Konten dari Pengguna

Fenomena YONO yang Disebut Gantikan YOLO di Tahun 2025

Kelik Novidwyanto Wibowo
Sejak kuliah telah menekuni dunia penulisan baik sebagai penulis maupun penyunting. Menyelesaikan studi S-1 di jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan, di Kota Jogja. Tahun 2021, menempuh studi Magister Manajemen di UST, Yogyakarta.
20 Februari 2025 15:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kelik Novidwyanto Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Barusan saya menonton video YouTube di akun “Cerita Parapuan”. Isinya mengenai fenomena di kalangan anak muda, yaitu tren YONO yang disebut menggantikan tren YOLO di tahun 2025 ini. Lalu, apa itu YOLO dan YONO?
Ilustrasi gairah anak muda dengan kesenangannya. Foto: Istock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gairah anak muda dengan kesenangannya. Foto: Istock
Istilah YOLO (You Only Live Once) adalah aktivitas yang menekankan kesenangan sesaat tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang di kalangan anak muda. Taruhlah kita mengilustrasikan pada sosok anak muda bernama Bayu. Ia seorang mahasiswa semester akhir yang merasa bosan dengan rutinitas kuliahnya. Suatu hari, dia melihat promo tiket murah ke Bali dan tanpa pikir panjang, langsung memesannya.
ADVERTISEMENT
"Hidup cuma sekali! Nikmati selagi bisa!" pikirnya.
Bayu pun menghabiskan waktu seminggu di Bali, menikmati sunset di pantai, nongkrong di beach club, dan mencoba berbagai aktivitas seru. Tapi setelah pulang, dia sadar bahwa tabungannya hampir habis. Uang yang seharusnya bisa dipakai untuk membayar kursus tambahan atau investasi justru lenyap dalam sekejap. Dia kembali ke rutinitasnya tanpa ada perubahan berarti dalam hidupnya.
Nah, sedangkan YONO (You Only Need Opportunity) merupakan level kesadaran yang dialamai oleh anak muda. Pada situasi ekonomi global yang tak menentu, anak muda mulai memikirkan keberlanjutan masa depan. Mereka tetap menikmati hidup tapi sambil mencari kesempatan untuk berkembang.
Taruhlah kita mengilustrasikan YONO melalui sosok Sita. Si Sita ini teman Bayu, ia juga ingin pergi ke Bali. Tapi dia berpikir panjang.
ADVERTISEMENT
"Aku mau ke Bali juga, tapi bisa nggak ya sekalian cari peluang?" tanyanya dalam hati.
Alih-alih langsung beli tiket, Sita mencari info tentang program magang di industri pariwisata Bali. Setelah beberapa minggu melamar, dia akhirnya diterima sebagai asisten event organizer di sebuah resort mewah.
Selama magang, dia bertemu banyak profesional di bidang event management, belajar keterampilan baru, dan bahkan mendapat tawaran kerja setelah lulus. Dia tetap menikmati keindahan Bali, tapi sekaligus membawa pulang pengalaman dan koneksi yang membuka jalan bagi kariernya.
Setelah kita mengetahui istilah YOLO dan YONO, kita mungkin bertanya-tanya: Apa hubungan keduanya? Hubungan antara YOLO (You Only Live Once) dan YONO (You Only Need Opportunity) terletak pada cara seseorang menjalani hidup dan mengambil keputusan. Keduanya sama-sama tentang bagaimana anak muda menikmati hidup, tetapi pendekatan dan dampaknya berbeda.
ADVERTISEMENT
Jika YOLO menekankan kesenangan sesaat tanpa terlalu memikirkan konsekuensi jangka panjang. Maka YONO menekankan pentingnya kesempatan yang bisa membawa manfaat jangka panjang sambil tetap menikmati hidup.
Dalam contoh di atas, Bayu memilih YOLO, langsung berlibur tanpa strategi. Dia menikmati momen tapi tidak mendapatkan manfaat lebih. Sementara Sita memilih YONO, tetap menikmati Bali tapi dengan cara yang lebih strategis, yaitu dengan mencari peluang magang yang akhirnya membangun kariernya.
Jadi, hubungan keduanya adalah perbedaan mindset dalam menikmati hidup. Anak muda yang masih mengikuti YOLO sering fokus pada kesenangan tanpa perencanaan, sementara mereka yang mulai menerapkan YONO lebih berpikir ke depan dan mencari peluang yang bisa memberikan manfaat jangka panjang.
Kesimpulannya, YOLO cocok untuk menikmati hidup sesekali, tapi jika diterapkan terus-menerus tanpa perencanaan, bisa merugikan diri sendiri. Sedangkan YONO adalah pendekatan yang lebih bijak, karena tetap memungkinkan menikmati hidup sambil membangun masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Solusi terbaik? Seimbangkan keduanya! Nikmati hidup seperti YOLO, tapi tetap pikirkan peluang dan perencanaan seperti YONO. Tabik!