Konten dari Pengguna

Harapan Palsu dalam Romansa Percintaan: Siapa yang Memberi?

Kelas Cinta
Pusat ilmu relasi cinta dan rumah tangga di Indonesia. Telah terpercaya mengedukasi jutaan pria-wanita semenjak 2006.
9 Agustus 2019 20:57 WIB
clock
Diperbarui 12 Desember 2019 13:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kelas Cinta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jatuh cinta. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jatuh cinta. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seberapa sering Anda menyebut istilah PHP (Pemberi Harapan Palsu)? Itu adalah salah satu keyword populer dalam proses pendekatan dan percintaan. Sebagian besar orang yang gencar menyerukan istilah itu adalah mereka yang melabeli diri sebagai ‘korban’ dari seseorang yang pernah menanamkan harapan palsu, lalu pergi begitu saja meninggalkannya.
ADVERTISEMENT
Begitu mendengar istilah tersebut, khalayak ramai biasanya gesit menyalahkan si pelaku PHP dan berduyun-duyun memberi simpati pada si korban. Sikap-sikap bersahabat seperti mengajak bercanda, meladeni obrolan, memberi perhatian, dan mengajak atau mengiyakan kencan dilukis sebagai kejahatan keji yang tak termaafkan bila tak berujung pada status pacaran.
“Kalau emang enggak mau dari awal, ya harusnya jangan ngajak jalan juga dong. Jangan chatting tiap hari juga dong,” begitu biasanya keluhan dari orang-orang yang merasa diberikan harapan palsu. Sekilas terasa masuk akal, namun sebenarnya agak lucu jika ditelaah lebih seksama.
Coba bandingkan dengan analogi perusahaan yang melakukan psikotes dan interview pada calon kandidat pekerja, lalu tidak memberi kabar kelanjutan apa-apa setelahnya. Layak kah perusahaan disebut PHP jika kandidat itu tidak diterima, padahal sudah sampai ke final interview?
ADVERTISEMENT
Analogi memang tidak pernah bisa sempurna, tapi Anda pasti bisa memahami pesan di dalamnya.
Fase pendekatan alias PDKT di kehidupan romansa sebenarnya tak ubahnya dengan fase recruitment karyawan di dunia kerja. Kedua pihak sama-sama membuka diri dan menawarkan kesempatan. Masing-masing mempertunjukkan keunggulannya jika suatu saat terjadi kerja sama.
Bagaimana jika ternyata salah satu pihak merasa pihak lainnya tidak sesuai ekspektasi? Proses perekrutan itu berhenti dan kedua pihak bisa melanjutkan hidupnya dengan orang-orang lain. Serangkaian tahapan begitu juga terjadi saat PDKT.
PHP dan Delusi Cinta
Kelas Cinta punya pandangan yang berbeda tentang fenomena PHP. Sering kali istilah itu diserukan dalam upaya melepas tanggung jawab dan pelipur lara dari ekspektasi diri yang terlalu jauh. Dengan menuduh dan menyalahkan orang lain memberi harapan palsu, dirinya jadi tidak terlalu terasa sakit, bahkan berhak memamerkan diri sebagai korban.
ADVERTISEMENT
Sikap bersahabat mudah sekali disalahartikan sebagai memberi harapan. Mengajak jalan dan mengiyakan kencan pun mudah disalahartikan terlalu sebagai petanda minat pacaran ataupun keseriusan. Demikian juga dengan kegiatan akhir pekan bersama, saling berkirim pesan setiap hari, dan kontak fisik tertentu.
Kehadiran sikap-sikap itu memang biasanya mengindikasikan minat, tapi sering kali kitalah yang membayangkan masa depan yang terlalu jauh. Akibatnya, kita sendiri yang menghadirkan, menanam, dan menyiram harapan itu di dalam hati sendiri. Ditambah lagi dengan anggapan bahwa PDKT itu harus serius, tidak boleh ‘batal di tengah jalan’ ataupun ‘berubah pikiran.’
Banyak orang berdelusi ada cinta dalam fase PDKT, sehingga mereka melibatkan perasaan dan harapan yang terlalu prematur. Itu sebabnya, ketika seseorang berhenti melakukan sikap-sikap bersahabat dan gerakan PDKT lainnya (atas dasar apa pun), mereka merasa dicurangi, dibohongi, dimanipulasi.
ADVERTISEMENT
Hanya karena dua orang sering ngobrol dan jalan bareng tidak berarti keduanya seserius itu, secocok itu, ataupun menginginkan masa depan bersama. Hanya karena dua orang sering jalan bareng dan intense berkirim pesan tidak berarti keduanya kelak harus jadi sepasang kekasih.
Jadi, setiap kali mendengar seseorang menuding PHP, kita perlu mundur sejenak memperhatikan keadaan: Benarkah ada pihak yang memberikan harapan (atau kata-kata janji)? Ataukah sebenarnya si ‘korban’-lah yang berharap terlalu dini, tinggi, terlarut dalam buaian delusi diri sendiri?
Hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa jatuh cinta menyebabkan level hormon dopamin, adrenalin, dan norepinefrin meningkat, sementara kadar hormon serotonin mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Penurunan kadar serotonin membuat orang yang sedang jatuh cinta merasa cemas dan gelisah. Kondisi ini juga biasa ditemukan pada orang dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Kecemasan dan kegelisahan berlebihan saat jatuh cinta bisa memicu seseorang untuk berpikir terlalu jauh dan menganalisa terlalu banyak. Dihadapkan dengan berbagai fantasi skenario di masa depan, seseorang bisa jadi tertipu mempercayai apa pun yang dia ingin percayai sekalipun itu tidak berdasar pada kenyataan.
Keadaan ini diperparah dengan efek kenaikan dopamin yang membuat seseorang mengalami adiksi sehingga terus ingin bersama orang yang disukainya.
Jadi dirinya sendiri-lah yang kecanduan dan berharap terlalu jauh. Dirinyalah yang memberi harapan-harapan palsu dalam hati itu berdasarkan interpretasinya akan perilaku dan perkataan orang yang mendekatinya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Kelas Cinta juga menyadari bahwa memang ada orang-orang yang rajin menabur perkataan manis dan janji-janji serius masa depan (seperti link berikut) semasa PDKT. Dalam hal itu, tudingan PHP memang tepat dan layak diserukan bila orang tersebut pergi menghilang begitu saja. Kita berhak merasa sebagai korban yang diperdaya dan dimanipulasi.
Itu sebabnya penting sekali memiliki mekanisme pendekatan yang relatif aman dan sehat, agar kita tidak dengan mudah memberi harapan palsu pada diri sendiri ataupun terkena buaian janji-janji dari si dia.
ADVERTISEMENT
Tips Terhindar dari PHP
Ketika jatuh cinta serangkaian reaksi fisiologis dan psikologis di atas memang tidak bisa dihindari. Akan tetapi kita bisa menciptakan semacam ‘seat belt’ agar kita tidak terburu (nafsu) dan 'menghamili' diri dengan ekspektasi yang prematur. Istilah sederhananya, kita perlu menjaga diri agar tidak baper dan ngarep alias terbawa perasaan.
Bagaimana caranya?
Kelas Cinta mempopulerkan konsep PDKT paralel atau multigebetan yang dipercaya membuat orang lebih laid back, tidak serius, logis, dan objektif (tidak pakai perasaan), sehingga meminimalisir potensi terkena ngarep dan berbagai delusi yang sudah dibicarakan di atas.
Visualisasi dua model PDKT yang umumnya orang lakukan
Kita mudah sekali terkena harapan palsu (baik yang dipicu diri sendiri ataupun dipicu orang lain) jika kita hanya dekat akrab dengan satu orang gebetan saja; itu disebut PDKT SERIAL atau unigebetan.
ADVERTISEMENT
Seluruh waktu, tenaga, bahkan uang kita akan terfokus pada dia seorang. Itu sebabnya perasaan jadi bertumbuh dan harapan-harapan pun berkembang, bahkan cinta pun berbuah terlalu cepat (ini akan dibahas dalam artikel Cinta Adalah Hasil Investasi, klik!).
Ketika orang tersebut di kemudian hari menjauh (ataupun menolak cinta kita), hati akan berteriak kesakitan karena ditinggal dalam keadaan ‘hamil’ dan sayang-sayangnya. Insiden dan tuduhan PHP paling sering terjadi dalam konteks pendekatan serial seperti itu.
Sementara, konsep multigebetan mendorong orang untuk mendekati dan didekati beberapa gebetan secara bersamaan, agar terhindar dari kerugian buang resources hanya untuk satu orang yang belum tentu punya minat seserius itu.
Skema pedekate massal ini memungkinkan kita mencari orang yang terbaik karena kita bisa membandingkan secara langsung dengan kandidat lain, sama persis dengan analogi rekrutmen perusahaan. Gebetan yang tidak merespons sesuai ekspektasi ataupun tidak tidak kooperatif bisa langsung didiskualifikasi sejak awal, walaupun dia berkata-kata manis dan berucap serius ribuan kali.
ADVERTISEMENT
Dengan memiliki banyak opsi, hati kita otomatis tidak kesepian ataupun lemah ketika berhadapan dengan rayuan dan perilaku spesial. Otak kita tetap objektif berhitung dan mencari benefit yang paling maksimum dari orang yang terbaik. Bahkan kita bisa jadi 'geli' dan terganggu jika ada gebetan yang terlalu baik, terlalu serius, terlalu baper, terlalu janji muluk-muluk di masa pendekatan itu.
Kita tidak menumbuhkan harapan dalam hati sendiri. Kita bahkan mudah menolak orang-orang yang lebay menaburkan harapan terlalu dini. Itulah efek ‘seat belt’ yang dimaksud dalam konsep multigebetan.
Apabila ada gebetan yang mundur atau menolak, hati kita tetap relatif aman dan santai saja karena masih ada opsi lain yang menyenangkan. Kita tidak berang karena merasa tersakiti dan menuding dia PHP. Kita tidak terjerat kekecewaan dan kepahitan yang mendalam. Kita bisa lebih lega menerima kenyataan itu sebagai ketidakcocokan, bukannya kegagalan ataupun penipuan.
ADVERTISEMENT
Konsep multigebetan di atas bukan hanya tips untuk menghindari PHP, tapi juga solusi atas berbagai masalah lainnya yang akan dijelaskan secara bertahap dalam sejumlah artikel Kelas Cinta dan coach Lex dePraxis di kumparan ini.
Sebagai pusat edukasi relasi cinta yang telah dipercaya merevolusi pria-wanita Indonesia semenjak tahun 2006, kami bermaksud meningkatkan kesadaran dan kecerdasan berelasi cinta demi tercipta rumah tangga yang sehat dan harmonis.
Jadi, jika ini adalah pertama kalinya Anda bertemu dengan materi Kelas Cinta, kami ucapkan selamat datang dan salam kenal. Anda akan (terkejut) menemukan bahwa cinta itu bisa dimengerti secara logis dan menyenangkan untuk dipelajari seluk-beluknya.
Di artikel pertama ini, semoga Anda jadi lebih lihai dan kuat terhindar dari ‘serangan’ PHP. Mudah sekali berjaga-jaga dengan serangan dari orang luar, tapi orang yang paling perlu Anda curigai dan pegang kendali adalah diri Anda sendiri. Jangan sampai kita menebar dan menuai harapan-harapan palsu dalam hati.
ADVERTISEMENT
Referensi