Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dakwah Digital: Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan di Era Digital
12 Oktober 2024 16:27 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Kelvin Faza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era digital membawa perubahan yang begitu pesat di berbagai aspek kehidupan. Pada masa sekarang, era digital telah mengubah lanskap dakwah secara signifikan. Jika dahulu dakwah lebih banyak dilakukan secara tatap muka atau melalui media cetak, kini dakwah telah merambah ke ranah digital. Media sosial, platform online, dan aplikasi komunikasi menjadi sarana baru bagi para da’i untuk menyampaikan nilai-nilai Islam. Survei yang dilakukan oleh PPIM UIN Jakarta menunjukkan bahwa sekitar 64,66% atau 785 dari 1214 responden menyatakan media sosial sebagai sumber pengetahuan agama (PPIM UIN Jakarta, 2021). Ini menunjukkan dakwah digital memiliki potensi yang besar dalam menjangkau masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Perguruan tinggi Islam perlu untuk berkontribusi dalam melakukan dakwah digital karena perguruan tinggi Islam memiliki tanggung jawab untuk mencetak generasi cendekia muslim yang tidak hanya pintar secara akademis dan cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia serta memegang teguh nilai-nilai Islam. Perguruan tinggi dapat mendukung pergerakan dakwah digital mahasiswa dengan mengadakan pelatihan literasi digital, menyediakan fasilitas produksi konten, bekerja sama dengan lembaga dakwah, dan lain sebagainya.
Namun, dakwah digital tidak semata-mata tentang kuantitas, tetapi juga tentang kualitas. Tidak semua konten yang beredar di media sosial memiliki kualitas yang baik. Banyak di antaranya yang mengandung hoaks atau informasi yang menyesatkan. Oleh karena itu, penting bagi para da’i untuk memiliki literasi digital yang memadai agar dapat menyaring informasi dan menyampaikan pesan-pesan yang benar kepada Masyarakat. Di sinilah peran mahasiswa sebagai agen perubahan menjadi sangat krusial. Terdapat pepatah Arab yang mengatakan:
ADVERTISEMENT
إِنَّ فِى يَدِ الشُّباَّنِ اَمْرَ اْلاُمَّةِ وَفِى اَقْدَامِهَا حَيَاتَهَا
“Sesungguhnya di tangan pemuda lah urusan ummat dan di kakinya lah kehidupannya.”
Mahasiswa memiliki peran penting dalam keteguhan nilai-nilai Islam dan adaptasi penyampaian nilai-nilai tersebut pada era digital ini. Mahasiswa dengan akses yang luas terhadap teknologi dan pemahaman yang mendalam tentang tren digital memiliki potensi besar untuk menjadi pionir dakwah digital. Dengan kreativitas yang tak terbatas dalam memproduksi konten dakwah yang menarik dan relevan dengan generasi muda, mereka dapat memanfaatkan berbagai platform, seperti Youtube, Instagram, Tiktok, dan podcast untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dengan cara yang lebih mudah untuk diterima berbagai kalangan. Kegiatan ini sudah terlebih dahulu dicontohkan oleh beberapa influencer/Content Creator, seperti Habib Ja’far yang membahas isu-isu kontemporer sosial dari perspektif Islam di berbagai platform, akun Instagram “Gen.Saladin” yang menyampaikan pengetahuan Islam melalui Instagram feed, akun Instagram “_satulangkah_” pembuat animasi pendek yang menjelaskan konsep-konsep Islam sederhana, dan masih banyak lagi yang telah membuktikan efektivitas dan efisiensi dakwah digital dengan menarik banyak viewers/penonton.
ADVERTISEMENT
Untuk menunjang kreativitas tersebut, mahasiswa dapat berperan aktif dalam membangun komunitas online yang positif dan mendukung. Mereka dapat menciptakan ruang-ruang diskusi yang sehat di media sosial seperti WhatsApp, Telegram, dll. dimana para pengguna dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan inspirasi. Komunitas online ini dapat menjadi tempat bagi mahasiswa untuk saling mendukung dan memotivasi dalam menjalankan dakwah digital.
Mahasiswa perlu memperhatikan keaktualan materi yang mereka ingin sebarluaskan dan dampak dari materi tersebut pada masyarakat. Mengingat media sosial sering menjadi tempat berkembangnya hoaks, ajaran sesat, serta paham radikalisme dan ekstremisme. Mereka dapat berperan aktif dalam menangkal penyebaran paham-paham tersebut dengan memproduksi konten-konten yang moderat dan toleran dari sumber-sumber yang jelas dan terpercaya. Sumber – sumber dijadikan sebagai referensi perlu ditinjau terlebih dahulu dari berbagai aspek. Baik dari aspek kitab yang dipelajari, sanad keilmuan guru atau pengarang kitab, imam mazhab yang dianut, derajat hadits yang dikutip, dan berbagai aspek lainnya. Oleh karena itu, diperlukannya dasar pengetahuan agama yang kuat sebelum menyelam ke dalam dakwah digital.
ADVERTISEMENT
Menilik dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa masa depan dakwah berada di tangan generasi muda. Mahasiswa sebagai generasi yang mahir di dalam bidang teknologi memiliki peran yang sangat strategis dalam membentuk wajah Islam di masa depan. Dengan semangat inovasi dan kreativitas, mereka dapat melahirkan karya-karya dakwah digital yang inspiratif, dapat dipertanggungjawabkan, dan mampu menembus lintas generasi. Mari kita sebagai mahasiswa dari generasi muda selalu menjaga nilai-nilai Islam dan dan selalu berupaya menciptakan, mendukung, serta menyebarkan kebaikan di dunia digital.
“Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama.”, -KH. Imam Zarkasyi.