Konten Media Partner

Sampah Teluk Kendari, Sumber Rezeki dan Masalah yang Belum Usai

21 Februari 2019 10:12 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemulung dari masyarakat kampung bajo saat mengais sampah di laut Teluk Kendari, Kamis (21/2). Foto: Muftihaturrahmah
zoom-in-whitePerbesar
Pemulung dari masyarakat kampung bajo saat mengais sampah di laut Teluk Kendari, Kamis (21/2). Foto: Muftihaturrahmah
ADVERTISEMENT
Tangan Jahamung menyerupai kismis. Pucat, dan berkerut. Wajarlah, kelamaan di air. Soalnya, sejak pagi buta Jahamung sudah bergumul dengan sampah plastik di Teluk Kendari.
ADVERTISEMENT
Pukul 10.52 Wita, Selasa (19/2). Matahari sudah menyengat. Janda tua ini baru saja menyelesaikan rutinitasnya, memulung di perairan Teluk Kendari. Matanya merah, pakaiannya basah. Hijab yang dikenakannya pun sudah tak terpasang sempura.
Perahu ukuran kecil yang didayung perempuan usia 65 tahun ini terlihat dipenuhi plastik bekas. Satu per satu plastik bekas itu dimasukan ke baskom warna hitam, kemudian diangkat ke daratan. Kurang lebih 30 menit, perahunya sudah kosong.
Semua plastik bekas dikemas ke dalam karung besar. Sisanya, ditampung di halaman rumah. Memang, rumah Jahamung berhadapan langsung dengan laut. Ciri khas rumah Suku Bajo.
"Alhamdulillah, lumayan banyak ini hari," ucap Jahamung. Begitulah sehari-hari Jahamung mencari nafkah. Botol plastik yang dipungut di perairan Teluk Kendari dijual ke pengepul plastik.
ADVERTISEMENT
Satu karung plastik bekas, beratnya 10 hingga 15 kilo. Satu kilo, dijual ke pengepul dengan harga Rp 1.500. " memang sudah ada langganannya kita. Tiap dua minggu itu dia datang ambil. Ya hasilnya cukup itu saya makan dan beli apa-apa," kata Jahamung.
Jahamung tinggal di Kampung Bajo, Kelurahan Petoaha, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Sejak 2015 Jahamung sudah mulai memulung. Perempuan yang tinggal sebatang kara ini lebih memilih memulung di laut ketimbang di daratan.
Alasannya sederhana, karena mereka (Suku Bajo) sudah dari dulu hidup di laut. Jahamung meyakini rezekinya akan lebih berlimpah ketika mencari nafkah di wilayah perairan.
"Ya begitumi (begitulah), kita ini sudah biasami di laut. Saya pernahji coba memulung di darat, tapi kita ditusuk kayu, kaca, kalau di laut tidak ada. Lebih aman," tegas Jahamung.
ADVERTISEMENT
Begitulah Jahamung dalam kesehariannya sejak Tahun 2015. Sampah di Teluk Kendari menjadi sumber rezeki baginya, dan juga bagi rekan-rekan seprofesinya.
Salah seorang perempuan bajo, sedang memindahkan sampah hasil memulung nya di Teluk Kendari dari sampan ke halaman rumah nya, Rabu (20/2). Foto: Miftahurrahmah
Sampah Teluk Masalah Besar Bagi Pemkot
Bagi Jahamung, sampah di Teluk Kendari, khususnya sampah plastik, telah menjadi sumber rezeki. Di lain sisi, sampah plastik di teluk itu justru menjadi masalah serius bagi Pemerintah Kota Kendari.
Selain mengganggu estetika teluk, sampah plastik ini juga mengganggu kelangsungan hidup ikan dan biota laut di dalamnya. Sayang, belum ada data pemerintah kota terkait sampah plastik yang saat ini mencemari Teluk Kendari.
Namun, dengan aktifitas pemulung di Teluk Kendari yang jumlahnya puluhan orang, kita bisa sedikit mendapat gambaran bahwa sampah di Teluk ini tidak sedikit.
ADVERTISEMENT
Tahun 2018 lalu, memperingati hari sampah nasional, Pj Gubernur Sulawesi Tenggara Teguh Setyabudi sempat mengadakan kegiatan bersih-bersih perairan dan pesisir Teluk Kendari. Wali Kota Kendari, Sulkarnain juga ikut serta dalam kegiatan itu.
Kabid Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari Prayitno mengatakan, ada enam truk yang mengangkut sampah di Teluk Kendari saat itu. Satu truk itu kata Prayitno, diperkirakan memuat sampah paling sedikit 2 ton. Berarti total sampah hasil pungutan saat itu sekitar 12 ton.
"Saya juga ikut. Kalau untuk kegiatan waktu itu, sampah yang berhasil dikumpul itu di seputaran Teluk Kendari ada enam truk," kata Prayitno saat dikonfirmasi Kendarinesia, Selasa (19/2) di kantornya.
Prayitno mengakui volume sampah di teluk Kendari terus bertambah tiap tahunnya. Kata dia, ada dua faktor utama yang menyebabkan sampah di teluk ini sulit dibendung. Yang pertama, pertumbuhan penduduk di Kota Kendari yang terbilang pesat, yang kedua adalah kurangnya kesadaran masyarakat.
ADVERTISEMENT
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara, pertumbuhan penduduk di Kendari dari tahun 2010 sampai tahun 2016, rata-rata 3,54 persen pertahunnya. Data terakhir, dari tahun 2015 ke 2016 Kota Kendari mengalami pertambahan penduduk 3,42 persen.
Prayitno meyakini sampah yang ada di seputaran teluk tidak semata dari aktifitas warga Kota Kendari. Diperkirakan sampah-sampah itu berasal dari daerah lain yang dibawa arus laut ataupun sungai yang terhubung langsung dengan wilayah teluk.
"Contoh ya, di Pulau Bokori kan tempat wisata. Nah disana orang buang sampah kemana kalau bukan ke laut? Disana tidak ada pengangkut sampah, ya pasti ada yang terbawa arus ke Teluk Kendari," ujar Prayitno. Pulau Bokori adalah destinasi wisata yanng berada wilayah Kabupaten Konawe.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Kendari, Sulkarnain turut prihatin dengan masalah sampah khususnya sampah plastik yang ada di Teluk Kendari. Sebagai bentuk komitmen kebersihan lingkungan teluk, pemerintah kota akan membuat divisi yang khusus menangani sampah teluk.
Nantinya, divisi ini akan bernaung dibawah Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari. Sampai sekarang divisi yang dimaksud masih dalam tahap perencanaan. Nama divisinya pun belum ditentukan. Yang jelas divisi ini akan fokus mengatasi sampah di perairan dan pesisir Teluk Kendari.
"Itu bagian dari upaya kita lah untuk memaksimalkan langkah-langkah itu. Untuk penamaan, kita masih cari nomenklaturnya," kata Sulkarnain yang ditemui di Kantor Wali Kota Kendari, Rabu (20/2).
Sampah hasil memulung di laut dipindahkan ke daratan untuk siap di jula, Rabu (20/2). Foto: Miftahurrahmah
Kata WWF Tentang Sampah Plastik
World Wide Fund for Nature (WWF) adalah salah satu lembaga non pemerintah yang selama ini eksis dalam melestarikan lingkungan laut dan pesisir.
ADVERTISEMENT
Made Putri Karidewi selaku Ocean Plastic Pollution Officer atau Petugas Plastik Laut WWF-Indonesia menjabarkan beberapa dampak yang ditimbulkan sampah plastik di laut, teluk ataupun sungai.
Yang pertama, mengurangi keindahan atau estetika. Kita ketahui bersama bahwa Teluk Kendari adalah ikon Kota Kendari. Di seputaran teluk, banyak warga yang menjajakan makanan tradisonal, atau jajanan lainnya.
Tentunya teluk ini menjadi sasaran yang akan dikunjungi wisatawan domestik ataupun mancanegara ketika datang ke Kendari. Jika sampah berserakan, ditambah lagi mengeluarkan bau tak sedap, pasti akan menimbulkan kesan buruk bagi pengunjung.
"Wisatawan tentunya akan merasa jijik atau gerah jika harus menyaksikan keberadaan teluk yang tertutupi oleh sampah-sampah," kata Karidewi kepada Kendarinesia, Rabu (20/2).
Secara konservasi, sampah-sampah juga mempengaruhi keberlangsungan hidup satwa laut akibat terganggunya habitat mereka. Ditambah lagi, sampah di perairan akan mengganggu keberadaan rantai makanan satwa laut karena berkurangnya pasokan makanan akibat cemaran sampah plastik.
ADVERTISEMENT
"Sebagai contoh, sampah-sampah plastik yang menutupi coral atau karang akan lambat laun menyebabkan gangguan bahkan hingga kematian pada habitat," ujar Karidewi.
Yang lebih mengerikan lagi, keberadaan mikroplastik akan masuk ke tubuh hewan laut, misalnya ikan. Tahun 2015 lalu, Universitas Hasanuddin yang bersinergi dengan University of California Davis melakukan penelitian tentang ini.
Hasilnya, cemaran plastik mikro (mikroplastik) ditemukan dalam saluran pencernaan ikan dan kerang yang dijual di tempat pelelangan ikan terbesar di Makassar. Bukan tidak mungkin, hal ini juga bisa terjadi di terhadap hewan yang ada di teluk Kendari.
Sebenarnya bukan hanya hewan laut, sampah plastik juga akan memengaruhi tumbuhan laut seperti mangrove. Data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Kendari menyebutkan, hutan mangrove Kendari menyusut dari 525 hektar jadi 367,5 hektar. Penyebabnya beragam, mulai dampak pembangunan kota, limbah merkuri, termasuk juga cemaran mikroplastik.
ADVERTISEMENT
Setiap Tanggal 21 Februari, diperingati hari peduli sampah nasional. Lewat hari peduli sampah ini, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, seperti dikatakan Wali Kota Kendari, Sulkarnain.
Terkhusus sampah plastik, akan lebih bermanfaat jika dikumpul dan disumbangkan kepada pemulung seperti Jahamung. Karena masih banyak Jahamung-jahamung diluar sana yang hidup dari sampah plastik.