Mendorong Kesejahteraan Petani Melalui Revitalisasi Kakao Ala Pemda Kolaka Utara

Konten Media Partner
22 Januari 2021 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Kolaka Utara, Nur Rahman Umar saat melihat hasil perkebunan kakao milik warga. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Kolaka Utara, Nur Rahman Umar saat melihat hasil perkebunan kakao milik warga. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Kabupaten Kolaka Utara, (Kolut) baru saja memperingati hari jadinya yang ke-17 pada 7 Januari lalu. Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini, peringatan hari jadi daerah yang terkenal dengan hasil bumi tidak begitu ramai. Semua tidak lepas dari pandemi COVID-19, sehingga tidak diadakan pesta meriah seperti tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Menginjak usia yang ke tujuh belas, di bawah kepemimpinan Nur Rahman Umar selaku bupati dan H. Abbas selaku wakil bupati, Kolaka Utara masih dengan visi yang sama; mengembalikan kejayaan kakao.
Bertolak ke sejarah, Kolaka Utara pernah terkenal dengan sebutan daerah ‘dollar’ karena hasil perkebunan yang melimpah. Ada dua komoditas utama yang membuat daerah ini didapuk sebagai daerah dollar kala itu, yakni kakao dan cengkeh.
Kolaka Utara merasakan masa keemasan untuk tanaman kakao pada tahun 1997. Bahkan, ketika krisis ekonomi tengah melanda, petani kakao sejahtera karena harganya juga terkerek naik. Namun, sejak maraknya hama penyakit tanaman di tahun 2000-an, kakao tidak lagi menjadi primadona buat petani. Terlebih tanaman sudah berumur tua sehingga tidak produktif lagi.
ADVERTISEMENT
Data Dinas Pertanian setempat menyebutkan, potensi kakao di Kolaka Utara mencapai 87 ribu hektare, dan 43 ribu harus segera direvitalisasi. Jika berhasil, maka akan bisa mengangkat kehidupan yang 80 persen masyarakatnya yang bergantung pada perkebunan kakao.
Di-era keemasannya, Kabupaten Kolaka Utara merupakan satu-satunya kabupaten penyumbang produksi kakao terbesar secara nasional di Indonesia. Data dari Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, kakao petani Kolut pernah mencapai 158 ribu ton per tahun.
Keakuratan data ini telah dipastikan relevan. Bisa dibayangkan dalam sepekan kurang lebih 20-50 pedagang ke Makassar Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjual hasil panen 20-200 ton untuk dijual sekali berangkat. Hal itu benar adanya karena salah satu diantara pedagang kakao itu adalah orang tua dari Wakil Bupati Kolut, H. Abbas.
ADVERTISEMENT
Penurunan produksi itu mulai terasa di akhir 2005 dan 2006 serta semakin menyusut hingga saat ini. Hal ini menjadi perhatian khusus Nur Rahman Umar dan H. Abbas. Pasca dilantik 22 Agustus 2017 silam keduanya langsung tancap gas. Usai melakukan penelusuran dan penelitian disimpulkan kakao mutlak direvitalisasi.
Hal ini pulalah yang menjadi pondasi pemikiran Nur Rahman dalam kepemimpinannya untuk mengembalikan kejayaan kakao lewat program unggulan revitalisasi kakao. Sejak pertama kali digagas pada tahun 2017-2018 silam, tak terbantahkan, perlahan namun pasti cikal-bakal kembalinya masa keemasan itu mulai nampak.
Data Dinas Pertanian Kolaka Utara menunjukkan, sepanjang tahun 2018, Kolaka Utara merealisasikan luas tanam sebanyak 6.601 hektar. Selain kakao, Nur Rahman berpikir perlunya tanaman sela sebagai penunjang penghasilan masyarakat. Tanaman sela yang dimaksud adalah jagung.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah berhasil mengembangkan pertanaman jagung bahkan sudah panen, namun perlu upaya lebih keras untuk perluasan," ucap Nur Rahman dalam sesi wawancara dengan media beberapa waktu lalu.
Revitalisasi Kakao
Menjatuhkan pilihan program utama dengan berpihak ke petani ini merupakan langkah berani. Pasalnya, progres kinerja ini tidaklah sama dengan membangun di bidang infrastruktur yang jika selesai kontrak wujudnya telah nampak di mata.
Meski demikian, Nur Rahman mengaku tidak terlalu memikirkan hal itu namun lebih kepada bagaimana petaninya bisa sejahtera dari hasil perkebunan mereka seperti sedia kala. Perbaikan ekonomi masyarakat menjadi hal pertama dan utama sebagai kunci pendorong semua sektor baik di bidang pendidikan, kesehatan dan lainnya.
"Ekonomi masyarakat membaik tentu otomatis semua sektor ikut terangkat. Ya karena ada uang. Anak-anaknya bisa sekolah di lembaga hingga kampus terbaik serta berobat juga ke tempat terbaik. Kalau tidak ada uang bagaimana," ucap bupati.
ADVERTISEMENT
Ancang-ancang dari awal sebagai target revitalisasi dibidik seluas 43 ribu Hektare (Ha). Kalkulasi dari data Dinas Perkebunan dan Peternakan Kolut yang dipimpin Ismail Mustafa menjumlah total lahan yang telah tertanam mulai akhir 2017-2019 mencapai 9 ribu (Ha).
Kakao merupakan komoditi utama Pemda Kolaka Utara. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
Bibit yang telah tersalur sebanyak 9 juta lebih. Pemerintah pusat juga memberikan perhatian dengan menyalurkan 2 ribu bibit melalui APBN. "Agar mencapai target awal 18 ribu Ha nanti akan diintervensi melalui dana APBD,"ujarnya.
Sejak program revitalisasi diluncurkan, tanaman kakao yang tidak produktif lagi di babat massal. Nur Rahman gusar karena di sisi lain pasti pendapatan petaninya menyusut. Namun ia tidak kehabisan ide dan lepas begitu saja.
Program tanaman sela diluncurkan yakni budidaya jagung secara massal. Produksinya saat ini juga tidak main-main sebagai sumber pendapatan baru masyarakatnya. Dari catatan Dinas Perdagangan Kolut, tahun ini saja nilai perdagangan antar pulau khusus komoditi di sektor pertanian mencapai Rp 14,8 Miliar dimana jagung mendominasi.
ADVERTISEMENT
Petani Kakao Kolut sudah harus bergegas memfokuskan perhatiannya kembali ke tanaman-tanaman kakaonya mulai saat ini. Dirjen Perkebunan telah menetapkan otorita Nur Rahman Umar itu sebagai mayor sentra pengembangan kakao dan lada di republik ini yang berbasis korporasi.
Itu berarti pemerintah pusat mulai konsen memfokuskan perhatiannya ke Kolut terkait budidaya tersebut. Tahun ini pemerintah pusat bakal menggelontorkan pendanaan guna membangun pusat pengembangan yang berlokasi di Desa Balosi Kecamatan Lasusua. 10 Ha lahan disiapkan dimana 2 Ha telah clear disusul tahun ini 3 Ha.
Kata pasangan duet H. Abbas itu, pembangunan dari hulu-hilir akan berbasis di tempat itu mulai pembibitan, pengembangan kebun induk sumber benih hingga berkualifikasi F1. Semua fasilitas di dalamnya tentu akan tersedia baik pengolahan pasca panen, fermentasi, pengeringan, gudang, tempat produksi produk serta pusat pelatihan. "Akan diintegrasikan dengan pariwisata guna pengembangan agrowisata," bebernya.
ADVERTISEMENT
Kakao di Mata Dunia
Kembali ke kebun, dengan merawat sebaik mungkin tanaman kakao diyakinkan bupati tidaklah merugi. Selain Kolut sudah didaulat menjadi mayor project tentu karena permintaan dunia luar akan komoditi ini masih cukup tinggi ketimbang hasil produksinya itu sendiri.
Tidaklah heran jika utusan-utusan perusahaan luar negeri bertandang hingga ke daerah mencari produk terbaik. Berbicara kakao ini kata dia pada dasarnya bukan hanya semata-mata persoalan harga namun produksi itu sendiri yang menyusut.
Hitung-hitungannya begini. Sekarang produktivitas kakao Kolut 3-3,6 ton per tahun. Artinya jika berpatokan dengan harga Rp. 29 ribu per Kg saja maka per Ha dalam setahun bisa menghasilkan duit berkisar Rp. 80 jutaan. "Semakin luas lahan ditanami maka hasilnya juga tidak main-main," imbuh Nur Rahman.
ADVERTISEMENT
Meski sejumlah harga komoditas petani dominan alami penurunan namun nilai perdagangan keluar pulai masih terbilang fantastis. Berdasarkan data sementara Dinas Perdagangan setempat pada 2019 lalu, total rupiah hasil penjualan dicatat terbilang Rp 333,6 M.
Secara spesifik, Rp 333,6 M itu didominasi komoditas pertanian Rp 14,8 M dan perkebunan Rp 279,4 M. Bisa dibayangkan jika kakao kembali lagi mengambil alih dominasi angka tersebut apabila kakao yang direvitalisasi mulai menampakkan hasilnya. Meski demikian, komoditi ini tetaplah menjadi salah satu penunjang terbesar dalam PDRB Kolut sepanjang tahun. "Karena mayoritas masyarakat kita memang petani," pungkasnya.
Ajak Petani Bergerak
Dalam menyukseskan program revitalisasi tersebut, Nur Rahman tidaklah sendiri. Ada Wabup Kolut, H. Abbas yang selalu tampil kompak menyemangati para petani. Duet kedua pasangan ini selalu tampil bersama dalam momen penanaman perdana atau saling mengisi ketika salah satunya memiliki agenda tugas di lain tempat.
ADVERTISEMENT
H. Abbas tak pernah absen mengajak dengan memulai dari internalnya hingga camat-kades bersatu membantu petani dalam mensukseskan program revitalisasi. Sebab, bagaimanapun itu program ini ditujukan untuk mensejahterakan masyarakatnya masing-masing. "Saya berharap petani agar lebih tekun dan serius dalam merealisasikan program ini karena ini untuk mereka sendiri dan anak-anaknya kelak agar merasakan ekonomi yang mapan," ucapnya.
H. Abbas berkata seperti itu karena ia sendiri telah merasakan dari imbas kebun dan perdagangan kakao dari orang tuanya sendiri. Hasil kebun lah yang membuat ia bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan bisa menghidupi keluarganya.
Revitalisasi perkebunan kakao di Kolaka Utara. Foto: Lukman Budianto/kendariensia.
Petani harus mengubah mindset dan pola pikir agar lebih tekun menanam dan merawat kebun kakaonya. Petani sekarang harus bersyukur karena pemerintah turun tangan membantu mulai dari penyediaan bibit, pupuk hingga perawatan. "Bayangkan dulu tidak ada bantuan, orang tua menanam sendiri, memupuk dan merawat sendiri. Tetapi karena ulet dan tekun lihat anak-anaknya sukses. Lihat saya dan bupati sebagai contoh. Orang tua petani," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Pabrik Kakao
Salah satu bukti keseriusan Bupati Kolaka Utara Dalam mendongkrak ekonomi lewat komoditas kakao adalah upaya pengembangan kakao dari hulu ke hilir. Hulu berarti mulai dari penanamannya, dan hilir adalah proses pengolahan buah kakao sampai dengan dikemas sendiri.
Saat ini Pemda sudah membangun pabrik kakao di Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua. Kelak pabrik inilah yang akan menjadi hilir dari program revitalisasi kakao.
Pembangunan gedung dan penyediaan mesin produksi biji kakao di kawasan ‘Mayor Project Sentra Kakao’ di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) dipastikan tuntas memasuki awal 2021 ini.
Pemerintah memperkirakan bakal melibatkan sekitar 500 an orang pekerja dengan taksiran hasil penjualan berkisar Rp 1 M.
Kadis Perkebunan dan Peternakan Kolut, Ismail Mustafa menjelaskan mulai Januari-Maret merupakan tahap persiapan Sumber Daya Manusia (SDM), koordinasi bahan baku dan modal pembelian biji kakao basah dari petani. Olehnya itu, memasuki April 2021 upaya produksi sudah berjalan normal. "Jika mesin berproduksi otomatis akan diikuti pembelian biji kakao dari petani," ujarnya, pada Jum'at (20/11).
ADVERTISEMENT
Ketika pabrik sudah siap, dari sisi penyerapan tenaga kerja juga pasti dilakukan karena tempat pengolahan itu tidak berdiri sendiri. Di gedung pengolahan misalnya, disana bakal dipekerjakan kisaran 25 orang. Hal itu belum para tenaga pengurus koperasi mulai dari tingkat wilayah hingga para pembeli yang menyebar hingga level desa.
Pengurus koperasi itu akan dibagi pada tiga unit kerja meliputi zona wilayah utara Kolut, tengah dan bagian selatan. 500 orang pekerja secara keseluruhan dianggap bisa mencapai jumlah itu. "Kalau berbicara tenaga kerja kan bukan hanya dilihat yang dipekerjakan di pabriknya saja karena mayor project ini berbasis korporasi,"tuturnya.
Untuk mendorong hasil penjualan, sasaran awal yang menjadi target pasar yakni wilayah dalam Kolut. Mereka akan menyasar unit-unit pemerintahan baik OPD hingga ke tingkat desa.
ADVERTISEMENT
Pihaknya telah mengestimasi pendapatan pada awal penjualan itu berkisar Rp 1 M. Itu belum diluar lembaga atau unit pemerintahan karena saat itu bakal digalakkan ‘gerakan minum coklat’ yang bakal digaungkan pemda. "Kami akan perlihatkan bahwa ini loh produk hasil dari petani kita. Ayo dukung gerakan ini untuk untuk membantu para petani dengan mengkonsumsi produk lokal sendiri," pungkasnya.
Sekedar diketahui, bangunan pabrik terbagi dua bangunan berukuran 18 x 22 Meter (M) dengan nilai proyek sebesar Rp 2,3 M. Sedangkan harga pengadaan mesin ditaksir Rp 700 juta menggunakan APBN. Per hari, pabrik tersebut diperkirakan mampu memproduksi 100 Kg biji kakao dalam bentuk coklat.
Apresiasi Pemerintah Pusat
Upaya Pemda Kolaka Utara dalam mengembangkan komoditas kakao rupanya direspon baik oleh pemerintah pusat.
ADVERTISEMENT
Sebagai wujud apresiasi pemerintah pusat, Bupati Kolaka Utara H. Nurrahman Umar didapuk sebagai penerima penghargaan Anugerah Pratama Perkebunan Indonesia (Appi) Award Tahun 2020 oleh Menteri Pertanian RI, Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.Si., M.H untuk penghargaan
Penghargaan Tersebut diserahkan langsung Menteri pertanian M. Yasin Limpo pada peringatan hari perkebunan ke-63 Tahun di Scientia Square Park Tangerang Banten pada Kamis 10 desember 2020.
Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Wakil Bupati Kolaka Utara H. Abbas bersama Enam Gubernur dan Tujuh Bupati. Mereka adalah Gubernur Jawa Barat, Gubernur Sulawesi Utara, Gubernur Sumatera Selatan, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Jambi, dan Gubernur Sumatera Utara.
Kemudian Bupati Bandung, Bupati Musi Banyuasin, Bupati Lampung Barat, Bupati Cianjur, Bupati Luwu Timur, Bupati Tanjung Jabung Timur, dan Bupati Kolaka Utara.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Kepala Dinas Perkebunan Ismail Mustafa Bahwa penghargaan yang diberikan karena Bupati dianggap memiliki perhatian besar untuk memajukan Perkebunan utamanya komoditi Kakao yang ada di kolaka Utara
“Penghargaan ini diberikan sebagai Bupati Inovatif berbasis Korporasi dalam peningkatan program Revitalisasi Kakao untuk meningkatkan program kawasan perkebunan dan peningkatan Produksi,” katanya.
Sejak tahun 2018 hingga 2020 Pemerintah Daerah Kolaka Utara telah melakukan revitalisasi Kakao sebesar 10.300 Hektar dari 18.000 Hektar yang akan direvitalisasi.
Bupati Kolaka Utara, Nur Rahman Umar saat melihat hasil perkebunan kakao milik warga. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
Produk Berita Ini Merupakan Bentuk Kerjasama dengan Pemda Kolaka Utara