Konten Media Partner

Cerita Petugas Pemakaman Corona di Baubau, Sering Diusir Hingga Dipukuli Ibu-ibu

20 Agustus 2021 19:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim pemulasaran jenazah corona di Baubau tidak gunakan APD saat makamkan jenazah corona. Foto: Dok Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Tim pemulasaran jenazah corona di Baubau tidak gunakan APD saat makamkan jenazah corona. Foto: Dok Istimewa.
ADVERTISEMENT
Beberapa petugas evakuasi jenazah Satuan Gugus Tugas (Satgas) COVID-19 Kota Baubau tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat makamkan jenazah pasien corona, pada Selasa (17/08).
ADVERTISEMENT
Menurut pengakuan tim evakuasi jenazah Satgas COVID-19, pihaknya beralasan karena sering mendapat tindakan persekusi dari keluarga jenazah yang meragukan virus corona.
Meski begitu, petugas yang tidak menggunakan APD saat melakukan pemulasaran jenazah COVID-19 tetap melanggar Standar Operasional Prosedur (SOP) pemulasaran jenazah COVID-19.
Terkait hal itu, Ketua Tim Evakuasi Jenazah Satgas COVID-19 Kota Baubau, Darwis mengucapkan permohonan maaf atas tindakan anggotanya yang menyalahi SOP saat Pemulasaran jenazah di Kelurahan Lanto, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, Sultra.
"Kami meminta maaf atas kelalaian anggota. Kami menyadari tidak seharusnya mengabaikan SOP," kata Darwis melalui telepon seluler, pada Jumat (20/08).
Darwis lalu bercerita bagaimana tim evakuasi jenazah Satgas COVID-19 Kota Baubau kerap mendapatkan tindakan kekerasan hingga pengusiran, dari pihak keluarga pasien yang meninggal dunia karena terpapar corona.
ADVERTISEMENT
"Pernah kita diusir dan bahkan ada yang dipukul pakai sarung oleh ibu-ibu saat memulasarkan jenazah dengan APD lengkap," jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, salah satu petugas evakuasi jenazah COVID-19 Kota Baubau, Suharman (34) mengatakan bahwa keluarga jenazah sering tak mempercayai penularan corona serta menyalahkan petugas saat Pemulasaran jenazah yang menggunakan APD.
"Kami disalahkan saat mengenakan APD karena malah menakuti pihak keluarga yang ingin ikut melayat," katanya melalui sambungan telepon seluler, pada Jumat (20/08).
Mirisnya, Suharman mengaku sudah sering mendapat tindakan persekusi selama pandemi COVID-19.
Menurutnya, ada 3 peristiwa persekusi yang lumayan parah. Pertama, diusir dan diancam saat di Pulau Makassar, Kelurahan Sukanayo, Kecamatan Kokalukuna. Kedua, dipukul ibu-ibu saat di Kelurahan Wangkanapi, Kecamatan Wolio.
ADVERTISEMENT
Dan terakhir, diteriaki dengan nada makian dan ancaman di Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum.
"Yang dimulai itu waktu Juli 2021 kemarin, makanya ketika kami diminta untuk tidak pakai APD, kami menurut saja," imbuhnya.
Atas perlakuan persekusi tersebut, tim evakuasi jenazah COVID-19 Kota Baubau mengaku trauma dengan beberapa kejadian tersebut dan akhirnya petugas menurut saja ketika diminta tak mengenakan APD saat pemulasaran di Kelurahan Lanto, Kecamatan Batu Poaro, Kota Baubau, pada Selasa (17/08) siang.
"Sehingga ketika kami diminta agar tak mengenakan APD, maka kami menuruti karena takut dimarahi dan dimaki lagi," beber Darwis.
Atas kejadian tersebut, Darwis mengatakan, sudah menghadap Sekretaris Satgas COVID-19 Kota Baubau, Muslimin Hibali, menyampaikan, tak akan mau memulasarakan jenazah COVID-19 jika pihak keluarga memaksa tidak mengenakan APD.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah menyampaikan, kedepan jika ada permintaan dari pihak keluarga jenazah agar petugas tidak mengenakan APD, maka tim evakuasi tidak mengajukan memulasarkan jenazah," lanjutnya.
Sementara itu, Suharman, mengatakan, memilih tidak bekerja jika terus mendapat makian dan ancaman.
"Bisa jadi mogok kerja, dari pada diminta tak mengenakan APD," pungkasnya