Diproyeksi Subtitusi LPG, Gasifikasi Jadi Incaran Bisnis Perusahaan Batu Bara

Kementerian ESDM
Akun Resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Instagram: @kesdm Website: esdm.go.id
Konten dari Pengguna
26 Juli 2021 9:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kementerian ESDM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster acara Buka2an Kementerian ESDM. Foto: Kementerian ESDM
zoom-in-whitePerbesar
Poster acara Buka2an Kementerian ESDM. Foto: Kementerian ESDM
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Proyek gasifikasi dipastikan menjadi topangan bisnis baru bagi perusahaan batu bara. Sebagai Proyek Stretegis Nasional (PSN), gasifikasi diproyeksikan sebagai subtitusi Liquified Petroleum Gas (LPG) sehingga mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM) dalam memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Kalau sekarang perusahaan batu bara melirik gasifikasi, ini adalah langkah tepat dalam membaca peluang bisnis energi masa mendatang. Pemerintah memastikan peningkatkan nilai tambah batu bara bisa jadi suplai pengembangan industri dalam negeri. Jadi tidak hanya komoditas belaka," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Minggu (25/7).
Sebelumnya, pada diskusi virtual "Buka-Bukaan" bertema "Bukit Asam Melirik Bisnis Energi Terbarukan", Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Suryo Eko Hadianto menegaskan, proyek gasifikasi menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan tersebut.
"Gasifikasi ini akan menjadi salah satu pilar bisnis (perusahaan) ke depan," kata Suryo pada diskusi yang diselenggarakan via Instagram Live Kementerian ESDM, Jumat (23/7).
Ilustrasi batu bara Foto: Kurtdeiner/pixabay
Meski PTBA masih menguasai cadangan batu bara lebih dari 3 miliar ton dan mampu digunakan hingga 100 tahun medatang dengan rata-rata produksi 30 juta ton per tahun, Suryo meyakini pemenuhan kebutuhan energi saat itu tak lagi bersandar pada batu bara. "Seratus tahun yang akan datang, batu bara akan ditinggalkan. Maka harus kami berdayakan secepatnya, salah satu terobosannya adalah gasifikasi batu bara," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Gasifikasi sendiri, sambung Suryo, akan jadi produk turunan dari batu bara (coal derivative). "Proses gasifikasi PTBA adalah mengubah batu bara menjadi Dymethil Ether (DME) yang fungsinya menjadi pengganti LPG," ungkapnya.
Dalam catatan Suryo, Indonesia masih mengimpor LPG sekitar 7 hingga 8 juta ton per tahun. Untuk itu, proyek gasifikasi diharapkan mampu menjawab kemandirian energi. "Apa yang sudah dilakukan PTBA (gasifikasi) sejalan dengan program Presiden Jokowi dalam mengurangi impor," urainya.
Suryo memastikan proyek gasifikasi dipastikan segera berjalan. Kepastian berlanjutnya proyek gasifikasi tersebut ditandai dengan penandatanganan Amandemen Perjanjian Kerja Sama Pengembangan DME antara PTBA, PT Pertamina, dan Air Products & Chemicals, Inc. (APCI).
"Operatinal agreement dan processing agreement sudah ditandatangani," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Rencananya, proyek ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan.
Selain itu, proyek ini diharapkan dapat memberikan multiplier effect antara lain menarik investasi asing lainnya, juga melalui penggunaan porsi TKDN dalam proyek yang diharapkan dapat memberdayakan industri nasional dengan penyerapan tenaga kerja lokal.
"Bersama Kementerian ESDM, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi dan BUMN, kami sedang menggodok peraturan untuk mengelaborasi dari kerja sama ini," kata Suryo. (NA)