Masuk dalam Daftar Fortune Global 500, Raihan Pertamina Diapresiasi

Kementerian ESDM
Akun Resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Instagram: @kesdm Website: esdm.go.id
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2021 9:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kementerian ESDM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gedung Pusat Pertamina di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Pusat Pertamina di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) mencatatkan namanya sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2021. Raihan ini menjadi bukti bahwa seluruh stakeholder bahu-membahu dan mendorong Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas bumi (migas) dapat sejajar dengan perusahaan terbaik dunia.
ADVERTISEMENT
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengungkapkan, Pertamina di samping berhasil memenuhi tugas dan amanah memastikan ketersediaan energi di dalam negeri, juga mampu menunjukkan kualitasnya sebagai BUMN migas kebanggaan nasional.
"Di tengah situasi pandemi COVID-19, tantangan yang dihadapi sektor energi, khususnya industri migas tidaklah mudah. Raihan ini menunjukkan bahwa Pertamina telah berhasil menciptakan lingkungan kerja yang inovatif dan adaptif," ungkap Agung, di Jakarta, Selasa (3/8).
Selanjutnya, Agung mengungkapkan, ke depan Pemerintah memiliki target-target khusus di sektor migas, di antaranya target produksi migas Indonesia di tahun 2030 mencapai 1 juta barrel minyak bumi perhari dan 12.000 mmscfd gas bumi perhari. Demikian juga dengan peningkatan kapasitas kilang minyak.
ADVERTISEMENT
"Sebagaimana pesan Bapak Menteri ESDM Arifin Tasrif, perlu upaya luar biasa oleh seluruh pelaku industri hulu migas dalam rangka pencapaian program tersebut, tak terkecuali Pertamina. Begitu pula dengan tingkat produksi migas nasional, Bapak Menteri ESDM memberi amanat khusus agar alih kelola Wilayah Kerja Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) kepada PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berjalan dengan baik, tingkat produksi minyak di blok ini juga tetap terjaga," terang Agung.
Pertamina masuk dalam daftar Fortune Global 500 Foto: Dok. Pertamina
Sebagaimana diketahui, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500. Dengan nilai revenue perusahaan sebesar US$ 41,47 Miliar pada tahun buku 2020, Pertamina berada di posisi 287.
"Terima kasih kepada seluruh stakeholder karena capaian Pertamina ini tidak lepas dari dukungan positif berbagai pihak, baik Direksi, Dewan Komisaris dan seluruh pekerja Pertamina Group, serta pemegang saham, pemerintah, masyarakat dan juga stakeholder lainnya. Hal ini juga merupakan pengakuan dunia internasional bahwa Pertamina sejajar dengan world class company lainnya," ujar Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, sebagaimana dikutip dari laman situs Pertamina.
ADVERTISEMENT
Nicke mengatakan dalam tantangan pandemi sejak tahun lalu, Pertamina mengalami triple shock sehingga mengalami penurunan pendapatan secara signifikan. Namun dengan inovasi dan terobosan bisnis yang dilakukan di seluruh lini bisnis serta transformasi organisasi yang tengah dijalankan, Pertamina mampu meningkatkan pendapatan perusahaan hingga USD 41,47 miliar dan mencetak laba USD 1,05 Miliar pada tahun 2020.
Sebagai BUMN, Pertamina juga konsisten memastikan penyediaan energi untuk negeri melalui berbagai program, di antaranya BBM Satu Harga, Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan dan Petani, pembangunan Jaringan Transmisi & Distribusi Gas Bumi, serta Infrastruktur Hilir lainnya.
Dengan ekosistem energi dari hulu ke hilir, Pertamina menjaga keberlangsungan hidup 1,2 Juta tenaga kerja langsung, serta multiplier effect terhadap sekitar 20 juta tenaga kerja secara tidak langsung.
ADVERTISEMENT
Pemeringkatan Fortune Global 500 adalah ajang tahunan yang dilakukan majalah Fortune sejak tahun 1955. Tolok ukur utamanya adalah besaran pendapatan termasuk pendapatan anak perusahaan (consolidated gross revenue).
Indikator lain adalah penyertaan modal pemegang saham, kapitalisasi pasar, keuntungan, jumlah karyawan, dan sejak tahun 1990 indikator negara asal perusahaan juga dipertimbangkan dalam Fortune Global 500.