Konten dari Pengguna

Museum Nasional Sophiahof dibuka oleh Raja Belanda

KBRI Den Haag
Akun Resmi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda
1 Juli 2019 4:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KBRI Den Haag tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Raja Willem-Alexander meresmikan Museum Nasional Sophiahof (foto oleh NOS)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Willem-Alexander meresmikan Museum Nasional Sophiahof (foto oleh NOS)
ADVERTISEMENT
Museum Nasional Sophiahof pada 27 Juni 2019 telah dibuka secara resmi oleh Raja Belanda Yang Mulia Willem-Alexander bersama dengan 5 orang penanggung jawab museum yang berasal dari 5 organisasi: Pusat Peringatan Hindia Belanda, Yayasan Museum Sejarah Maluku, Platform Hindia Belanda, Yayasan Pelita dan Yayasan Peringatan Nasional 15 Agustus 1945. Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja juga turut hadir dan menyaksikan secara langsung peresmian dimaksud.
ADVERTISEMENT
Museum Nasional Sophiahof adalah Pusat Pengetahuan, Budaya dan Pertemuan yang bertujuan untuk menghubungkan serta memperkenalkan masa lalu dan masa kini Hinda Belanda dan Belanda tidak hanya kepada generasi sekarang tetapi juga kepada khalayak luas, yang mana sejarah dan budaya komunitas Hindia Belanda dan Maluku memegang peran penting. Museum tersebut menyediakan informasi komprehensif tentang sejarah perjuangan dalam melawan penjajahan selama dan setelah Perang Dunia Kedua, baik di Belanda maupun di Hindia Belanda.
Prosesi pembukaan diawali dengan meletakkan 6 kelopak bunga melati yang dirangkai sehingga menjadi sebuah bunga melati yang utuh. Setelah lima dari organisasi yang berfungsi sebagai penanggung jawab museum meletakkan kelopak bunga mereka, Raja Willem-Alexander meletakkan kelopak bunga yang terakhir. Bunga melati oleh orang-orang Hindia-Belanda digunakan sebagai simbol penghormatan, kekaguman dan empati.
ADVERTISEMENT
Acara kemudian dilanjutkan dengan rangkaian pidato dari beberapa pihak. Blokhuis, Sekretaris Negara Kerajaan Belanda di hadapan Duta Besar RI menyampaikan mengenai rasa sakit dan kesedihan dari orang-orang Indonesia saat datang ke Belanda, yang ketika itu masih disebut sebagai Hindia-Belanda. Selain itu disampaikan pula bahwa beliau masih teringat bagaimana orang-orang Indonesia dan Maluku yang tiba setelah masa perang, namun sempat mendapatkan perlakuan dingin dari beberapa pihak.