Konten Media Partner

Idham Azis, dari Belajar Beralas Tanah hingga Jadi Calon Kapolri

30 Oktober 2019 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fatimah, Guru Agama Komjen Idham Azis semasa mengenyam pendidikan di SD 8 Kendari. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia
zoom-in-whitePerbesar
Fatimah, Guru Agama Komjen Idham Azis semasa mengenyam pendidikan di SD 8 Kendari. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia
ADVERTISEMENT
Komjen Idham Azis tengah menjalani uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR RI setelah ditunjuk sebagai calon tunggal Kapolri oleh Presiden Joko Widodo menggantikan Tito Karnavian.
ADVERTISEMENT
Idham Azis lahir pada tahun 1963 di Kampung Salo, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Di tempat itu jugalah Idham menghabiskan masa kecilnya.
Idham merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Abdul Azis, ibunya Tuti Pertiwi Azis. Pendidikan dasar 9 tahun Idham dienyamnya di Kota Kendari.
Idham bersekolah di SD Negeri 8 Kendari, Kampung Salo, SMP Negeri 2 Kendari, dan SMA Negeri 1 Kendari. Setelah itu, Idham lulus di Akademi Kepolisian pada tahun 1988.
Warga Kampung Salo akrab memanggil Idham dengan panggilan 'Om Calli'. Nama ini merupakan nama panggilannya semasa kecil.
Di mata warga Kampung Salo, Idham dikenal sebagai anak yang penyabar dan tekun. Ia juga dikenal aktif di rekan-rekan sebayanya saat masih anak-anak.
ADVERTISEMENT
Sempat di Sekolah Darurat
Idham bersekolah di SD 8 Kendari, Kampung Salo. Dulunya, sekolah ini adalah sekolah darurat. Fatimah, guru agama di sekolah itu menggambarkan, sekolah darurat tersebut berdinding papan, dan beralaskan tanah.
SD Negeri 8 Kendari saat ini. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia
"Kursi yang dipakai itu kursi kereta. Yang panjang, yang satu kursi bisa banyak yang duduk," tutur Fatimah sambil mengingat lembaran kisah lama itu saat ditemui kendarinesia di SDN 8 Kampung Salo pada Rabu (30/10).
Tahun 80-an, SDN 8 sudah berpindah tempat, dan memiliki bangunan permanen. Lokasinya tidak jauh dari lokasi sekolah darurat.
Di mata Fatimah, Idham merupakan anak yang tekun dan penyabar. Idham juga dikenal sebagai anak yang berprestasi. "Ranking satu terus," ujar Fatimah.
Selain itu, Idham juga disebut-sebut sebagai anak yang bertanggung jawab. Ciri-ciri itu, kata Fatimah, ia lihat ketika Idham diberi tugas belajar dari sekolah.
ADVERTISEMENT
Semua tugas yang diberikan saat masih sekolah selalu diselesaikan. Tidak peduli benar atau salah, yang jelas tugas-tugas yang diberikan itu selesai.
"Kalau dikasih tugas, pekerjaan rumah, itu pasti diselesaikan. Benar salahnya, yang jelas dia selesaikan. Di situ saya lihat dia orang punya tanggung jawab," tutur Fatimah.
Kata Fatimah, sejak kecil Idham berkeinginan kuat menjadi polisi. Setiap ditanya cita-cita, Idham selalu menjawab ingin jadi polisi.
Fatimah berpesan agar Idham Azis bisa mengemban amanah dengan baik jika disetujui menjadi Kapolri. Ia berharap, Idham bisa mencetak banyak prestasi sebagaimana prestasinya yang sering juara kelas saat SD.
Irjen Idham Azis. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
"Pesan saya satu lagi, jangan lupa Kampung Salo," jelas Fatimah.
Sederet perjalanan karier Idham, tahun 2013, bertugas sebagai Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri, 2014 Kapolda Sulawesi Tengah, Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri di tahun 2016, dan tahun 2017, menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.
ADVERTISEMENT
Karier di Kepolisian juga terbilang moncer. Beberapa di antaranya, sukses menangani kasus bom Bali II dan mutilasi tiga siswi di Poso.
Idham juga terlibat dalam operasi-operasi skala besar, seperti Operasi Anti-Teror Bareskrim Polri di Poso (2005-2007), Operasi Camar Maleo (2014-2016), dan Operasi Tinombala (2016).