Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Digital Diplomacy: Teknologi Informasi sebagai Jembatan Penghubung Dua Negara
25 Juni 2022 14:35 WIB
Tulisan dari KELVIN SASONGKO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Politik internasional pasti tidak terlepas dari kegiatan diplomasi. Di Indonesia, diplomasi pertama kali terjadi pada tahun 1946 saat Sutan Sjahrir dikirim sebagai wakil indonesia pada sebuah perundingan yang juga dihadiri oleh wakil dari negara-negara lain. Diplomasi sendiri memiliki definisi, fungsi, tujuan, dan jenis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Harold Nicolson (1939), diplomasi dapat didefinisikan sebagai pengelolaan relasi antar negara yang mewakili keterampilan penyampaian kepentingan nasional dalam melakukan negosiasi internasional dimana melibatkan duta besar dan utusan lainnya sebagai aktor melalui ‘seni persuasi diplomat’. Diplomasi biasa dilakukan oleh negara untuk mencapai keputusan yang berdasar pada kepentingan nasional, menjalin kerja sama, dan bahkan untuk menyelesaikan sebuah konflik, yaitu dengan bernegosiasi. Diplomasi sendiri bertujuan untuk menciptakan keamanan dan perdamaian dunia, serta memberikan kehidupan yang sejahtera bagi rakyatnya.

ADVERTISEMENT
Meskipun terdengar asing, diplomasi digital menjalankan peran krusial dan memberikan dampak yang efektif bagi sebuah negara. Diplomasi digital sendiri merupakan elemen dari diplomasi publik. Beberapa ahli mendefinisikan diplomasi digital sebagai upaya diplomasi dengan basis jaringan digital yang menggunakan instrumen digital seperti jaringan internet, perkembangan teknologi dan media sosial dalam mencapai kepentingan nasional. Banyak faktor pendukung penggunaan teknologi dalam penyelenggaraan praktik diplomasi, salah satunya adalah fenomena CNN effect dan Al-jazeerah yang menjadikan tayangan televisi, terutama berita sebagai wadah yang menampung rasa penasaran masyarakat terhadap apa yang terjadi di dunia luar. Melalui media, teknologi juga dapat dimanfaatkan dalam menghadapi isu penting seperti isu pertahanan nasional, konflik militer, dan intervensi kemanusiaan. Pertukaran teknologi melalui mesin-mesin, alat pembangunan dan infrastruktur antara dua negara atau lebih juga dapat mengeratkan hubungan yang sudah dijalin oleh kedua negara.
ADVERTISEMENT
Penggunaan teknologi dalam perpolitikan dunia memberikan kesan yang lebih modern dan maju, juga mempermudah beberapa aspek yang berkaitan dengan media digital. Meskipun begitu penggunaan media digital pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Diplomasi digital dapat menjaga hubungan baik antara dua negara karena memberikan komunikasi dua arah yang efektif. Selain itu, media digital seperti internet, twitter, facebook, whatsapp, instagram, telegram, dan platform lainnya dapat dijadikan sebagai wadah penyebaran informasi resmi atau promosi antar negara, hal seperti ini biasa disebut dengan istilah e-diplomacy atau cyber diplomacy. Teknologi digital juga memungkinkan pertemuan yang biasa dilakukan langsung secara tatap muka untuk dilangsungkan secara virtual/online, yang biasanya disebut dengan virtual embassy. Meskipun begitu, pelaksanaan virtual embassy atau e-diplomacy mengurangi peran dan fungsi para Duta Besar dan para diplomat sebagai wakil negara yang mengacu pada penghapusan Kedutaan Besar di masa depan. Penyalahgunaan teknologi digital juga memungkinkan terjadinya perang dingin, memunculkan gerakan berbau radikal dan memunculkan isu SARA.
ADVERTISEMENT
Diplomasi digital sendiri memberikan Indonesia banyak manfaat. Menurut Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, diplomasi digital memberikan empat manfaat bagi Indonesia. Pertama, diplomasi digital dapat dijadikan wadah untuk menyebar pesan-pesan perdamaian. Kedua, melalui diplomasi digital, sektor lainnya, seperti pertahanan nasional, ekonomi, dan sosial budaya di suatu negara juga dapat mengalami kemajuan. Negara dapat menjadikan diplomasi digital sebagai alat untuk menguatkan kerja sama bilateral maupun multilateral. Selain itu, diplomasi digital juga memberikan manfaat bagi Warga Negara Indonesia (WNI), terutama yang berada di luar negeri, berupa perlindungan Hak Asasi Manusia. Terakhir, Retno menyebutkan bahwa diplomasi digital dapat mengembangkan pembangunan infrastruktur dan manufaktur bagi Indonesia.
Memajukan sebuah pastilah tidak akan terlepas dari yang namanya tantangan, terutama yang berhubungan langsung dengan politik negara. Walaupun menghadapi banyak tantangan, namun setiap tantangan pasti akan selalu ada jalan keluarnya. Perkembangan teknologi digital dapat membawa kita ke arah perubahan yang lebih baik, namun perkembangan ini juga perlu diseimbangkan terutama dalam hal hubungan antara peran manusia dan teknologi. Ada kalanya peran manusia dapat digantikan dengan teknologi, tetapi ada juga kegiatan yang masih memerlukan kehadiran langsung seperti negosiasi dan lobi-melobi. Nilai-nilai baru yang didapatkan dari globalisasi juga harus terus disaring agar kita dapat menjadi pengguna media digital yang aktif dan tidak mudah termakan informasi palsu (hoax). Terakhir, diperlukan penataan pola pikir negara maupun masyarakat agar perkembangan teknologi dapat lebih dirasakan lagi dampaknya.
ADVERTISEMENT