Konten dari Pengguna

Toxic Parenting Anak dalam Keluarga

Keisya Najwa Al Arasy
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarata
14 Desember 2022 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Keisya Najwa Al Arasy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata Toxic Parenting sudah tidak asing lagi didengar oleh telinga kita atau bahkan beberapa anak pernah merasakan toxic parenting tersebut.
ADVERTISEMENT
Toxic Parenting itu apa sih? mari kita simak berikut ini.
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
Toxic dalam bahasa Indonesia berarti racun sedangkan parenting adalah mengasuh. Jadi, toxic parenting adalah pengasuhan beracun, maksudnya yaitu pola asuh yang dilakukan oleh keluarga khususnya orang tua yang keliru dan tanpa sadar dapat melukai psikologis anak.
Toxic parenting biasanya akan terjadi berulang kali seperti mata rantai. Toxic parenting yang dilakukan oleh orang-orang bisa jadi korban dari toxic parenting dari orang tua mereka sebelumnya. Pengalaman toxic parenting lama kelamaan akan menumpuk, sehingga tanpa sadar mereka melakukan hal yang sama kepada anaknya.
Toxic parent adalah orang tua yang toxic dalam membesarkan anak, seperti mengutamakan keinginan sendiri, tidak mempedulikan perasaan dan pendapat anaknya, merawat anaknya sesuka hati tanpa peduli jika anak juga memiliki hak atas kehidupannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian Jennifer, toxic parenting juga sangat memengaruhi akademik anak. Anak dengan toxic parenting tinggi akan memiliki nilai akademik yang rendah. Sebab itu lah para orang tua harus memperhatikan bahwa toxic parenting harus dihindari demi masa depan anaknya.
Toxic parenting anak dalam keluarga memiliki efek negatif yang kuat pada hubungan orang tua dan anak. Disatu sisi orang tua ingin agar anaknya menuruti apa yang diinginkan orang tuanya, di sisi lain anak juga memiliki privasinya sendiri yang harus dihormati. Pola asuh seperti ini menyebabkan anak membenci orang tuanya, walaupun apa yang diminta oleh orang tuanya demi kebaikan anak.
Namun orang tua harus menyadari bahwa dalam menerapkan pola pengasuhan seharusnya sesuai dengan apa yang dibutuhkan, harus memilah dengan baik jangan sampai menjadi toxic parents bagi anaknya sendiri.
ADVERTISEMENT
Dengan cara ini, anak merasa diakui, di hargai, dicintai, dan tidak hanya diminta menuruti keinginan orang tuanya. Orang tua adalah cerminan yang dilihat dan ditiru oleh anak anaknya, jika pengasuhan terhadap anak tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka timbul konflik masalah baik antara anak dan orang tua maupun dengan anak itu sendiri dan lingkungan.
Pola asuh meliputi segala bentuk dan proses interaksi antara orang tua dan anak yang dapat memengaruhi kepribadian anak. Pola asuh anak sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan, karakter, keterampilan, kecakapan hidup, mental dan moralitas yang memadai. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keberhasilan membesarkan anak memegang peranan penting mengingat seorang anak lahir dan berkembang bersama orang tua.
ADVERTISEMENT
Ciri-ciri toxic parenting
Tentunya sebagai orang tua tidak ingin melakukan toxic parenting pada anak, karena dampak yang ditimbulkan sangat luat biasa bahkan akan berlanjut sampai dewasa. Sangat penting orang tua untuk menghindari toxic parenting yang bisa merusak anak.
Ciri-ciri toxic parenting yang harus diwaspadai oleh orang tua, antara lain terlalu mengontrol anak, membentak anak, mencaci maki, menyalahkan atau mengkritik anak, dan egois. Terlalu mengontrol anak terkadang orang tua itu lupa jika anak juga memiliki keinginannya sendiri.
Ketika anak masih kecil, orang tua terlalu takut dan khawatir tentang apa yang mereka lakukan. Takut jatuh saat bermain dengan teman, takut terjadi sesuatu saat anak bermain ke rumah teman karena jauh dari pengawasan orang tua, semua serba tidak boleh. Tidak hanya bayi tetapi juga orang dewasa akan merasa stres ketika mereka tidak melakukan apa apa karena kekhawatiran orang tua mereka. Hal ini menimbulkan kebencian, kekecewaan dan stres si anak kepada orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Mengasuh anak itu sulit dan tidak mudah. Tentu saja, orang tua harus menahan emosinya ketika melihat tingkah laku anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam mengungkapkan emosi agar tidak meledak di depan anak dan menjadi orang tua yang toxic. Orang tua dengan toxic parenting cenderung lebih mudah mengungkapkan perasaannya ketika anak melakukan kesalahan mulai dari perilaku hingga kekerasan verbal (kata-kata kasar) untuk menyalurkan perasaannya. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi anak, baik secara fisik maupun mental. Anak sangat takut ketika orang tua melakukan hal ini, sehingga anak biasanya tertekan dan mungkin membenci orang tuanya.
Menyalahkan dan mengkritik anak bukanlah sikap yang baik. Toxic parenting memberikan label negatif pada anak saat muncul masalah dan menganggap itu salah anak. Orang tua yang baik tidak hanya menyalahkan anak, mereka memberi masukan yang baik kepada anak. Ketika mengkritik orang tua kepada anak, tujuannya agar anak dapat memahami dan mengeksplorasi dirinya sendiri. Setiap anak memiliki kemampuan dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Jadi jangan menyamaratakan anak dengan mengkritik dan menyalahkan mereka tetapi berikan dukungan agar anak bisa menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Dahlan, A. (2022). Karakteristik Toxic Parenting Anak dalam Keluarga. DIAJAR: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 1(2), 190-196.