Prokrastinasi, Kala Menunda Lebih Indah daripada Memulai

Kelik Novidwyanto Wibowo
Sejak kuliah telah menekuni dunia penulisan baik sebagai penulis maupun penyunting. Menyelesaikan studi S-1 di jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan, di Kota Jogja. Tahun 2021, menempuh studi Magister Manajemen di UST, Yogyakarta.
Konten dari Pengguna
10 Mei 2021 13:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kelik Novidwyanto Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
"Nanti aja, ayo ngopi dulu," ujar Ghafur. Menunda sesuatu tak selalu membuat nyaman, kadang malah membuat keadaan semakin rumit/Dok. Kelik Novidwyanto
zoom-in-whitePerbesar
"Nanti aja, ayo ngopi dulu," ujar Ghafur. Menunda sesuatu tak selalu membuat nyaman, kadang malah membuat keadaan semakin rumit/Dok. Kelik Novidwyanto
ADVERTISEMENT
Laki-laki berambut gondrong, berkumis tipis itu berjalan santai menuju kursi kayu yang teronggok di halaman rumah. Tangan kanannya menggenggam gelas kaca berisi kopi pekat sedang tangan kirinya mencomot singkong rebus yang sebagian nangkring di bibirnya. Setelah meletakkan pantatnya di atas kursi, matanya terpejam, mulutnya menyungging senyuman.
ADVERTISEMENT
“Aah…betapa luar biasa nikmat yang dianugerahkan oleh semesta ini,” ujarnya seraya menghirup aroma kopi pekat di tangannya. Sekejap suasana damai membawanya larut dalam lamunan.
“Pak….!!! Udah mau jam lapan pagi! Cepetan mandi nanti telat ngantor lagi!” terdengar teriakan sang istri dari balik pintu.
Tergagap si lelaki bangun dari lamunan, menggapai-gapai gelas kopi yang menggelinding di tanah. “Waduh bakal diomelin bos lagi ini,” keluhnya seraya berlari menuju kamar mandi.
9 Cara Tetap Produktif Saat Harus Bekerja di Rumah Foto: Unsplash

Prokrastinasi

Sebagian besar dari kita pasti pernah menunda-nunda pekerjaan. Mulai dari aktivitas sederhana seperti mandi, membereskan kamar, mencuci motor, hingga mengambil keputusan-keputusan besar seperti menikah atau memilih mau kerja di mana.
Alasannya beragam, ada yang berdasarkan skala prioritas, tapi ada pula yang dipicu keengganan menyelesaikan pekerjaan alias malas. Kegiatan menunda-nunda pekerjaan karena malas, seperti yang dilakukan lelaki gondrong pada ilustrasi di muka, lazim disebut prokrastinasi.
ADVERTISEMENT
Secara etimologi atau berdasarkan asal-usul kata, prokrastinasi berasal dari dua kata dalam bahasa latin, yakni “pro” yang berarti forward atau maju dan “crastinus” yang berarti belonging to tomorrow atau milik hari esok. Sehingga proscrastination (prokrastinasi) berarti forward it to tomorrow atau ‘lakukan besok’.
Ciri utama prokrastinator adalah menunda-nunda, hal ini kerap dilakukan hingga mendekati tenggat waktu pengerjaan. Kata-kata khas seorang prokrastinator adalah “nanti”, “besok aja”, “dipikir nanti” dan “besok lagi ya”.
Prokrastinasi memang identik dengan penundaan, akan tetapi tidak semua penundaan termasuk prokrastinasi. Bisa jadi suatu keadaan memaksa kita menunda pekerjaan akibat adanya tuntutan yang lebih penting. Contohnya, ketika kita harus menunda menyelesaikan menggarap skripsi karena sakit. Penundaan jenis ini tidak termasuk tindakan prokrastinasi. Tapi akan menjadi prokrastinasi kalau penundaan menyelesaikan skripsi itu akibat membuang-buang waktu piknik ke luar kota.
ADVERTISEMENT

Sebab: Low Self-Regulation

Secara umum, penyebab munculnya prokrastinasi ialah kurang atau tidak adanya motivasi untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ketiadaan motivasi itu bisa dipicu oleh perasaan negatif seperti rasa bosan, perasaan tertekan, ketakutan, atau kecemasan.
Menurut Timothy Pychyl, peneliti dari Carleton University Kanada, pada dasarnya prokrastinasi adalah permasalahan regulasi diri (self regulation). Sebenarnya pelaku prokrastinasi mengetahui apa yang perlu dikerjakan tetapi tidak mampu memotivasi diri sendiri untuk melakukan pekerjaan itu. Orang yang menunda-nunda pekerjaan juga menganggap menghibur diri dengan melakukan aktivitas lain yang menyenangkan bisa memicu semangat untuk melakukan aktivitas utama.
Prokrastinasi rentan terjadi pada orang-orang dengan tipe impulsif dan memiliki regulasi diri rendah. Psikolog Ruth Kanfer mendefinisikan self-regulation sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan mempertahankan sebuah perilaku terencana untuk mencapai sebuah tujuan. Konsep dasar self-regulation adalah goal pursuit, di mana sebuah goal atau tujuan didefinisikan sebagai “sebuah kondisi di masa depan yang diinginkan yang ingin dicapai melalui suatu tindakan”.
ADVERTISEMENT
Sementara impulsif itu sendiri memiliki arti bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati. Seorang impulsif bisa tiba-tiba berubah, di luar rencana, atau bersikap yang tidak didukung alasan yang kuat. Sikapnya tergolong irasional. Salah satu ciri pribadi impulsif adalah kalau berbicara atau berbuat seringkali tidak disertai alasan-alasan atau penalaran-penalaran.
Rendahnya regulasi diri (low self-regulation) menyebabkan seseorang mudah terjatuh ke lubang perangkap menunda-nunda pekerjaan. Aktivitas liyan yang tidak relevan menjadi lebih menarik dilakukan sebagai pelarian. Hal ini dipicu oleh ketidaktertarikan atau bosan pada tugas utama. Alasan lain menunda pekerjaan adalah “menunggu termotivasi”.
Orang-orang dengan alasan ini akan menganggap kinerja mereka lebih baik jika di bawah tekanan, seperti saat mendekati tenggat waktu. Namun, seiring berjalannya waktu sanksi atas penundaan itu jauh lebih merugikan. Selain dipastikan stress, hasil pekerjaan juga bakal tidak maksimal atau bahkan tidak pernah selesai.
ADVERTISEMENT

Solusi

Mengatasi kebiasaan menunda-nunda pekerjaan alias prokrastinasi memang gampang-gampang susah. Susah, karena mengubah perilaku dan kebiasaan memang memerlukan waktu dan usaha keras. Menjadi gampang jika memang sudah diniati sungguh-sungguh serta melalui komitmen dan disiplin diri yang ketat alias menguatkan self regulation.
Joseph Ferrari, Ph.D., profesor psikologi dari De Paul University di Chicago, memberi beberapa kiat untuk menghadapi prokrastinasi. Salah satunya dengan membuat jurnal atau daftar aktivitas yang harus dilakukan setiap harinya. Selain itu, perlu juga menambahkan tujuan yang realistis dari setiap kegiatan.
Masing-masing kegiatan pun perlu diperinci menjadi tugas-tugas yang lebih spesifik. Setelah daftar aktivitas itu tersusun sistematik serta memiliki tujuan yang realistis dan jelas, kita perlu mengestimasi berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan tugas itu.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kita juga bisa memberi reward (hadiah) untuk diri sendiri ketika berhasil menyelesaikan tugas tepat waktu. Reward ini sekaligus bisa membantu memotivasi untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Kemudian, untuk menghindari tertundanya tugas, dibutuhkan keberanian untuk membuat skala prioritas.
Memutuskan mana hal-hal yang utama dan mana aktivitas atau kegiatan yang sekiranya bakal mengganggu. Skala prioritas menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang bisa saja terdistraksi sesuatu yang tidak penting, kemudian terlupa akan tujuan utama.

Epilogue

Senja telah tiba ketika si lelaki pulang dari kerja. Tergopoh-gopoh sang istri menyambut di muka pintu, meraih tas jinjing si suami lalu membawanya ke dalam kamar. Lelaki yang nampak kepayahan itu meletakkan tubuhnya di atas sofa, meraih secangkir kopi panas di atas meja.
ADVERTISEMENT
“Aaahh… Nikmat sekali ngopi di senja hari,” bisik si lelaki sambil tersenyum bahagia. Perasaannya jatuh dalam damai. Nyaris saja ia terlelap ketika sebuah teriakan sekonyong-konyong membuyarkan lamunannya.
“Ghafuuurrr mandi dulu! Ingat ini lagi Pandemiii...!”