Blak-blakan PT VDNI soal Rencana Datangkan 500 TKA China ke Sultra

Konten Media Partner
10 Mei 2020 6:05 WIB
comment
22
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Area Smelter PT VDNI yang berada di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sultra. Foto: Dok.Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Area Smelter PT VDNI yang berada di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sultra. Foto: Dok.Istimewa
ADVERTISEMENT
Rencana kedatangan 500 TKA asal China ke Sulawesi Tenggara (Sultra) mendapat penolakan dari berbagai pihak. Karena terus berpolemik, Kemenaker akhirnya menunda kedatangan para pekerja asal Tiongkok itu.
ADVERTISEMENT
PT VDNI dan PT OSS sebagai perusahaan yang akan mempekerjakan mereka akhirnya angkat bicara terkait penundaan tersebut. Termasuk soal alasan perusahaan sampai harus mendatangkan TKA asal negeri bambu itu.
Dalam keterangan resminya, External Affairs Manager PT VDNI, Indrayanto, menjelaskan, tujuan perusahaan mendatangkan 500 TKA asal Tiongkok karena membutuhkan tenaga kerja teknis yang akan bekerja memasang alat produksi pada smelter.
Selain itu, tujuan lain perusahaan mendatangkan TKA tersebut untuk mempertahankan operasional tenaga kerja lokal di perusahaan yang telah di rekrut.
"Jadi, 500 TKA itu sebagian besar adalah karyawan dari pihak kontraktor yang mempunyai skill untuk memasang alat produksi nikel di perusahaan kami," kata Indra, Sabtu (9/5).
Setelah seluruh konstruksi mesin pemurnian nikel selesai dibangun, para TKA itu nantinya akan di pulang ke negara asalnya, China. Kata Indra, keberadaan TKA itu di perusahaan paling lama 6 bulan.
ADVERTISEMENT
"Setelah mereka melakukan pemasangan, mereka akan kembali lagi ke Tiongkok. Paling lama itu tiga bulan, maksimal enam bulan, tenaga ahli itu paling lama bekerja 6 bulan, jika bisa lebih cepat lagi, misal 3 bulan selesai, mereka langsung pulang," tambahnya.
Lebih teknis, Indra menjelaskan, para TKA itu nantinya akan memasang alat konstruksi mesin di sekitar 33 tungku yang ada di PT VDNI dan PT OSS. Oleh sebab itu, perusahaan sangat membutuhkan mereka.
"Itulah mengapa kami berharap TKA itu bisa diberikan (izin) masuk. Secara aturan juga sudah terpenuhi, untuk karantina (kesehatan) 14 hari, maupun syarat-syarat lain sesuai dengan protokol COVID-19 akan kita penuhi, karena memang TKA ini sangat kami butuhkan pada saat ini," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Indra bilang, jika mesin di 33 tungku yang ada di perusahaan tidak segera terpasang, hal itu juga akan berdampak pada tenaga kerja lokal yang telah direkrut sebelumnya, dan memang dipersiapkan untuk mengisi pos di 33 tungku tersebut.
Ada kemungkinan, para pekerja lokal yang telah di rekrut itu akan dirumahkan lebih dulu tanpa gaji, atau bahkan, hal terburuknya adalah terkena PHK. Kata Indra, perusahaan tidak menginginkan ada karyawan lokal yang dirumahkan, apalagi sampai di PHK.
"Pihak perusahaan sedang berusaha hal itu (PHK) tidak terjadi. Untuk itu kami ingin mesin tungku segera terpasang, para pekerja lokal bisa langsung bekerja," ujarnya.
Indra merinci, ada sekitar 150 orang pekerja lokal yang telah dikirim ke China untuk belajar mengoperasikan tungku smelter. Mereka telah kembali ke Indonesia sejak tahun lalu, dan posisinya saat ini menunggu untuk siap bekerja.
External Affairs Manager PT VDNI, Indrayanto. Foto: Dok.Istimewa
Nantinya, putra putri asli Kabupaten Konawe itu akan ditempatkan di tungku baru di PT OSS. Tungku baru itulah yang rencananya akan dikerjakan oleh 500 TKA China.
ADVERTISEMENT
"Nah kalau (mesin) ini tidak terpasang, karyawan yang sudah kita rekrut pasti akan bertanya-tanya, terus kapan kami bisa mulai bekerja," pungkasnya.
Sebenarnya, lanjut Indra, dengan datangnya 500 TKA China itu justru akan menambah lowongan kerja bagi tenaga kerja lokal. Pasalnya, dengan datangnya para TKA tersebut, beberapa mesin akan selesai, dan siap dioperasikan. Tenaga kerja lokal pun akan mulai bekerja.
"Jadi, jumlah tenaga kerja lokal akan terus bertambah seiring berkembangnya proyek pembangunan 33 tungku smelter di perusahaan," katanya
Meski sangat membutuhkan para TKA itu, kata Indra, pihak perusahaan tetap mengikuti kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu menunda kedatangan 500 TKA.
"Namun dengan pertimbangan terbitnya Permenhub Nomor 25 tahun 2020 serta permintaan dari instansi terkait untuk menunda rencana tersebut, maka pada 24 April 2020, perusahaan memutuskan untuk menunda kedatangan TKA tersebut," katanya.
ADVERTISEMENT
Indra menambahkan, saat ini perusahaan masih membutuhkan sekitar 4000 tenaga kerja lokal yang akan di tempatkan di 33 tungku yang sementara dibangun.
Tenaga kerja lokal itu akan bekerja sebagai tenaga operator, administrasi, dan banyak posisi lain sesuai dengan skill yang diminta oleh perusahaan.
Untuk saat ini, PT VDNI dan PT OSS sudah mempekerjakan sekitar 11 ribu karyawan lokal di dalam perusahaan. Jumlah itu belum termasuk yang bekerja di luar perusahaan, seperti kontraktor, suplier, dan tenaga kerja di pelabuhan. Jika ditotal, jumlahnya sekitar 20 ribu orang
Indra juga berbicara soal bahan baku yang selama ini diolah oleh perusahaan,  yang pada akhirnya akan meningkatkan devisa yang dihasilkan bagi negara Indonesia.
"Pengolahan bahan baku di pabrik juga akan menghasilkan nilai tambah bagi Indonesia, menaikkan devisa, pendapatan pajak negara dan nilai ekspor Indonesia," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya, jika 33 tungku yang akan dikerjakan 500 TKA itu segera rampung, maka perusahaan akan lebih banyak membutuhkan bahan baku, semakin banyak bahan baku yang dibutuhkan, maka devisa negara juga akan bertambah. Lalu, para penambang juga akan terus bekerja, tentu dengan karyawan masing masing perusahaan juga," ujarnya
Tak bisa dipungkiri, mewabahnya COVID-19 sejak beberapa bulan terakhir ini turut berdampak ke sektor pertambangan nikel yang ada di Sultra.
Indra menyebut, ada 2 ribu karyawan di 2 perusahaan itu yang terpaksa harus dirumahkan untuk mencegah penularan COVID-19.
"Yang dirumahkan ada juga, saat ini ada sekitar 2 ribuan orang. Ini sebenarnya pilihan dari karyawan sendiri," pungkasnya.
Sementara itu Gubernur Sultra, Ali Mazi, mengatakan bahwa kondisi kebatinan masyarakat Sultra belum bisa menerima kedatangan ratusan TKA tersebut, sehingga kebijakan yang tepat adalah menunda kedatangannya.
ADVERTISEMENT
"Kan namanya penundaan ini kan mekanisme, berarti kan regulasinya sudah ada. Ya tapi kan belum bisa, suasana kebatinan kita hari ini belum bisa menerima hal seperti itu (kedatangan 500 TKA), ya kita tunda lah," pungkasnya.
𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙠𝙚𝙣𝙙𝙖𝙧𝙞𝙣𝙚𝙨𝙞𝙖 𝙙𝙞 𝙄𝙣𝙨𝙩𝙖𝙜𝙧𝙖𝙢 @𝙠𝙚𝙣𝙙𝙖𝙧𝙞𝙣𝙚𝙨𝙞𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙡𝙞𝙠 𝙩𝙤𝙢𝙗𝙤𝙡 '𝙄𝙆𝙐𝙏𝙄' 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙧𝙖𝙜𝙖𝙢 𝙞𝙣𝙛𝙤𝙧𝙢𝙖𝙨𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙧𝙞𝙠 𝙡𝙖𝙞𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙙𝙞 𝙎𝙪𝙡𝙖𝙬𝙚𝙨𝙞 𝙏𝙚𝙣𝙜𝙜𝙖𝙧𝙖.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.