Konten dari Pengguna

AUM Bisa Menjadi Pertimbangan Utama dalam Memilih Reksa Dana?

Kemas Resta
Part of Korea Investment And Sekuritas Indonesia
21 November 2024 17:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kemas Resta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
AUM dan Reksa Dana, sumber (Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
AUM dan Reksa Dana, sumber (Freepik)
ADVERTISEMENT
Saat memilih reksa dana sebagai instrumen investasi, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya adalah Asset Under Management (AUM), yang seringkali menjadi indikator penting dalam menilai kualitas dan potensi reksa dana tersebut. Apa sebenarnya AUM itu, dan mengapa angka ini bisa menjadi pertimbangan yang sangat relevan bagi para investor?
ADVERTISEMENT
Apa Itu AUM (Asset Under Management)?
AUM (Asset Under Management) merujuk pada total nilai pasar dari seluruh aset yang dikelola oleh sebuah lembaga keuangan, seperti Manajer Investasi (MI) yang mengelola reksa dana. Singkatnya, AUM menggambarkan seberapa banyak dana yang diinvestasikan oleh para investor dalam produk reksa dana yang dikelola oleh MI tersebut. Kamu bisa melihat AUM pada produk reksa dana pada salah satu contoh melalui KINDS.
Jika sebuah reksa dana memiliki AUM sebesar Rp1 triliun, itu artinya total dana yang dikelola oleh reksa dana tersebut mencapai angka Rp1 triliun. Besaran AUM ini mencerminkan seberapa besar produk reksa dana tersebut mendapatkan kepercayaan dari investor.
Mengapa AUM Penting dalam Memilih Reksa Dana?
ADVERTISEMENT
1. Indikator Likuiditas yang Menjanjikan Salah satu keuntungan utama dari reksa dana dengan AUM yang besar adalah likuiditas yang tinggi. Likuiditas yang baik memastikan bahwa kamu, sebagai investor, dapat dengan mudah membeli atau menjual unit penyertaan tanpa memengaruhi harga pasar secara signifikan. Dengan kata lain, semakin besar AUM suatu reksa dana, semakin mudah bagi kamu untuk melakukan transaksi keluar-masuk (redeem) tanpa ada dampak besar terhadap nilai harga reksa dana itu.
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.23/POJK.04/2016, OJK menetapkan bahwa AUM minimal sebuah reksa dana harus mencapai Rp10 miliar untuk menjaga likuiditas. Maka dari itu, penting bagi kamu untuk memilih reksa dana dengan AUM yang lebih besar, karena reksa dana dengan AUM mendekati Rp10 miliar mungkin menghadapi risiko likuiditas yang lebih tinggi, terutama jika ada pencairan dana dalam jumlah besar.
ADVERTISEMENT
2. Indikator Kepercayaan Investor AUM yang besar biasanya menandakan kepercayaan tinggi dari investor terhadap reksa dana tersebut dan manajer investasi yang mengelolanya. Semakin banyak dana yang terkumpul dalam suatu reksa dana, semakin banyak investor yang merasa percaya akan kinerja dan prospek produk tersebut. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa reksa dana tersebut memiliki rekam jejak yang baik dan stabil dalam memberikan keuntungan.
Di sisi lain, manajer investasi yang mengelola reksa dana dengan AUM besar juga biasanya memiliki lebih banyak sumber daya untuk melakukan riset dan analisis pasar. Ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan investasi yang lebih tepat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi keuntungan bagi para investor.
Namun, AUM Bukan Satu-Satunya Pertimbangan
ADVERTISEMENT
Walaupun AUM besar sering dipandang positif, kamu tidak boleh hanya terfokus pada angka ini saja. Terkadang, reksa dana dengan AUM kecil bisa memberikan hasil yang lebih tinggi, karena manajer investasi (MI) memiliki fleksibilitas lebih besar dalam mengalokasikan dana ke aset yang lebih likuid dan berpotensi menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi, meskipun ada sedikit risiko.
Sebelum memilih reksa dana, ada beberapa faktor lain yang perlu kamu pertimbangkan, antara lain:
1. Komposisi Portofolio yang Jelas
Saat memilih reksa dana, pastikan kamu memeriksa komposisi portofolio yang ada di dalamnya. Biasanya, informasi ini bisa kamu temukan di fund fact sheet yang diterbitkan oleh Manajer Investasi. Misalnya, untuk reksa dana pendapatan tetap, pastikan mayoritas portofolio berisi surat utang (obligasi atau sukuk) dengan rating yang baik dari lembaga pemeringkat yang terkemuka. Jangan lupa juga untuk memastikan bahwa perusahaan yang menerbitkan surat utang tersebut tidak berada dalam kondisi keuangan yang buruk atau berisiko gagal bayar.
ADVERTISEMENT
Jika kamu berencana membeli reksa dana saham, pastikan saham yang ada di dalam portofolio memiliki fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhannya positif.
2. Memantau Kinerja Historis
Kinerja historis bisa menjadi petunjuk yang baik dalam mengevaluasi potensi reksa dana. Salah satu metrik penting yang bisa kamu gunakan adalah maximum drawdown, yang mengukur penurunan kinerja reksa dana dari titik tertinggi hingga titik terendah selama periode tertentu. Misalnya, jika sebuah reksa dana mengalami 0% drawdown dalam satu tahun, itu berarti reksa dana tersebut tidak mengalami penurunan yang signifikan dalam periode tersebut.
Jangan hanya bergantung pada return yang diperoleh; pastikan kamu juga membandingkan kinerja historis reksa dana dengan benchmark yang relevan, yang juga dicantumkan dalam fund fact sheet.
ADVERTISEMENT
3. Cermati Risiko Investasi
Setiap instrumen investasi, termasuk reksa dana, memiliki risiko yang harus dipertimbangkan. Risiko bisa bervariasi tergantung pada jenis reksa dana yang dipilih. Misalnya, reksa dana saham memiliki volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap.
Beberapa jenis risiko dalam reksa dana yang perlu dicermati antara lain:
• Risiko likuiditas: Risiko kesulitan dalam menjual atau mencairkan reksa dana.
• Risiko penurunan nilai investasi: Risiko penurunan harga aset dalam portofolio reksa dana.
• Risiko gagal bayar: Risiko perusahaan penerbit surat utang (obligasi) gagal membayar bunga atau pokok utang.
Pastikan kamu memahami sepenuhnya jenis risiko yang ada sebelum berinvestasi dalam reksa dana tertentu.