Pemasangan atribut kampanye semakin mengabaikan nilai etika dan estetika. Spanduk, baliho, umbul-umbul partai politik serta atribut kampanye lainnya biasanya dipasang sembarangan di pinggir jalan, tiang listrik, pohon, serta fasilitas umum lainnya. Hal ini menyebabkan ruang publik menjadi kehilangan nilai estetika karena dipenuhi dengan timbunan sampah visual.
Pembuatan atribut kampanye juga membutuhkan biasa yang tidak sedikit. Diketahui bahwa sebagian besar dari dana partai politik dikeluarkan untuk mengadakan atribut kampanye yang justru menimbulkan permasalahan yang kompleks terhadap lingkungan.
Penyelenggraan pilkada serentak di 171 daerah pada tahun 2018 menghabiskan dana sebesar Rp 11,4 trilliun. Biaya tersebut dianggarkan oleh pemerintah melalui APBN dan APBD yang berasal dari pajak rakyat. Pengadaan alat peraga kampanye memakan biaya sekitar 20-30% dari total anggaran dana yang dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
Perlu dilakukan langkah penghematan untuk menekan biaya penyelenggaraan pemilu, salah satunya yaitu dengan melakukan kampanye lewat media online.
Karena terjadinya masa pandemi telah menyebabkan kenaikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020 yang digunakan untuk membiayai penanganan penyakit COVID-19.
Kampanye Ramah Lingkungan melalui Media Online
Dilakukannya ajang pemilihan pemimpin baru seharusnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan keberlangsungan lingkungan hidup. Era digital yang identik dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi tentu dalam menjadi solusi untuk mewujudkan kampanye yang ramah lingkungan.
Terlebih saat masa pandemi yang membuat aktivitas kita menjadi terbatas, dimana sebisa mungkin kita diharuskan untuk tetap tinggal di rumah. Hal tersebut menjadikan tawaran untuk beralih menggunakan ruang cyber atau dunia maya sebagai tempat melakukan kampanye politik.
ADVERTISEMENT
Kampanye politik lewat media online tentu lebih efektif dan efisien karena para kandidat politik dapat melakukan kampanye dengan tetap berada di rumah. Selain itu biaya yang dibutuhkan juga lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pembuatan atribut kampanye seperti bander, brosur, dan seterusnya,
Para calon politik dapat membentuk citranya sedemikian rupa pada kanal media online, sehingga dapat membuat masyarakat menjadi tertarik atau simpati terhadapnya. Mereka dapat memperkenalkan dirinya, latar belakang keluarganya, pendidikan, visi misi serta bahan lainnya yang dapat dikampanyekan.
Selain itu berdasarkan prediksi terbaru yang dipaparkan oleh firma global asal Amerika Serikat, We Are Social, menyebutkan bahwa pada akhir bulan Februari 2020 pengguna internet di Indonesia adalah sebesar 175,4 juta atau mengalami peningkatan 17% dari tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Jadi terdapat 64% atau lebih dari separuh penduduk Indonesia yang telah mengakses media online dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu tentu dapat menjadi potensi besar, jika para kandidat politik mampu mengoptimalkan kampanyenya lewat dunia maya seperti twitter, Instagram, facebook, serta kanal media online lainnya.
Kandidat dapat melakukan kampanye kapanpun dan dimanapun, tanpa dibatasi oleh adanya ruang dan waktu. Sehingga mereka tak perlu bersusah payah untuk membuat deretan atribut kampanye seperti spanduk, brosur dan lain-lain yang justru menimpulkan berbagai problem.
kita dapat mewujudkan proses pemilihan yang ramah lingkungan dengan melakukan kampanye politik lewat media online. Hal itu dapat dioptimalkan oleh para calon politik untuk meraih kemenangan. Terjadinya masa pandemi yang ditopang dengan kemajuan teknologi tentu menjadikan kampanye lewat media online sangat relevan untuk dilakukan saat ini.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai pesta demokrasi yang merupakan sesuatu hal yang begitu sakral malah mewariskan sampah bagi generasi mendatang.
Kampanye politik melalui media online dapat menjadi solusi kampanye ramah lingkungan serta memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih efektif dan efisien, memerlukan biaya yang lebih murah, dan dapat meminimalisir terjadinya penumpukan sampah atribut kampanye.