Atasi Masalah Debu Hitam, PT OSS Bangun 2 Unit Penampungan Batu Bara

Konten Media Partner
26 April 2021 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangunan penampung Batu Bara milik PT OSS salah satu Industri Pengolahan Nikel yang ada di kawasan Industri Morosi, Konawe, Sultra. Foto: Attamimi/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan penampung Batu Bara milik PT OSS salah satu Industri Pengolahan Nikel yang ada di kawasan Industri Morosi, Konawe, Sultra. Foto: Attamimi/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Konawe Utara bersama Pemerintah Kabupaten Konawe dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) menggelar rapat koordinasi terkait permasalahan debu hitam batu bara yang terjadi di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, pada Selasa (20/04).
ADVERTISEMENT
Bupati Konawe Utara, Ruksamin mengatakan, rapat digelar sebagai fasilitator antara masyarakat yang menjadi korban limbah debu batu bara akibat aktivitas perusahaan pemurnian nikel milik PT OSS.
"Kami sudah melihat adanya informasi di media sosial yang mengajak masyarakat untuk mempertanyakan dan memperjuangkan masalah limbah debu. Hasil rapatnya diketahui bahwa perusahaan sudah melakukan langkah-langkah walaupun belum bisa memberikan secara langsung terkait debu-debu itu," ujar Ruksamin, pada Selasa (20/04).
Ruksamin menjelaskan, ada beberapa masukan Pemda Konawe Utara yang mewakili masyarakat antara lain, meminta menghentikan operasional perusahaan untuk sementara waktu agar limbah debu yang masuk ke perkampungan warga tidak semakin parah karena hal ini dianggap berdampak pada kesehatan.
"Kedua, terhadap jalanan, pemda mengajukan untuk kerjasama kepada perusahaan karena semua pihak menggunakan jalan tersebut. Terkait rekrutmen karyawan juga kami sampaikan aspirasi masyarakat kepada perusahaan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Rony Syukur, selaku penanggungjawab teknis dan lingkungan di PT OSS mengatakan, pihaknya dengan niat baik, akan menjalankan beberapa poin diskusi yang dibahas bersama pemda dalam pertemuan tersebut.
"Beberapa poin hasil diskusi yang diambil termasuk dari kami selaku penggerak usaha, kami akan terus melakukan kegiatan pabrik yang ramah lingkungan, sesuai semangat awal berdirinya perusahaan. Kami akan terus melaksanakannya. Kami juga akan bersinergi dengan masyarakat serta pemda," tegasnya.
"Kami berusaha untuk melakukan poin-poin yang sudah didiskusikan. Karena Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sultra dan DLH Konawe, DLH Konawe Utara juga terus memantau," imbuhnya.
Terkait dengan permasalahan debu hitam yang diduga berasal dari limbah batu bara, Syukur menegaskan hal itu bukan berasal dari aktivitas pabrik. Selain itu, atas temuan dan keluhan masyarakat, pihak perusahaan sudah diperiksa oleh Dinas Lingkungan Hidup Konawe Utara, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi bahkan dari Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup RI.
ADVERTISEMENT
Syukur menjelaskan, debu yang ramai dibicarakan tersebut sebenarnya bukan dari kegiatan pabrik, tetapi berasal dari tempat stockpile atau tempat penumpukan sementara batu bara. Perusahaan saat ini tengah menyiapkan tempat penyimpanan batu bara dan untuk sementara telah melakukan penutupan dengan terpal dan pembangunan pagar.
“Kami sedang membangun dua tempat penyimpanan batu bara yang sudah mencapai 70 persen, sambil saat ini dilakukan penutupan dengan terpal dan membangun pagar pemecah angin. Perusahaan saat ini sedang dalam status konstruksi, jadi kondisi yang terjadi sekarang akan terus ditangani dengan sebaik mungkin," jelasnya.
Artikel ini merupakan bentuk kerjasama dengan PT OSS.