28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Mama Loretha : Menerapkan Revolusi Mental Lewat Tanaman Sorgum

Kemenko PMK
www.kemenkopmk.go.id | twitter @kemenkopmk | instagram @kemenko_pmk | facebook @kemenkopmkri
6 Agustus 2018 15:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kemenko PMK tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mama Loretha dalam Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental (Foto: Kemenko PMK)
zoom-in-whitePerbesar
Mama Loretha dalam Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental (Foto: Kemenko PMK)
ADVERTISEMENT
Tidak semua orang mengenal sorgum. Komoditas ini nyaris terlupakan, namun dengan tangan dingin Mama Loretha – sapaan akrabnya, sorgum berkembang dari komoditas yang tidak dipandang menjadi komoditas terpandang, terutama di provinsinya, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak bisa menunggu orang lain mengubah diri kita, tetapi perubahan harus kita mulai dari diri sendiri sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang terdepan,” begitulah semangat revolusi mental yang muncul dari Maria Loretha, seorang penggagas, pembenih dan juga pendamping petani penanam sorgum asal Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Sebagai seorang perempuan yang berkutat dengan pemberdayaan sorgum, baginya, revolusi mental dapat terjadi ketika orang mau beralih dari nasi menjadi sorgum dan membuat sorgum berkembang menjadi makanan pokok.
“Saya sering mendengar dari teman-teman yang berasal dari Eropa. Mereka bahkan telah menjadikan sorgum sebagai makanan pokok dan dengan beralih ke sorgum, maka menurut saya inilah revolusi mental,” jelasnya ketika diwawancara dalam acara Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) di Grand Mercure Hotel, Jakarta, Jumat (3/8).
ADVERTISEMENT
Sorgum saat ini pun telah berkembang menjadi sumber pangan dan sekaligus sebagai sumber pendapatan ekonomi bagi masyarakat. “Lahan-lahan tidur yang selama ini tidak diberdayakan, sekarang berkembang menjadi lahan produktif dan menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat,” ungkap Mama Loretha dengan antusias.
Tanaman Sorgum (Foto: Kemenko PMK)
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman Sorgum (Foto: Kemenko PMK)
Jatuh-bangun dalam usahanya mengembangkan sorgum sudah dirasakan oleh Mama Loretha. Bahkan saking kuatnya komitmennya dalam mengembangkan sorgum, mata dan telinganya sudah kebal akan komentar negatif.
“Saya tidak peduli dengan berbagai pendapat orang dan mata, telinga, bahkan mental saya sudah sekeras tembok,” tegasnya. Mama Loretha juga tidak ambil pusing atas minimnya biaya bahkan dirinya menegaskan ada maupun tidak ada uang, pengembangan sorgum yang dilakukannya harus tetap berjalan.
Nilai gotong royong selalu menjadi pegangan Mama Loretha dalam aktivitasnya mengembangkan tanaman sorgum. “Tanpa adanya gotong royong, sulit untuk dapat mengembangkan sorgum hingga dapat berkontribusi positif pada masyarakat,” katanya. Nilai gotong royong ini sendiri juga tidak lepas dari sebuah kearifan lokal yang ada di Flores Timur yaitu “gemohin”.
ADVERTISEMENT
“Gemohin menggambarkan kerja gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat seperti membersihkan kebun, memilih hasil komoditi, atau memperbaiki rumah bersama-sama. Nah, ini kita tumbuhkan dalam bentuk kelompok-kelompok untuk memudahkan pekerjaan mereka di ladang maupun kebun. Nilai-nilai itulah yang kita tumbuhkan,” jelasnya.
Mama Loretha kemudian memaparkan bahwa revolusi mental memiliki sebuah kata kunci yang penting: perubahan. Ketika seseorang memiliki komitmen untuk berubah menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, maka revolusi mental sesungguhnya telah terjadi.
“Sebagai contoh, ketika seorang birokrat mau berubah dan memberikan layanan yang cepat dan mudah, maka inilah sesungguhnya perubahan yang diharapkan. Tidak saja berdampak di internal tempat kerja birokrat tersebut, tetapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat,” papar Mama Loretha.
ADVERTISEMENT
Mama Loretha ingin agar revolusi mental dapat mengakar pada diri seluruh masyarakat Indonesia sehingga nantinya Indonesia dapat menjadi negara maju dan terpandang di dunia. “Mari mulai dari diri sendiri. Karena revolusi mental tidak bisa menunggu lama. Mulai dari sekarang, dari hal yang paling kecil, dan sekarang juga,” pungkasnya bersemangat.