Konten dari Pengguna

The Power of Emak-Emak, Menjaga Keluarga dari Ancaman Era Digital

Ken Fitria
ASN yang selalu ingin belajar mengembangkan diri
18 Juni 2021 21:02 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ken Fitria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi foto: pixabay.com/shelleywiart.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi foto: pixabay.com/shelleywiart.
ADVERTISEMENT
(Ken Fitria, EmakASN)
Terlepas dari kontroversi istilah emak-emak yang oleh sebagian masyarakat berkonotasi negatif namun pada kenyataannya emak-emak dalam keluarga di era digital seperti saat ini memiliki posisi yang sangat strategis. Emak-emak adalah sosok ibu yang menjadi pilar rumah tangga untuk mewujudkan rumah tangga yang tangguh.
ADVERTISEMENT
Hal ini tidak terlepas dari keadaan anak-anak zaman sekarang yang lebih canggih dalam menggunakan media digital ini seperti whatsapp, facebook, twitter, instagram, youtube dan lain-lain. Di era digital setiap orang dari berbagai kalangan sosial dan golongan umur bisa secara bebas dapat melihat dan membuat beragam konten-konten atau tayangan-tayangan dalam media digital.
Kemajuan teknologi menuntut kita untuk terus mengikutinya agar tidak ketinggalan zaman. Hal ini menunjukkan adanya fenomena globalisasi teknologi informasi yang tidak dapat dibendung dan sulit dikendalikan.
Di satu sisi ancaman akibat negatif akan muncul seperti pornografi, penyebaran hoaks, kekerasan, cyber bullying, pelecehan seksual, isu rasial, isu radikalisme, ujaran kebencian, penipuan secara online yang semakin merajalela, dan kerugian dari segi konsumsi waktu yang banyak tersita hanya untuk melihat aplikasi dan konten-konten yang menarik di media digital.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain ada beberapa keuntungan yang bisa kita ambil seperti dari segi kecepatan dalam mengakses informasi; dari segi jangkauan menjangkau seluruh dunia, kekayaan isi konten yang tak terbatas, sebagai media komunikasi multiguna, dan kemudahan dalam penggunaannya.
Amat disayangkan apa yang terjadi saat ini, ketika sebagian besar konten dari media yang bersifat hiburan disajikan dengan tidak lagi mementingkan etika dan norma-norma di masyarakat. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rejeki (2010) ditemukan tiga kategori khalayak yang rentan terhadap pengaruh buruk media di era digital, yakni anak-anak, remaja, dan kaum ibu. Pada anak-anak, pengaruh itu terutama terletak pada perkembangan otak, emosi, sosial, dan kemampuan kognitif.
Persepsi dari anak-anak sangat rentan terpengaruh dari apa yang mereka saksikan dari media dan mendorong mereka untuk meniru. Belum lagi tontonan dewasa yang berbau seks dan mistis menjadi hal yang mengkhawatirkan. Pada remaja, tayangan sinetron dengan tema remaja cenderung mengeksploitasi kehidupan remaja dari satu sisi dan menyebabkan remaja tidak bisa mempelajari realitas yang sesungguhnya. Sementara bagi ibu-ibu pengaruh buruk media digital yaitu membangun perilaku konsumtif.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai arsip yang membahas mengenai dampak perkembangan era digital. menjadi risiko yang sangat tinggi ketika ibu-ibu rumah tangga yang tidak tahu bagaimana cara melacak historis substansi media sehingga konten-konten apa saja yang sudah dikonsumsi oleh anak-anak mereka tidak diketahui dan dipantau. Padahal konten-konten media digital itu bisa berdampak negatif dan dengan mudah mempengaruhi anak-anak mereka. Ibu-ibu rumah tangga merupakan pilar utama dalam keluarga. Peran ibu sebagai super emak harus bisa menjadi benteng pertama bagi anak anak mereka sebagai generasi penerus bangsa.
Di era media digital yang terus berkembang seperti saat ini, literasi media menjadi sangat penting. Perkembangan media digital harus bisa di antisipasi untuk menghindari ironi hal-hal negatif yang bisa terjadi. Pendidikan dan pembekalan literasi media dengan diimbangi dengan berbagai pengetahuan dalam menggunakan media digital agar mereka lebih bijak dalam memanfaatkan media di era digital. Mereka harus bisa menjaga agar anak-anak mereka sebagai generasi penerus bangsa agar tidak rusak karena dampak media digital yang semakin mengerikan.
ADVERTISEMENT
Hal-hal berikut dapat dilakukan oleh ibu untuk membentengi anak dari pengaruh buruk sosial media, di antaranya dengan semakin memperkuat pendidikan karakter anak-anak dengan cara sederhana, membatasi pemakaian gadget anak-anak, mendampingi mereka saat menggunakannya, menjelaskan secara terbuka apa manfaat dan apa efek buruknya, dan yang paling mendasar adalah berusaha memberikan waktu “bebas dari gadget” dalam sehari, di mana anak-anak diarahkan untuk menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas lain yang bermanfaat. Sehingga kecenderungan anak-anak tergantung pada gadget akan berkurang.
Kemudian, ketika ibu sebagai pribadi yang juga membutuhkan ruang untuk mengaktualisasikan diri, pun dapat banyak memanfaatkan era digital ini sebaik mungkin. Cara yang sangat sederhana adalah menyalurkan hobi sebagai bentuk aktivitas yang produktif dan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran selanjutnya dalam mengelola waktu luangnya di sela sela mengurus anak-anak dan keluarga, agar tidak terpengaruh oleh dampak buruk perkembangan media yang banyak merugikan kaum hawa pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Bentuk aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh ibu dengan segudang kegiatan rumahnya adalah membuat cerita podcast yang saat ini sedang banyak digemari dan merupakan media yang termasuk murah dalam menyalurkan kegemaran ibu dalam bercerita.
Lalu, kembali lagi, bahwa sebuah keluarga sebaiknya memiliki kebijakan dan aturan yang tegas dalam menggunakan media digital. Keluarga merupakan benteng pertama bagi anak sebelum memasuki dunia luar. Pendidikan literasi media tidak hanya dilakukan oleh lembaga lembaga pendidikan formal saja, tetapi diperlukan juga perlu dilakukan di berbagai elemen-elemen masyarakat secara menyeluruh. Hal ini harus mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik itu pemerintah, Akademisi (Universitas atau Perguruan Tinggi), sekolah sekolah (Pra-sekolah, SD, SMP,SMA), NGO, maupun keluarga dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Banyak definisi literasi media yang kita temui. Secara sederhana, literasi media dapat kita definisikan sebagai kemampuan dalam memahami, menganalisis, dan menentukan batasan batasan dalam berbagai hal, serta bisa berlaku bijak dalam bermedia dan mengakses informasi maupun konten konten tertentu.
Rendahnya literasi media menjadi salah satu alasan terjadinya pengaruh negatif media digital. Sosialisasi literasi media selain melalui pendidikan formal juga bisa melalui pelatihan berkala kepada ibu-ibu rumah tangga dalam mengkonsumsi media konvensional dan media baru (digital). Hasil yang diharapkan yaitu para ibu rumah tangga bisa memilah informasi mana yang akan mereka gunakan dan informasi seperti apa yang mereka perlukan. Sehingga tidak menyebabkan pengaruh buruk bagi keluarga, khususnya anak-anak yang masih sangat rentan dan mudah terpengaruh tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan usianya.
ADVERTISEMENT
Kemampuan bermedia anak harus terus diasah agar tidak lagi terjadi dampak negatif media digital. Ibu dapat lebih mengawasi dan mengingatkan agar anak berhati-hati dalam menonton konten pada media sosial. Bahkan apabila diperlukan seorang ibu tidak ada salahnya ikut mengontrol gawai anak dan memberikan batasan aplikasi dan konten apa yang boleh dibuka atau tidak khususnya karena alasan belum cukup umur.
Metode yang lebih ramah bagi seorang ibu dalam menerapkan aturan pelarangan anak untuk menggunakan gadget di jam atau momen tertentu juga dapat dilakukan untuk menambah kuantitas dan kualitas interaksi dengan anggota keluarga yang lain serta untuk melatih disiplin.
Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana peran orang tua dalam memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak sejak dini. Lalu, peran ibu dalam membentuk self control yang dimulai dari lingkungan terkecil ini yang akan menjadikan anak lebih paham baik dan buruk dunia luar.
ADVERTISEMENT