news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ditolak, Turnamen Free Fire di IAIN Kendari Memakan Korban

Konten Media Partner
17 Desember 2019 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretariat FKMI Sultra yang dirusak massa, pengurusakan itu buntut dari aksi penolakan terhadap turnamen game Free Fire. Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Sekretariat FKMI Sultra yang dirusak massa, pengurusakan itu buntut dari aksi penolakan terhadap turnamen game Free Fire. Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
Salah satu item kegiatan dalam Fasha Fair 2019, yaitu turnamen game online Free Fire yang digelar Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Mendapat penolakan dari puluhan orang yang di diduga mahasiswa IAIN Kendari dengan menamai diri mereka sebagai massa aksi Merah Putih.
ADVERTISEMENT
Aksi penolakan itu berujung pengrusakan terhadap sekretariat organisasi Forum Kajian Mahasiswa Islam (FKMI) Sultra. Akibatnya, 1 orang menjadi korban luka.
Kepala Polsek Ranomeeto, AKP Dedy Hartoyo menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Senin (16/12) sekitar pukul 11.00 WITA di sekretariat FKMI Sultra, Desa Kota Bangun, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kejadian itu, kata Dedy, diawali dari adanya aksi dari kelompok merah putih yang menolak salah satu kegiatan lomba pada kegiatan Fasha Fair 2019 yaitu turnamen game online Free Fire yang digelar oleh Dema dan Sema IAIN Kendari.
Menurut kelompok massa merah putih, lanjut Dedy, game online Free Fire merupakan bentuk pembodohan dan pembunuhan karakter mahasiswa, sehingga menurut kelompok merah putih game online itu tidak layak diadakan dalam kegiatan kampus.
ADVERTISEMENT
"Namun karena tuntutan mereka tidak ditanggapi oleh pihak kampus IAIN, sehingga massa aksi merah putih melakukan aksi swiping di ruang-ruang kelas dan lingkungan kampus IAIN Kendari dengan sasaran anggota Dema dan Sema IAIN Kendari yang merupakan panitia kegiatan Iven Fasha Fair 2019," jelas Dedy, Selasa (17/12).
Sekrat FKMI Sultra mengalami rusak parah. Foto: Istimewa.
Dedy melanjutkan, setelah melakukan swiping di ruang kelas, massa kemudian menuju cafe Aferos yang biasa digunakan oleh panitia kegiatan Fasha Fair 2019 berkumpul, karena tidak menemukan anggota panitia, massa melanjutkan aksi swipingnya ke sekretariat FKMI Sultra.
"Saat tiba di sekret FKMI Sultra, massa menemui 4 orang anggota FKMI sedang berada di dalam sekret, kelompok massa merah putih itu langsung melakukan pelemparan dan pengerusakan sekret dengan menggunakan batu dan balok kayu. Sekret FKMI rusak, 1 orang korban luka bagian kepala bernama Agus Bahar. Usai melakukan pengrusakan, massa aksi langsung melarikan diri," urai Dedy.
ADVERTISEMENT
Dedy bilang, aksi penolakan kelompok merah putih terhadap salah satu item lomba dalam kegiatan Fasha Fair 2019, yaitu game online Free Fire sudah dilakukan sejak 12 Desember 2019 di depan auditorium IAIN Kendari.
Karena tidak mendapat respon, kelompok massa merah putih kembali melakukan aksi penolakan pada 13 Desember 2019. Saat itu, massa melakukan bertemu dengan Dekan Fakultas Syariah IAIN Kendari,  Wakil Dekan III Fak Syariah IAIN Kendari, Ketua DEMA dan Ketua SEMA IAIN Kendari.
Selain sekret yang rusak, 1 orang mengalami luka akibat lemparan baru. Foto: Istimewa
Namun, dialog itu berjalan alot dan terjadi aksi saling dorong yang menyebabkan salah seorang anggota Dema bernama Ardiansyah mengalami luka pada bagian hidung.
Pasca kejadian tersebut, aparat Kepolisian langsung melakukan penyelidikan dengan meminta keterangan sejumlah saksi dan dari pihak pelapor.
ADVERTISEMENT
"Puncak aksi penolakan itu adalah kemarin (Senin), massa melakukan pengrusakan sekretariat. Kasus ini sudah kami tangani, dan masih dalam proses penyelidikan untuk mencari pelaku perusakan," pungkasnya.
Sementara itu, korban luka, Agus Bahar (23), yang juga ketua FKMI Sultra, mengatakan bahwa yang menjadi panitia adalah anggota FKMI.
Agus menduga aksi dari kelompok merah putih itu diduga ditunggangi oleh kepentingan lain. Sebab aksi penolakan dilakukan pada hari terakhir penutupan gelaran pertandingan pada 12 Desember 2019. Agus mempertanyakan mengapa penolakan tidak dilakukan sejak awal dimulainya turnamen.
Agus membeberkan, upaya penolakan oleh kelompok merah putih pada 12 Desember lalu sudah dimediasi oleh pihak kampus, Sema dan Dema IAIN. Saat itu ditawarka sejumlah solusi penyelesaian, salah satunya adalah turnamen Free Fire tidak diadakan lagi tahun depan. Namun, menurut Agus, massa merah putih tidak mau menerima solusi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Panitia penyelenggara adalah kader kami (FKMI), mereka datang ke sini ramai-ramai langsung melempar sekertariat. Saya dan beberapa teman sedang ada di sekret, tidak berani keluar. Saya sendiri kena batu bagian kepala, tiga teman saya memar," pungkasnya.
Hingga berita ini di publish, jurnalis kendarinesia belum berhasil mengkonfirmasi pihak kampus IAIN Kendari.