news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dan Potensi Peningkatan Penyakit Zoonosis

Vella Rohmayani
Pengajar di Prodi S.Tr TLM FIK UMSurabaya, pengurus MTCC UM Surabaya, anggota Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur dan sebagai anggota PUSAD (Studi Anti Korupsi dan Demokrasi) di UMSurabaya
Konten dari Pengguna
26 Desember 2022 20:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vella Rohmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kerusakan hutan; dokumentasi pixels.com
zoom-in-whitePerbesar
Kerusakan hutan; dokumentasi pixels.com
ADVERTISEMENT
Salah satu ancaman terjadinya perubahan lingkungan adalah terjadinya peningkatan resiko penyakit zoonosis. Kalimantan merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang menjadi target ekspoitasi alam. Diketahui bahwa laju deforestasi di wilayah tersebut sangat masif dilakukan.
ADVERTISEMENT
Deforesitasi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit zoonosis. Oleh sebab itu pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan, tentu secara tidak langsung dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit zoonosis.
Kerusakan Lingkungan,Kesehatan Manusia dan Zoonosis
Terdapat 3 faktor utama terjadinya penularan penyakit, yaitu host, agen dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat mengintegrasikan antara komponen agen dan hospes. Kondisi yang terjadi pada lingkungan akan mempengaruhi kondisi hospes.
Hal tersebut membuat lingkungan berperan menjadi factor yang menetukan terjadinya interaksi maupun gagalnya interaksi antara agen penyebab penyakit dengan hospes.
Hendrik L. Blum (1974) menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan dan 10% faktor genetik atau keturunan. Dapat dilihat bahwa lingkungan merupakan factor terbesar yang mempengaruhi kesehatan manusia.
ADVERTISEMENT
Penurunan kualitas lingkungan membuat hospes akan lebih peka atau mudah tertular suatu penyakit. Karena sebenarnya munculnya penyakit bukan serta merta karena ketidakmampuan seseorang dalam menjaga kesehatannya saja. Namun lebih terkait dengan terjadinya pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap keberlangsungan alam.
Penurunan kualitas lingkungan juga membuat agent mendapatkan kemudahan dalam menimbulkan penyakit, bahkan dapat memicu Memicu munculnya wabah penyakit baru zoonosis yang berbahaya dan tentu dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia.
Laporan IDEEAL menyebutkan alih fungsi hutan menjadi pemicu terbesar penyebaran penyakit zoonotik, dengan persentase sebesar 31%.
Penularan penyakit zoonosis tidak serta merta menular kepada manusia, namun dilatarbelakangi oleh kasus degradasi lingkungan.
Adapun degradasi lingkungan dapat disebabkan oleh terjadinya degradasi lahan, eksploitasi satwa liar dan eksploitasi sumber daya alam. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi cara hewan dan manusia dalam berinteraksi
ADVERTISEMENT
Di Indonesia degradasai lahan menjadi factor utama penyebab penyakit zoonosis. Mengingat salah satu kegiatan eksploitasi yang masif dilakukan di Indonesia terjadi pada sektor kehutanan.
Enveronmental Research Letters (2019) menyatakan bahwa beberapa kasus yang menyebabkan terjadinya deforestasi di Indonesia adalah karena pengubahan hutan menjadi lahan perkebunan serta pertanian, penebangan pohon, pertambangan, pembangunan, dan seterusnya.
Akibat deforestasi hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat atau jasa ekologis pada manusia. Tidak hanya itu saja, deforestasi juga mengubah hutan menjadi sumber malapetaka, karena menyebabkan berbagai macam bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, erosi tanah dan seterusnya.
Selain itu beragam jenis satwa liar juga terancam kehilangan tempat tinggal akibat deforestasi. Hal ini menyebabkan terjadinya kepunahan spesies dan atau diaspora satwa ke kawasan pemukiman warga.
ADVERTISEMENT
Hutan bukan hanya menjadi habitat berbagai hewan liar, namun juga menyimpan berbagai patogen berbahaya seperti virus, bakteri dan parasite yang tinggal dalam tubuh hewan tersebut.
Semakin tinggi laju deforestasi pada hutan di Indonesia, semakin meningkatnya risiko penyebaran penyakit zoonosis. Dampaknya dapat lebih besar jika dibarengi dengan peningkatan jumlah populasi dan terjadinya peningkatan mobilitas.
IKN dan Potensi Peningkatan Zoonosis
Zoonosis adalah penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Zoonosis dapat disebabkan oleh patogen seperti bakteri, virus, serta parasit.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan 60 persen penyakit manusia berasal dari hewan atau zoonosis. Ancaman zoonosis semakin berlanjut jika tanpa tindakan perlindungan satwa dan pelestarian alam.
ADVERTISEMENT
Penyakit zoonosis endemic yang terabaikan dapat membunuh ±2 juta orang per tahun. Terutama menyasar orang yang berpenghasilan menengah kebawah.
Menyebabkan kerugian ekonomi negara hingga ribuan triliun. Selain mengancam kesehatan manusia, Penyakit infeksi baru (PIB) zoonosis pun perlu menjadi perhatian, karena dapat mengancam kesehatan global serta ketahanan pangan.
Sumber penyakit zoonosis ada di wilayah tropis, termasuk di negara Indonesia. Kalimantan merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang berperan menjadi paru-paru dunia karena memiliki hutan seluas ±40,8 juta hektar. Sayangnya laju deforestasi di Kalimantan terjadi begitu cepat.
Kasus deforestasi di Kalimantan membuat terjadinya wabah malaria yang menyebabkan kematian sebesar ±400.000 orang pada tahun 2018.
Merujuk pada data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kalimantan Timur yang menjadi target wilayah IKN, sampai saat ini juga masih termasuk sebagai daerah endemis malaria.
ADVERTISEMENT
Wacana pemindahan Ibu Kota Negara baru, Nusantara ke Kalimantan tentu berpotensi meningkatkan terjadinya laju pengubahan lahan dan secara tidak langsung akan meningkatkan potensi resiko penyakit zoonosis.
Perlu dilakukan pembangunan yang mendukung keberlangsungan alam, dilakukan koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antar sector terkait baik kementrian kesehatan, Kementerian Pertanian, kementrian LKH serta Kementrian Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan, serta pihak-pihak terkait lainnya.
Sehingga terjadi keseimbangan karena manusia, hewan, dan lingkungan sama-sama memainkan peran penting dalam menjaga keberlangsungan alam. Dengan begitu harapannya laju penyakit zoonosis dapat dikendalikan ketika Ibu Kota Negara baru, Nusantara dipindah ke Kalimantan.