Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Gentongan, Tradisi Warga Cirebon Saat Naik Haji
10 Agustus 2017 7:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Media Center Haji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Cirebon (MCH) - Sebuah tradisi bernama Gentongan atau Gentong Haji masih dipertahankan oleh sejumlah warga di Kabupaten Cirebon saat seseorang melaksanakan ibadah naik haji ke tanah suci.
Seperti namanya tradisi ini menggunakan gentong atau kendi dari tanah liat. Gentong yang diisi air minum itu disimpan di depan rumah yang salah satu penghuninya tengah menjalankan ibadah haji.
ADVERTISEMENT
Seperti yang terlihat di Blok 3, RT 9 RW 5, Desa Kreyo, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon. Di sini terdapat sebuah rumah yang menyimpan gentong air. Ini menandakan salah satu penghuninya sedang ibadah haji.
Di depan rumah terlihat sebuah meja diatasnya terdapat gentong berisi air minum yang ditutup oleh tudung saji berbentuk kerucut. Di samping gentong terdapat sebuah centong kayu berujung batok kelapa dan dua gelas untuk minum.
"Iya ada yang naik haji, namanya Pak Karyono. Beliau naik haji kloter pertama Cirebon," kata Setrum (40), salah seorang warga sekitar.
Pria yang juga mantan ketua RT setempat itu menuturkan, siapa saja boleh meminum air dari gentong tersebut. Bahkan salah seorang anggota keluarga akan dengan sigap mengisi air jika di dalam gentong sudah habis.
Sepanjang hari atau selama 24 jam gentong tersebut akan dibiarkan berada di luar rumah sejak penghuni mulai berangkat haji. Gentong baru dibawa masuk ke rumah setelah penghuni kembali dari tanah suci.
"Nanti pas pulang haji biasanya ada tradisi lain lagi. Namanya tradisi cabut gentong," katanya.
Menurut Setrum, siapa saja boleh minum atau membasuh muka dengan air gentong tersebut. Bahkan dipercaya semakin sering air habis maka akan semakin berkah untuk orang yang sedang naik haji tersebut.
Gentongan, kata Setrum, memilik makna filosofis tersendiri bagi masyarakat. Konon bagi calon haji yang menyediakan air akan terlindungi dari panas terik matahari saat di tanah suci. Begitu juga bagi orang yang meminum atau membasuh muka akan mendapatkan berkah.
"Menurut tradisi katanya supaya yang haji adem pas di padang pasir. Terus yang minum air gentongan dapat berkah, dan insyaallah bisa menular segera naik haji," katanya.
Sebagai orang asli Cirebon, Setrum mengungkapkan tradisi tersebut sudah jarang ditemui dan hanya segelintir saja yang masih mengikuti. Bahkan dia pernah melihat tradisi tersebut sudah mengalami pergeseran dengan mengganti gentong menggunakan galon.
"Pada intinya ini tradisi saling berbagi. Di mana orang yang haji mendapatkan pahala dan berkah karena menyediakan minum untuk siapa saja yang lewat. Dan orang yang minum pasti mendoakan yang sedang berhaji," tuturnya.
Dari pantauan detikcom selama di lokasi, air gentong tersebut diminum oleh masyarakat yang lewat mulai dari pedagang.
ADVERTISEMENT
sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3593000/gentongan-tradisi-warga-cirebon-saat-naik-haji?_ga=2.191033391.423361848.1502325774-834387653.1502152113