Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mengalahkan Grandmaster Catur Sampai ChatGPT, Apakah AI Akan Menguasai Dunia?
2 April 2023 10:11 WIB
Tulisan dari Kelik Novidwyanto Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah nonton film Avenger? Kalau iya, pasti tak asing dengan nama “Jarvis”, Si Komputer canggih asisten Tony Stark. Jarvis inilah si otak komputer yang memandu Tony dalam suit Iron Man untuk menghabisi para villain. Pada dekade sebelumnya, kita akrab dengan film The Terminator, cyborg perkasa yang diperankan aktor legendaris Arnold Schwarzenegger.
ADVERTISEMENT
Jarvis dan terminator adalah gambaran fiktif dari bagaimana canggihnya kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence atau disingkat “AI” mengusai manusia. Suatu fenomena yang pada tahun 2018 pernah dicurhatkan oleh CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk. Ia mengklaim bahwa teknologi AI lebih berbahaya dari nuklir. Elon juga menyebut hanya orang bodoh yang tidak percaya kalau komputer dapat melampaui kecerdasan manusia.
Gambaran bagaimana dominasi AI di dunia nyata sudah dirasakan oleh Garry Kasparov jauh-jauh hari. Pada tahun 1997 lalu, dunia dikejutkan oleh kekalahan Juara Dunia Catur, Garry Kasparov atas komputer IBM bernama Deep Blue. Dalam pertandingan yang berlangsung enam seri itu, Grandmaster Garry Kasparov dibuat seperti ayam sayur. Padahal pada laga sebelumnya di tahun 1996, Kasparov sempat mempecundangi Deep Blue dengan skor 4-2.
Pertandingan ulang di tahun 1997 adalah jawaban dari IBM atas pernyataan Kasparov yang menyebut Deep Blue tidak akan mampu menebak pola acak. Menurut Kasparov, secanggih apapun program komputer, pasti akan berpikir berdasarkan pola. Sementara manusia melibatkan emosinya dan mampu berpikir kritis, seperti mengubah taktik di tengah pertandingan.
ADVERTISEMENT
IBM melakukan upgrade besar-besaran terhadap Deep Blue demi membungkam kepongahan Kasparov. Mereka melengkapinya dengan 36 prosesor dan 480 sirkuit. Deep Blue diklaim mampu mengenali 200 juta langkah dan sanggup mengeksplorasi hingga 40 langkah ke depan. Akhirnya terbukti bahwa pernyataan Kasparov keliru, ia dipecundangi Deep Blue hingga memutuskan pensiun di tahun 2005.
Deep Blue adalah perwujudan dari apa yang kita sebut sebagai kecerdasan buatan. Saat ini perkembangan AI boleh dibilang semakin pesat, banyak pekerjaan manusia yang semakin dimudahkan atas bantuan kecerdasan buatan ini. Seperti belakangan muncul aplikasi AI popular bernama ChatGPT yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan lincah dan lugas. Melalui kecerdasan buatan ini kita dapat membuat program komputer tanpa harus kuliah di teknik informatika.
ADVERTISEMENT
AI, ChatGPT dan Manfaatnya
Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan sebenarnya sudah akrab dengan kehidupan kita. Secara umum mempunyai fungsi untuk membantu pekerjaan manusia. Contohnya “Siri” alias Google Assistant, suatu asisten virtual berbasis fitur suara. Asisten digital ini bisa menggantikan tugas-tugas manual seperti membacakan notifikasi pesan masuk, membantu mencari kontak yang dihubungi, memutar lagu kesukaan, atau mencari informasi di internet.
Irzan Raditya, CEO kata.ai mengibaratkan AI seperti anak kecil yang kita ajari sesuatu. Anak ini kemudian merespon apa saja yang telah kita ajarkan. Anak-anak dalam wujud algoritma komputer ini berpikir berdasarkan data dan informasi yang kita berikan. Artinya, setidaknya ada 3 (tiga) elemen penting yang harus dipenuhi AI, yaitu: data yang terstruktur, algoritma, dan latihan (labeling). Secara lebih lanjut, AI sendiri dapat dibedah atau dibedakan menjadi 4 (empat) cabang yaitu Machine Learning, Natural Language Processing (NLP), Speech Technology, dan Computer Vision.
ADVERTISEMENT
Salah satu cabang AI yang akhir-akhir ini tengah popular adalah Natural Language Processing (NLP) bernama ChatGPT. Aplikasi ini dikembangkan oleh Open AI yang berbasis di San Francisco, USA. Chat GPT merupakan singkatan dari Generative Pre-Trained Transformer. Fungsi teknologi ini adalah memproses sekaligus memproduksi kalimat yang biasa digunakan manusia.
Gampangnya ChatGPT mirip Google search tetapi lebih advance. Perbedaannya dari search engine, ChatGPT dapat berinteraksi dua arah. Chatbot ini dapat menjawab pertanyaan dari beragam topik, termasuk dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Implementasinya beragam, mulai dari menjawab soal-soal yang kita tanyakan, membuat artikel, membuat puisi sampai membantu coding.
Meskipun canggih, nyatanya ChatGPT memiliki beberapa kelemahan. Seperti keterbatasan data sebagai sumber analisis ChatGPT dicutoff hanya sampai tahun 2021. Artinya kita tidak dapat mencari informasi yang berbasis data 2022 ke belakang. Selain itu, ChatGPT juga tidak mampu menampilkan rujukan ilmiah (citasi), yaitu sumber data yang kita kutip dalam penulisan suatu karya ilmiah. Ketika kita bermaksud memberi intruksi tentang tulisan atau karya ilmiah, ChatGPT hanya mampu bermain di struktur kalimat saja.
ADVERTISEMENT
Dus, melihat fenomena AI saat ini, rasanya terlalu prematur ketika kita menyebutnya sebagai ancaman. Malahan kecerdasan buatan terbukti banyak memudahkan pekerjaan manusia. Toh, boro-boro kuatir dengan ancaman AI, manusia kiwari masih berkutat dengan ego dan eksistensi dirinya sendiri. Mungkin saja pernyataan Elon Musk di muka bakal benar-benar terjadi ketika komputer telah memiliki kesadarannya (awareness) alias memiliki jiwa seperti manusia.