Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Informasi Umum Pangeran Benowo
3 November 2022 15:38 WIB
Tulisan dari M Aldan Adiar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pangeran Aryo Benowo atau Pangeran Benowo yang bergelar Syekh Abdul Halim adalah putra dari Sultan Hadiwijaya atau dikenal Jaka Tingkir, pendiri Kesultanan Pajang yang berkuasa 1568-1583 masehi. Sedangkan ibunya, Ratu Mas Cempaka adalah putri Sultan Trenggana, Raja Demak periode 1521-1546 masehi. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
ADVERTISEMENT
Pangeran Benowo memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Raden Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram. Selain itu, Pangeran Benowo juga memiliki putra bernama Pangeran Radin.
Sebelum kedatangan Pangeran Benowo ke wilayah Desa Wonomerto Kecamatan Wonosalam, mayoritas masyarakat masih belum mengenal agama Islam dan lebih memilih menyembah batu dan pohon besar.
“Selain membuat permukiman warga, kedatangannya (Pangeran Benowo) ke Wonomerto juga untuk menyebarkan agama Islam. Karena saat itu masyarakat masih belum mengenal Tuhan, dan masih menyembah batu serta pohon besar,” kata juru kunci makam Pangeran Benowo, Pak Watono.
Dalam menyebarkan agama Islam di Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Jombang Pangeran Benowo menggunakan metode yang sama dengan Sunan Kalijaga. Yakni, memakai alat kesenian tradisional untuk mengenalkan Agama Islam.
ADVERTISEMENT
Alat kesenian tradisional Terbang Guntur Geni digunakan Pangeran Benowo melantunkan shalawat serta doa-doa dalam menjalankan siar agama.Dari situlah lama kelamaan masyarakat mulai memeluk agama Islam, hingga saat ini mayoritas warga di Wonomerto, Kecamatan Wonosalam Jombang beragam Islam.
“Pangeran Benowo menjadi Sultan Pajang selama satu tahun mulai 1586-1587 masehi. Karena beliau lebih memilih untuk menyebarkan agama Islam di Wonomerto,” ungkap Pak Watono. Pak Watono juga melarang berziarah pada hari pasaran Legi dan Wage. Larangan lainnya, perempuan sedang haid dilarang masuk kompleks makam. Jika larangan ini dilanggar, akan terjadi bala' yang menimpa orang tersebut.
Hingga saat ini, di setiap hari Jumat Pahing tersebut terus diadakan salawatan dan doa rutinan di Desa Wonomerto. Ini sebagai bentuk melestarikan budaya dari penyebaran agama Islam oleh Pangeran Benowo, Kata Pak Watono.
ADVERTISEMENT