Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Manusia, Lingkungan, dan Kesehatan
2 Juli 2020 8:58 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Vella Rohmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terjadinya pandemi Covid-19 telah membuat kehidupan manusia saat ini menjadi begitu dramatis dan penuh dengan risiko di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Walaupun saat ini kita telah memasuki masa new normal, yang berarti bahwa setiap orang kini sudah bisa kembali menjalani rutinitas seperi biasanya dengan menerapkan protokol kesehatan.
Namun kondisi lingkungan saat ini memang tak lagi sama seperti sebelumnya. Kebebasan kita seolah dibatasi, karena kita tak lagi dapat melakukan kegiatan secara leluasa seperti dulu.
Kemunculan tragedi ini merupakan imbas dari sifat kerakusan dan keserakahan manusia yang terus melakukan eksploitasi terhadap alam maupun satwa liar.
Pandemi ini juga seharusnya dapat menyadarkan kita, bahwa inilah saat yang tepat untuk memperbaiki relasi antara manusia dengan alam.
Manusia dan Lingkungan
Subordinasi terhadap alam terjadi karena sifat egoisme manusia. Karena relasi yang dibangun antara manusia dengan alam adalah relasi subjek dengan objek.
ADVERTISEMENT
Bahwa manusia dan alam merupakan suatu entitas yang terpisah serta dapat berdiri sendiri. Dan seolah-olah manusia memiliki eksistensi lebih tinggi yang kemudian menjadikannya sebagai pusat dari alam itu sendiri.
Padahal menurut McFague (1993) relasi antara manusia dengan alam merupakan relasi antara subjek dengan subjek. Ia berpendapat bahwa alam secara keseluruhan merupakan sebuah subjek, yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh manusia.
Alam dan manusia sejatinya memang memiliki hubungan yang dinamis, artinya baik alam maupun manusia sama-sama dapat mengatur kondisi lingkungan dimana mereka tinggal.
Namun secara historis, alam mungkin lebih memiliki keunggulan. Karena pada dasarnya manusia hanya bisa menerima keadaan yang tidak diinginkannya sebagaimana saat terjadinya bencana alam maupun bencana kesehatan seperti pandemi Covid-19 ini.
ADVERTISEMENT
Lingkungan dan Kesehatan
Kondisi kesehatan masyarakat sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan hidup. Menurut keterangan dari Nila F Moeloek selaku Menteri Kesehatan RI menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan dan 10% faktor genetik atau keturunan (22/2/2019).
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa kondisi lingkungan ternyata sangat mempengaruhi kesehatan suatu masyarakat. Walaupun masih ada yang beranggapan bahwa tidak ada keterkaitan antara kesehatan masyarakat dengan kelestarian alam.
Munculnya penyakit bukan serta merta karena ketidakmampuan seseorang dalam menjaga kesehatannya saja. Namun lebih terkait pada munculnya dampak negatif, seperti terjadinya pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari kebijakan-kebijakan yang tidak pro terhadap keberlangsungan alam.
ADVERTISEMENT
Seperti penggunaan kendaraan bermotor secara berlebihan yang akhirnya memicu peningkatan kadar karbon monoksida di udara, yang menyebabkan terjadinya sakit kepala, gangguan pernafasan, depresi yang dalam jangka panjang tentu akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius.
Sehingga perlu adanya perbaikan regulasi terkait kebijakan yang tidak pro terhadap keberlangsungan alam, baik kebijakan ekonomi, politik, pembangunan, transportasi serta berbagai kebijakan lainnya. Jika kebijakan tersebut terus diterapkan maka pada akhirnya manusialah yang akan menjadi pihak paling dirugikan.
Karena walaupun manusia merupakan mahluk yang kuat dalam akal pikiran, namun sebenarnya manusia merupakan mahluk yang memiliki kondisi jasmani lebih lemah jika dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya.
Inilah yang kemudian menjadikan manusia sebagai kelompok yang rentan terkena dampak dari terjadinya kerusakan alam. Sehingga kondisi lingkungan yang buruk akan berimbas pada penurunan kondisi kesehatan manusia.
ADVERTISEMENT
Penerapan new normal seperti selalu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan seterusnya. Akan berujung pada kesia-siakan jika pada akhirnya manusia terus berupaya untuk melakukan eksploitasi terhadap alam.
Kebutuhan Manusia dan Daya Dukung Lingkungan
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selama masa pandemi ini di Indonesia terjadi kenaikan angka kehamilan sebesar 30 persen. Hal ini tentu akan menyebabkan kenaikan terhadap kebutuhan bahan pangan masyarakat.
Kenaikan jumlah populasi tentu akan membuat beban alam untuk menyediakan kebutuhan manusia menjadi semakin besar dan pada akhirnya akan mendorong terjadinya eksploitasi terhadap sumber daya alam.
Terjadinya eksploitasi terhadap alam akan berujung pada terjadinya kerusakan ekosistem, yang menyebabkan terganggunya proses aliran energi, siklus materi, pertumbuhan, perkembangan dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Ketika terjadi penurunan kualitas atau daya dukung lingkungan, maka akan membuat kita harus bertarung lebih lama menghadapi pandemi Covid-19 ini. Bahkan mungkin Covid-19 selamanya akan menjadi penyakit pandemi.
Sehingga esensi pelajaran yang dapat diambil dari terjadinya pandemi ini adalah kita harus bisa menerapkan kehidupan normal baru yang lebih baik dari kehidupan normal sebelumnya, yaitu dengan cara memperbaiki sudut pandang kita dalam memposisikan alam.
Bahwa alam dan manusia memiliki relasi yang sama, dimana antara keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Antara alam dan manusia masing-masing memiliki hak yang harus dijaga.
Agar antara alam dan manusia dapat terus berjalan selaras dan seimbang. Manusia harus terus berupaya untuk menjaga keberlangsungan alam, supaya alam dapat terus menopang dan menyediakan segala kebutuhan hidup manusia.
ADVERTISEMENT