Berkunjung ke Gua Tengkorak di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara

Konten Media Partner
8 Desember 2019 11:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jurnalis kendarinesia/kumparan.com saat berada di mulut goa tengkorak yang ada di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Foto: Dok kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Jurnalis kendarinesia/kumparan.com saat berada di mulut goa tengkorak yang ada di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Foto: Dok kendarinesia.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hujan gerimis menyambut kedatangan tim kendarinesia/kumparan di Desa Lawolatu, Kecamatan Ngapa, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Sabtu (7/12). Di desa inilah, Gua Tengkorak berada. Membutuhkan waktu sekitar satu jam dari Lasusua, Ibu Kota Kabupaten Kolaka Utara, untuk sampai ke desa ini.
ADVERTISEMENT
Jalan menuju Gua Tengkorak hanya bisa diakses dengan motor trail, atau jalan kaki. Jadi, setelah sampai di desa Lawolatu, pengunjung harus kembali menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 2 kilometer. Pasalnya, keberadaan gua tengkorak berada di atas bukit.
Kicauan burung, dan suara gesekan pepohonan yang tertiup angin menjadi penghibur sepanjang perjalanan. Perkebunan kakao, merica, cengkeh, cabai, serta pohon kapas yang tinggi menjulang memanjakan mata. Jalan yang dilalui adalah jalan setapak beton. Lebarnya sekitar 30 sentimeter. Dari ukuran jalannya, memang jalan ini diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Di ujung jalan beton, ratusan anak tangga menyambut. Setelah sampai di ujung anak tangga, bibir Gua Tengkorak menyambut. Di depan gua, suara bising kelelawar terdengar jelas, lengkap dengan bau khas bangsa codot pemakan tumbuhan itu.
ADVERTISEMENT

Tengkorak Manusia Berserakan

Namanya saja Gua Tengkorak, gua ini memang dipenuhi tengkorak manusia. Tepat di mulut gua, terlihat batu menjulang setinggi 5 meter dikelilingi tengkorak manusia yang tersusun rapi. Ada juga beberapa tulang kaki dan tangan. Anehnya, di gua ini tidak ditemukan tulang rusuk, tulang punggung maupun tulang jari tangan serta kaki.
Tengkorak kepala manusia berserakan di dalam gua. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
Lebar gua ini sekitar 15 meter, panjang sekitar 70 meter, dan tinggi 15 hingga 20 meter. Beberapa tengkorak kepala manusia terlihat berserakan di bagian dalam gua. Di dinding gua pun terlihat beberapa tengkorak kepala manusia yang tersusun rapi.
Informasi dari masyarakat setempat, dulunya tengkorak kepala manusia di gua itu jumlahnya ribuan. Hanya saja, seiring banyaknya warga yang datang ke sana, beberapa tengkorak kepala hancur dan hilang. Kata Samsu, Kepala Dusun 6, Desa Lawolatu, ratusan tengkorak sudah diselamatkan dengan cara disimpan di dalam lubang yang tersembunyi.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak tau juga itu. Mungkin dibawa pulangkah atau apa. Tapi memang banyak yang dihancurkan. Taumi kalau anak-anak naik ke sana sembarang dia bikin. Makanya itu diamankan,” ujar Samsu yang ditemui di kebunnya.
Selain tulang dan tengkorak kepala manusia, dijumpai pula kayu mirip perahu kecil yang sudah rusak. Kata Samsu, kayu tersebut dulunya adalah tempat penyimpanan tengkorak manusia. ”Itu memang kayu tempat mayat zaman dulu,” kata Samsu.

Kahar Muzakkar

Soal asal-usul tengkorak manusia di atas bukit di Desa Lawolatu, sebagian masyarakat mengaitkannya dengan keberadaan pasukan pemimpin DI/TII Kahar Muzakkar. Beberapa warga yang ditemui kendarinesia/kumparan.com di Desa Lawolatu menyebut tengkorak manusia di Gua Tengkorak adalah tengkorak pasukan Kahar Muzakkar.
“Mungkin begitu (pasukan Kahar Muzakkar). Ia memang sebagian masyarakat bilang begitu. Tapi kita tidak tau juga. Ini kan sudah lama,” ucap Samsu.
Mulut Goa tengkorak di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
Samsu melanjutkan. Dari cerita orang-orang dulu di kampung tersebut, daerah Kolaka Utara khususnya di Kecamatan Ngapa adalah wilayah gerilya pasukan Kahar Muzakkar. Kata dia, tempat persembunyiannya berada di atas gunung yang ditandai dengan empat pohon yang berdampingan menjulang tinggi.
ADVERTISEMENT
Ada versi lain yang dikemukakan oleh masyarakat setempat. Kata Alimin, salah seorang petani di desa itu, tengkorak di gua tersebut adalah tengkorak warga setempat. Kata dia, dulu, mayat orang meninggal tidak dimakamkan. Tapi, disimpan di dalam gua.
“Dulu kan begitu. Itu ada di sana kaya tempat-tempat mayat zaman dulu. Tapi sudah rusak kayanya,” ujar Alimin.

Penuturan Arkeolog

Dosen Arkeologi di Universitas Halu Oleo, Syahrun, punya penjelasan ilmiah terkait keberadaan tengkorak yang umumnya mendiami gua di Sulawesi Tenggara. Kata dia, tengkorak-tengkorak itu adalah tengkorak masyarakat lokal.
Dosen Arkeologi di Universitas Halu Oleo, Dr. Syahrun. Foto: Dok pribadi Dr Syahrun.
Syahrun menjelaskan, tengkorak itu sudah ada sebelum persebaran agama Islam masuk ke Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara. Pasalnya, sebelum agama islam masuk, masyarakat lokal menyimpan jenazahnya di gua.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini mirip dengan yang di Toraja Sulawesi Selatan. Setelah ajaran Islam masuk, barulah berubah," kata Syahrun.
Ketua Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UHO ini menyebut, beberapa hasil penelitian yang menguatkan pernyataan itu adalah ditemukannya tempat mayat di gua-gua yang bertengkorak.
Syahrun membantah cerita yang berkembang di tengah masyarakat kalau gua yang berada di Kolaka Utara berkaitan dengan pasukan Kahar Muzakkar.
Pasalnya, kata dia, Kahar Muzakkar adalah penganut agama Islam. Dan keberadaan tengkorak-tengkorak itu diperkirakan sebelum agama Islam masuk ke Sulawesi Tenggara.
"Kalau Islam sudah masuk kan pasti mayatnya dimakamkan. Ini kan zaman dulu sebelum Islam masuk. Jadi mayat disimpan di gua atau di gunung," tuturnya.
"Dulu kan ada strata sosial dalam menempatkan mayat. Dan memang itu di gunung. Jadi semakin tinggi status sosial semakin tinggi juga mayatnya disimpan," jelas Syahrun.
Tengkorak kepala manusia di goa tengkorak Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.