Kaghati Kolope, Layang-layang Purba di Muna Sudah Ada Sejak 4.000 Tahun Lalu

Konten Media Partner
24 Juli 2022 18:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Kabupaten Muna memamerkan Kaghati Kolope. Foto: Ist
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kabupaten Muna memamerkan Kaghati Kolope. Foto: Ist
ADVERTISEMENT
Layang-layang Kaghati Kolope merupakan layangan purba yang diklaim sudah ada sejak awal hadirnya manusia di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).
ADVERTISEMENT
Plt. Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Muna, Darwin mengungkapkan berdasarkan hasil penelitian Kaghati Kolope dipercaya sudah ada sejak ribuan tahun silam.
"Hasil penelitian dari Jerman, Kaghati Kolope sudah ada sejak 4000 tahun silam," ungkap Darwin dikonfirmasi kendarinesia, Minggu (23/07).
Hal itu dibuktikan dengan adanya situs pra sejarah lukisan layang-layang di Goa Sugi Patani, Liangkabori, Muna. Keunikan dari layangan Kaghati Kolope semua bahannya terbuat dari alam yang tumbuh di daratan Pulau Muna.
"Badan layangannya terbuat dari daun kolope atau umbu gandung, rangka layangan terbuat dari bambu dan tali layangan terbuat dari daun nanas hutan yang dipintal," ujarnya.
Ia mengatakan nama Kaghati Kolope sendiri berasal dari bahasa Muna, Kaghati artinya layang-layang sedangkan Kolope bermakna daun di hutan. Sehingga Kaghati Kolope memiliki arti layang-layang daun di hutan.
ADVERTISEMENT
Darwin menjelaskan cara membuatnya dimulai dari potongan bambu yang disesuaikan dengan besarannya. Untuk panjangnya dan lebar akan disesuaikan dengan besarannya sesuai dengan yang diinginkan
Setelah itu bambu tersebut diikat menggunakan tali yang sudah dipintal yang terbuat dari daun nanas hutan. Lebih lanjut dia mengatakan layang-layang tersebut kemudian dirancang sedemikian rupa sampai menyatu dengan cara di jahit menggunakan daun nanas hutan yang telah dipintal.
"Daun nanas tersebut tidak bisa sembarang diletakkan, namun menggunakan teknik khusus," ujar dia.
Ia menjelaskan walaupun dibuat dari bahan alam secara umum, Kaghati Kolope dengan rata-rata berukuran 170 cm itu bisa terbang selama berhari-hari.
Guna melestarikan layangan Kaghati Kolope, pemerintah kabupaten Muna bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar festival Kaghati Kolope.
ADVERTISEMENT
Ia menerangkan, festival Kaghati Kolope pertama kali diselenggarakan tahun 2010 dan terakhir tahun 2015. Di tahun 2022 ini, Pemkab Muna akan digelar kembali.
"Jadi ini sudah yang ke 3 kalinya, tapi sebelumnya itu namanya bukan Kaghati Kolope tapi festival layang-layang," ujar Darwin.
Tak hanya itu tahun 2014 Kaghati Kolope telah mendapatkan rekor muri dan tingkat internasional telah mendapatkan penghargaan james book sebagai layang-layang tertua di dunia.
Festival Kaghati Kolope kali ini berlangsung tanggal 23-24 Juni 2022 yang diikuti oleh seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) se-Kabupaten Muna, seluruh Kecamatan se-Kabupaten Muna serta para pegiat layang-layang.
"Selain Festival Kaghati Kolope juga ada lomba kreasi layang-layang yang pesertanya diikuti dari Jakarta, Semarang dan Bali," kata Darwin.
ADVERTISEMENT