IMG-20200916-WA0059.jpg

Kisah Anak Buruh Bangunan, Hanya 2 Kali Belajar Daring karena Tak Punya Hp

17 September 2020 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asisah hanya bisa belajar secara offline di rumahnya tanpa bisa mengikuti belajar daring karena tidak memiliki handphone. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Asisah hanya bisa belajar secara offline di rumahnya tanpa bisa mengikuti belajar daring karena tidak memiliki handphone. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Wajah Asisah cukup familiar bagi warga Kota Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut). Apalagi mereka yang bekerja di lingkup Pemda dan Polres Kolut.
ADVERTISEMENT
Sejak tiga tahun silam, anak tunggal dari pasangan Demmattajang dan Satmawati ini menjalani hari-harinya sebagai penjual kue dan gorengan. Kompleks perkantoran di Pemda dan Polres Kolut menjadi salah satu rute Asisah berjualan.
Dua pilihan yang sulit bagi anak berusia 11 tahun ini. Antara fokus ke sekolah, dan membantu ekonomi keluarga dengan berjualan kue dan gorengan. Sejak tiga tahun lalu, Asisaah sudah menjalani rutinitas itu.
Pagi hari, Asisah ke sekolah. Setelah pulang, Asisah kembali bergegas menjajakan jajanannya ke warga Kota Lasusua.
"Sekarang kan sudah beberapa bulan ini kita tidak sekolah. Jadi tiap hari saya keliling jual gorengan. Kalau jam kantor saya masuk di kantor-kantor," kata Asisah, pada Rabu (17/9).
Asisah mengaku tak jarang mendapat ejekan dari teman-temannya di sekolah. "Sering diejek dibilangi penjual jalang kote (gorengan). Tapi saya tidak peduliji," ucap anak yang bercita-cita ingin menjadi Kowad ini.
Asisah saat akan berangkat menjajakan gorengan hasil olahan ibunya. Tampak belakang rumah tempat Asisah tinggal bersama kedua orang tuanya. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
Ayah Asisah, Demmattajang bekerja sebagai buruh bangunan. Sementara ibunya, menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Jika musim petik buah, atau cengkih, Satmawati, ibu Asisah menjadi buruh petik.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi seperti itu, hasil kerja ayah, dan ibu Asisah hanya cukup untuk makan sehari-hari. Hasil jualan kue Asisah dipakai untuk keperluan sekolah.
Apalagi saat ini keluarga tersebut hanya numpang tinggal di tanah milik orang lain, dengan bangunan semi permanen ukuran tiga kali tujuh meter.
Tak Ikut Belajar Online
Sudah beberapa bulan Pemerintah menjalankan sistem belajar online sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, tak terkecuali di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Di sisi lain, sistem belajar online ini lebih memudahkan aktivitas Asisah menjual gorengan. Namun problem barunya, Asisah tidak mampu ikut belajar online lantaran tak punya gawai
Sebenarnya ayah Asisah punya handphone. Handphone itulah yang sempat dipinjam Asisah mengikuti pembelajaran online sebanyak dua kali.
ADVERTISEMENT
"Dulu sempat ada kuotaku. Jadi itu saya pinjamkan. Tapi ini hp juga sudah heng-heng (mulai rusak), nda adami juga kuota," ujar Demmattajang.
Jadi, sejak pembelajaran online diberlakukan, Asisah terhitung hanya dua kali ikut mata pelajaran sistem daring. Anak perempuan ini mengaku diberi toleransi oleh gurunya dengan belajar di rumah dan tidak ikut sistem belajar online.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten