Pesona Jaelani, Kalahkan Mantan Gubernur-Bupati di Pileg DPR RI Dapil Sultra

Konten Media Partner
14 Maret 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jaelani, Politisi PKB asal Sultra yang berhasil melenggang ke senayan. Foto: Dok Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Jaelani, Politisi PKB asal Sultra yang berhasil melenggang ke senayan. Foto: Dok Istimewa.
ADVERTISEMENT
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jaelani dipastikan mengamankan satu kursi di DPR RI lewat daerah pemilihan (dapil) Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
Dapil Sultra memiliki jatah enam kursi untuk DPR RI. Berdasarkan formulir D hasil rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) di 17 kabupaten dan kota di Sultra, enam partai memastikan lolos di DPR RI.
Adalah Gerindra (233.478 suara), NasDem (207.276 suara), PDIP (175.830 suara), Demokrat (159.282 suara), Golkar (149.788 suara) dan PKB (147.175 suara).
Untuk PKB, Jaelani boleh dibilang kerja sendiri. Ia mampu menyumbang 116.426 suara secara pribadi untuk perolehan suara keseluruhan partai besutan Abdul Muhaimin Iskandar tersebut.
Suara Jaelani ini juga memecahkan rekor perolehan suara caleg secara individu di Sultra pada Pemilu 2019 yang dipegang oleh politisi PAN Fachry Pahlevi Konggoasa dengan capaian 100.857 suara.
Bahkan pada Pemilu 2024 ini, Jaelani mengalahkan sejumlah politisi di Sulawesi Tenggara yang memiliki nama besar.
ADVERTISEMENT
Misalnya, mantan Gubernur Sultra Ali Mazi yang pada Pemilu 2024 ini hanya memperoleh 68.099 suara. Ali Mazi pun gagal ke senayan setelah kalah dari rival separtainya di NasDem yang juga incumbent, Tina Nur Alam yang meraih 68.683 suara.
Tina Nur Alam adalah istri mantan Gubernur Sultra dua periode Nur Alam dan mengunci kursi kedua di DPR RI dapil Sultra.
Selain itu, Jaelani juga mengalahkan perolehan suara incumbent lainnya, Ridwan Bae yang juga mantan Bupati Muna dua periode dengan hanya mengumpulkan 84.440 suara.
Golkar, notabene partai besar di Bumi Anoa meraih 149.788 suara secara keseluruhan. Hanya terpaut tipis dengan perolehan suara PKB di dapil Sultra.
Incumbent lainnya adalah Bahtra dari Partai Gerindra. Partai besutan Prabowo Subianto ini mengamankan kursi pertama usai Gerindra mengumpulkan 233.478 suara. Bahtra berhasil meraih suara terbanyak di Gerindra dengan 85.596 suara.
ADVERTISEMENT
Incumbent selanjutnya adalah Hugua. Pada Pemilu 2024, Hugua yang maju lewat PDIP, hanya memperoleh 41.165 suara. Bahkan, mantan Bupati Wakatobi dua periode ini tidak lolos DPR RI setelah kalah selisih suara dari rival separtainya yang juga mantan Bupati Kolaka dua periode Ahmad Safei yang mengumpulkan 58.466 suara. Gabungan perolehan suara Hugua dan Safei pun dikalahkan Jaelani.
Sama halnya dengan incumbent dari Partai Demokrat, Rusda Mahmud. Pada Pemilu 2024, Rusda meraih 62.078 suara. Mantan Bupati Kolaka Utara dua periode ini pun kembali lolos DPR RI setelah partainya mengumpulkan 159.282 suara atau kursi keempat.
Selain mantan kepala daerah, Jaelani juga bisa menyisihkan Ketua DPW PPP Sultra, Andi Sumangerukka. Andi merupakan mantan Pangdam Hasanuddin yang cukup terkenal dengan materi finansialnya.
ADVERTISEMENT
Ketua DPW PKB Sultra Jaelani dalam rilisnya mengaku bersyukur dirinya bisa meraih perolehan suara terbanyak dari seluruh calon legislatif di dapil Sultra.
"Ini sebuah berkah dan amanah yang diberikan kepada saya. InsyaAllah, saya akan terus mengemban amanah ini dengan sebaik-baiknya," kata Jaelani dalam rilisnya, pada Minggu (03/24).
Jaelani mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim, relawan, simpatisan dan pendukungnya atas suara yang diberikan pada Pemilu 2024 ini.
"Ini adalah buah dari kerja keras kolaboratif kita. Terimakasih atas dukungannya yang diberikan kepada saya," tuturnya.
Jaelani mengaku, pasca-pleno KPU ini dirinya menunggu tahapan selanjutnya yang diatur oleh penyelenggara Pemilu.
Basis Pemilih Jaelani di Sektor Petani dan Nelayan
Selama ini, PKB identik dengan partai nahdliyin yang berbasis di Jawa, khususnya Jawa Timur. Namun, partai besutan Abdul Muhaimin Iskandar ini sudah mulai menunjukkan warnanya di Indonesia bagian timur dengan meledaknya suara Jaelani.
Salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo Kendari, La Ode Efrianto menyebut, munculnya PKB mengamankan satu kursi di DPR RI di dapil Sultra, jadi sejarah baru dalam perpolitikan di Sulawesi Tenggara. Sebab, sejak 1999, PKB hanya partai semenjana.
ADVERTISEMENT
“Namun sekarang, PKB Sultra di bawah kepemimpinan Jaelani memberikan warna baru. Bahkan Jaelani mampu menjadi caleg paling produktif mendulang suara dibandingkan caleg lainnya di Sulawesi Tenggara,” kata Efrianto.
Menurut Efrianto, perolehan suara Jaelani hingga 116 ribu lebih ini juga memecahkan rekor baru perolehan suara caleg secara individu di Sulawesi Tenggara.
Alumni Universitas Gadjah Mada ini juga menyebut, tiga periode pemilu di Sulawesi Tenggara, ada tiga partai besar yang tidak pernah absen meloloskan kadernya di DPR RI lewat dapil Sultra. Misalnya, Demokrat yang pernah meraih dua kursi, Golkar dan PAN.
Sekarang, lanjut Efrianto, lolosnya Jaelani lewat PKB bisa menjadi fenomena politik baru di Bumi Anoa. Sebab, selama ini, kata dia, rata-rata, caleg yang lolos di senayan memiliki privilege atau kekuatan materi yang besar.
ADVERTISEMENT
“Selama ini kan siapa yang punya kekuasaan, potensi dapat suaranya yang besar itu begitu tinggi. Misalnya, punya keluarga pejabat atau mantan pejabat, sudah pasti memiliki basis suara. Atau juga seorang politisi yang berlatar belakang pengusaha. Sudah pasti punya suara banyak,” katanya.
Tapi, sebut dia, Jaelani ini memiliki sisi yang unik. Belum pernah memimpin suatu daerah, hanya berlatar belakang seorang aktivis mahasiswa dan hampir dikenal dengan pribadi yang jauh dari kata ‘bermateri’.
Perlu diketahui juga, Jaelani adalah mantan pengurus PB PMII dan anak seorang guru di Kabupaten Muna.
“Ini unik sekali. Jadi, munculnya Jaelani ini mengubah pandangan politik kita bahwa tidak selamanya yang pernah berkuasa dan memiliki materi yang besar bisa mendulang suara yang banyak,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, ada banyak indikator sehingga suara Jaelani membeludak di 17 kabupaten dan kota di Sultra.
Pertama, sebut Efrianto, Jaelani adalah politisi muda yang mampu menggaet anak-anak muda menjadi tim suksesnya hingga di akar rumput.
"Sepertinya, figur Jaelani ini pintar membentuk kekuatan tim yang rapi bekerja. Berdasarkan real count KPU yang terus diupdate, suara Jaelani ada di setiap TPS. Ini artinya, timnya ada hingga di berbagai TPS," jelasnya.
Kedua, lanjut dia, Jaelani selalu mengangkat isu desa. Dimana, kata dia, desa adalah basis pemilih yang paling mendasar. Menurut dia, jika calon anggota legislatif melakukan kunjungan langsung di desa-desa, sudah pasti akan berdampak pada elektoralnya.
Sehingga tidak salah, kantong suara Jaelani adalah masyarakat pedesaan dengan latar belakang pekerjaan sebagai petani, nelayan peternak dan masyarakat kalangan bawah.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu, pak Jaelani ini memiliki tagline lebih dekat dengan desa. Bahkan melakukan kunjungan di desa-desa jauh sebelum momen politik. Basisnya ini terus dijaga sejak Pemilu 2019," ujarnya.
Basis pemilih Jaelani di sektor petani, nelayan dan peternak ini tergambar dalam perolehan suara Jaelani di Pemilu 2024.
Misalnya, Jaelani berhasil meraih suara terbanyak di kepulauan Muna Raya hingga mencapai hampir 40 ribu. Kemudian, Jaelani juga mampu memperoleh suara maksimal di wilayah Kepulauan Buton dan Pulau Wawonii yang masyarakatnya mayoritas nelayan.
"Kita tahu, Muna, Muna Barat dan Buton Utara ini kultur masyarakatnya adalah petani dan nelayan. Termasuk peternak. Di Kepulauan Buton juga suaranya membeludak. Artinya, Jaelani memiliki sebaran pemilih yang besar khususnya para petani, nelayan dan peternakan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, sebut Efrianto, Jaelani memanfaatkan media sosial, khususnya Youtube untuk mempopulerkan potensi desa yang dikunjunginya.
Menurutnya, pemanfaatan media sosial di setiap kunjungan, apalagi mengangkat potensi desa, menjadi kredit poin bagi seorang politisi.
"Setelah kami melakukan kajian, ternyata konten-konten yang lebih humanis ini bikin seorang politisi makin dekat dengan pemilihnya. Positifnya, pak Jaelani memulai konten itu jauh sebelum momen politik," katanya.
Diketahui, selain menjadi politisi, Jaelani juga aktif sebagai pegiat desa. Ia juga pernah mengampu organisasi pertanian berbasis organik, Gema Desantara.
Keempat, tambah Efrianto, Jaelani mampu menjahit tim menjadi kekuatan yang lebih solid dan militan. Sosoknya yang masih muda, memudahkan dirinya menggaet kawula muda untuk bergabung dalam timnya.
"Tentu, politisi itu baiknya memiliki daya jelajah yang baik hingga ke pelosok. Itu poin yang dimiliki pak Jaelani," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Menurut pria yang akrab disapa Eget ini, perolehan suara Jaelani bersama PKB di Sulawesi Tenggara masuk kategori tertinggi di Indonesia bagian timur untuk partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar. Bukan tidak mungkin, PKB berpotensi bisa bangkit di Indonesia timur.
Sebab, kata dia, karakter politik Sulawesi Tenggara tidak jauh beda dengan situasi politik di beberapa daerah di Indonesia timur.
“Ini potensi ya. Selama ritme ini terus dijaga, PKB Sultra di bawah kepemimpinan Jaelani bisa menjadi salah satu rujukan DPP untuk dijadikan percontohan dalam meningkatkan suara di pemilu selanjutnya untuk Indonesia bagian timur,” pungkasnya.