Konten dari Pengguna

Hikikomori Sebagai Salah Satu Masalah Sosial di Jepang

Kenny Berin
Mahasiswa di Universitas Airlangga
9 Juli 2021 16:46 WIB
·
waktu baca 9 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kenny Berin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
diambil melalui unsplash
zoom-in-whitePerbesar
diambil melalui unsplash
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, Jepang merupakan negara yang maju yang tentunya memiliki sistem pendidikan dengan berbagai macam persaingan yang mulai dibiasakan sejak dini. Tetapi di balik dari kemajuan teknologi dan budaya yang ada tentunya ada berbagai macam masalah dan kasus sosial. Dalam persaingan ini, sosok seorang ibu sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak yang mulai bersaing sejak dini. Persaingan tersebut dapat berupa akademik maupun non-akademik.
ADVERTISEMENT
Terdapat istilah kyouiku mama yang berarti seorang ibu yang menaruh harapan besar terhadap anaknya, dan juga terdapat istilah gakureki shakai yang berarti riwayat hidup dan riwayat pendidikan bagi orang Jepang merupakan hal yang sangat berpengaruh di dunia kerja.
Sebab dari adanya kyouiku mama itu sendiri adalah amae yang dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kyouiku mama itu membuat para anak yang sudah beranjak remaja dan dewasa justru manja dan masih banyak bergantung terhadap orang tuanya.
diambil melalui unsplash
Dalam kasus ini, banyak hal yang terjadi dalam sosial masyarakat. Salah satu masalah sosial tersebut adalah Hikikomori. Di Jepang, cukup banyak orang yang memutuskan hubungan antara dirinya sendiri dengan masyarakat sosial. Ketika mereka sudah memutuskan hubungannya dengan masyarakat sosial, mereka cenderung mengurung diri mereka di dalam kamar.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang disebut dengan Hikikomori. Hikikomori dapat didefinisikan sebagai orang yang mengurung diri di kamar mereka selama lebih dari 6 bulan dan hanya berkomunikasi terhadap anggota keluarganya. Hikikomori juga tidak memiliki teman dan jelas terisolasi dari masyarakat walaupun mereka jelas hidup di antara masyarakat luas.
Istilah dari Hikikomori ditemukan oleh Tamaki Saito, Saito mendefinisikan Hikikomori menjadi 2 unsur, yakni keadaan dan waktu. Yang berarti seseorang yang mengurung dirinya dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya selama lebih dari 6 bulan dan bahkan bisa sampai bertahun-tahun.
Pada September tahun 2016, Kantor Kabinet Jepang merilis jumlah Hikikomori di Jepang sekitar 540.000 orang berusia 15-39 tahun dan ada sekitar 613.00 orang yang berusia 40-64 tahun. Pada tahun 2019 ada sekitar 1,15 juta Hikikomori, yang 35%-nya sudah mengurung diri selama 7 tahun atau lebih. Dan juga ada sekitar 2 juta orang tua yang tinggal bersama anaknya yang Hikikomori dan menghidupinya selama puluhan tahun.
ADVERTISEMENT
Melalui video yang dipublikasikan oleh BBC NEWS mengenai Hikikomori, dikatakan bahwa Hikikomori merupakan sebuah kondisi tanpa diagnose medis yang jelas. Terdapat sebuah grup atau dapat dibilang suatu komunitas yang menyewakan jasa “rental kakak perempuan” yang tujuannya untuk membantu para Hikikomori ini agar keluar dari kamarnya dan kembali ke masyarakat. Dikatakan juga kasus ini memang bisa menyerang remaja laki-laki maupun perempuan, tetapi kebanyakan selalu menyerang laki-laki muda yang berumur 18-35 tahun.
Pada video tersebut juga dikatakan bahwa ada sekitar 1,5 juta orang yang hidup sebagai Hikikomori di Jepang. Seorang hikikomori yang bernama Kenta mengurung dirinya di dalam kamar dikarenakan dia di-bully di sekolahnya karena memiliki suara yang tinggi seperti wanita. Kenta juga menggunakan jasa “rental kakak perempuan” karena sudah merasa tidak ingin mengurung diri di dalam kamar terus menerus.
ADVERTISEMENT
Dia membayar sekitar ratusan hingga ribuan yen untuk jasa “rental kakak perempuan” tersebut. Kenta selama mengurung dirinya di kamar, benar-benar seperti orang yang kehilangan arah dan menjadi benalu bagi keluarganya, bahkan dia pernah melakukan kekerasan kepada orang tuanya. Tetapi sejak dia menyewa jasa “rental kakak perempuan”, dia bisa keluar makan bersama dan keluar untuk jalan-jalan bersama.
Lain kasus yang masih di dalam video yang sama, terdapat seorang ayah yang bernama Haruto, dia memiliki seorang anak laki-laki remaja yang hampir tidak pernah keluar dari kamarnya selama 2 dekade. Pada awalnya ketika tiba-tiba tidak ingin pergi ke sekolah, anaknya masih keluar rumah untuk membeli buku atau beberapa komik, tapi kemudian dia tiba-tiba mengurung diri di kamar, pada salah satu kejadian dia bahkan sampai memukul ibunya sendiri hingga tulang rusuk ibunya patah, ayahnya sampai memanggil polisi untuk mengatasi kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
Sampai pada akhirnya ibunya juga meninggal, tetapi anak ini tetap mengurung diri di kamarnya. Pada akhirnya Haruto mencoba untuk menggunakan jasa “rental kakak perempuan”. Kali ini yang datang sebagai “rental kakak perempuan” adalah seorang yang tentunya berpengalaman dalam hal ini bernama Atsuko.
Pada awalnya tentu anak tersebut tidak mau untuk keluar dari kamarnya atau bahkan berbicara dengan Atsuko, sehingga Atsuko mencari cara agar dapat berkomunikasi dengan anak tersebut, Atsuko menulis sebuah surat yang kemudian dia masukkan ke kamar anak tersebut melalui bahwa pintu kamarnya.
Pada umumnya Hikikomori akan sangat marah jika seseorang yang tidak dia kenal masuk ke dalam ruang atau jangkauannya, mereka bisa sampai melakukan kekerasan seperti memukul atau bahkan mencekik leher orang tersebut.
ADVERTISEMENT
New Start Dormitory, merupakan suatu solusi lanjutan dari para Hikikomori yang merasa sudah siap dan bisa untuk keluar dari kamarnya, tetapi masih belum siap untuk kembali ke masyarakat. New Start Dormitory adalah tempat yang disewakan untuk para Hikikomori, disana mereka harus bekerja dan bersosialisasi dengan sesamanya, serta melakukan kegiatan amal secara sukarela yang tentunya diorganisir oleh staff dan pemilik New Start Dormitory.
Dikatakan oleh video tersebut bahwa mereka para Hikikomori juga dilarang untuk bermain video game di kamarnya dan harus selalu melakukan berbagai macam kegiatan bersama. Sudah ada sekitar 2000 orang yang tinggal di New Start Dormitory, sekitar 80% dari 2000 orang tersebut sudah bisa kembali ke masyarakat dan hidup seperti sedia kala.
ADVERTISEMENT
Seorang Hikikomori yang sekarang sudah kembali ke masyarakat dan hidup dengan normal seperti orang pada umumnya yang bernama Ikuo, juga salah satu orang yang pernah tinggal di New Start Dormitory. Dia mulai tinggal di New Start Dormitory karena dia tidak ingin terus menerus tinggal di satu atap dengan orang tuanya, dia ingin menjauh dari orang tuanya. Pada akhirnya Ikuo dapat menjalin hubungan serius dengan seorang wanita dan benar-benar kembali ke masyarakat.
Hikikomori bukan suatu masalah sosial yang dapat dibiarkan begitu saja, melihat banyaknya jumlah yang sudah dirilis oleh Kantor Kabinet Jepang, terlihat jelas bahwa semakin tahun semakin meningkat jumlah Hikikomori ini, disamping itu juga masih banyak yang belum terdata oleh Kantor Kabinet Jepang. Dengan semakin meningkatnya jumlah Hikikomori tentunya juga akan mengakibatkan masalah sosial yang lain seperti meningkatnya jumlah muen shakai dan semakin menurunnya tingkat kelahiran.
ADVERTISEMENT
Hikikomori dapat terjadi juga terhadap mereka yang sudah kecanduan dengan gadget. Melihat mereka yang selalu terhubung dengan internet, mereka juga dengan mudah dapat bermain game dan menggunakan media sosial. Adanya hal ini menjadikan kebiasaan yang dapat mengubah hidup mereka.
Ada beberapa game yang memberikan pilihan bagi pemain untuk dapat berproses lebih cepat dan mendapat beberapa barang terbatas yang tidak dimiliki pemain lain dengan cara membayar beberapa nominal dalam game tersebut. Ada beberapa kasus yang orang tersebut menghabiskan sekitar ¥60,000–¥200,000 per bulan, padahal mereka tidak memiliki pekerjaan, tentunya uang tersebut didapatkan dari orang tua mereka.
Ketika orang tua mereka ada yang menolak untuk membayar tagihan tersebut, maka Hikikomori itu akan mengatakan “pendidikan burukmu yang telah menjadikanku Hikikomori seperti, oleh karena itu, setidaknya memberiku uang adalah hal yang bisa kamu lakukan untuk menebus kegagalanmu.”. Terkadang ada beberapa yang sampai melakukan kekerasan terhadap orang tuanya karena percekcokanmasalah tagihan yang tidak mau dibayar orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Hikikomori secara individu mereka merasakan rasa malu yang amat sangat karena tidak dapet memiliki pekerjaan seperti orang pada umumnya, mereka juga merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk memiliki kebahagiaan. Kebanyakan dari mereka merasa telah mengkhianati harapan orang tuanya. Mereka juga menghadapi masalah internal di diri mereka yang terus-menerus mengutuk ketakutan atas kegagalan mereka.
Mereka tentunya ingin mencoba lagi, tetapi masalah di diri mereka yang membuat mereka takut untuk mencoba dan dihantui pengalaman atas kegagalan dan juga ketakutan atas adanya sanksi sosial yang seharusnya dapat diterima oleh semua manusia. Mereka juga berharap untuk menghilang dari dunia ini dan tidak pernah dilahirkan.
Dalam kasus yang serius, Hikikomori bahkan tidak mau turun dari kasurnya, mereka hanya akan turun dari kasur ketika mereka merasa harus makan atau harus ke toilet. Selain itu, mereka bahkan takut untuk berkomunikasi dengan anggota keluarganya sendiri, mereka akan keluar dari kamarnya ketika semua anggota keluarga di rumahnya tertidur.
ADVERTISEMENT
Hikikomori terbiasa menutup jendela kamarnya dan membuat seolah dirinya tidak ada, jika mereka ingin mendengarkan musik atau bermain game di komputer, maka mereka akan selalu menggunakan headset agar tidak ada orang ataupun anggota keluarga sendiri yang akan menyadari kehadirannya.
Ada beberapa Hikikomori yang bahkan takut dan tidak mau menggunakan air conditioner di kamarnya di saat hari terpanas di musim dan di musim dingin. Alasannya adalah mereka merasa tidak pantas untuk menggunakan fasilitas tersebut dan juga tidak ingin kehadirannya disadari oleh orang lain.
Pada berita yang dilansir oleh nippon.com, seorang Hikikomori sangat ketakutan bila ditanya “apa yang sedang kamu kerjakan”. dia berkata bahwa dia takut untuk menjawab bahwa dia kabur dari tempat ke tempat lain seperti seorang buronan. Karena hal ini, dia terpaksa memutus hubungan dengan teman dan beberapa kenalannya. Sekitar 60% Hikikomori mengatakan bahwa mereka telah merasakan paksaan kerja yang mengharuskan mereka bekerja lebih dari 200 jam per-bulan dan bahkan ada yang dipaksa untuk kerja lebih dari jam kerja normal oleh atasan mereka.
ADVERTISEMENT
Masalah yang ditakutkan merupakan hal yang dapat terjadi terhadap Hikikomori itu sendiri, yaitu gangguan jiwa. Jika Hikikomori terus-menerus tidak mau untuk berubah maka tentu akan ada yang namanya depresi. Tetapi Hikikomori juga dapat dipicu oleh adanya penyakit yang diderita oleh seseorang.
diambil melalui unsplash
Dapat disimpulkan bahwa Hikikomori bukanlah sejenis gangguan jiwa ataupun penyakit mental. Tidak ada obat maupun perawatan yang dapat diberikan terhadap kondisi yang mereka hadapi, beberapa hanya bisa melihat dan mengawasi bagaimana Hikikomori akan berubah menjadi lebih baik. perubahan gaya hidup dan penuaan populasi jangka panjang berdampak besar pada masalah yang berkaitan dengan para pertapa ini, dan situasinya menjadi jauh lebih rumit daripada yang bisa kita bayangkan sebelumnya. Sementara itu, kapasitas masyarakat untuk membangun sistem dan merawat mereka yang terkena dampak gagal mengimbangi perubahan situasi.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa tahun terakhir ini, sudah mulai banyak lembaga dan suatu komunitas yang melakukan dan menyediakan sebuah jasa untuk para Hikikomori seperti ”rental kakak perempuan” dan New Start Dormitory. Hikikomori sendiri mulai beraktivitas dan memulai beberapa bantuan melalui internet.
Mereka juga bekerja sama dengan beberapa penasihat dan psikiater untuk mengadakan pertemuan yang juga diadakan untuk pertemuan orang tua mereka.
Tentu untuk keluar dari masalah sosial Hikikomori ini memakan banyak waktu, orang yang mengurung diri di kamarnya juga memiliki kualifikasi yang sangat baik di masyarakat, masalahnya hanya karena mereka memandang masyarakat adalah suatu hal yang sangat jauh dan sulit untuk dicapai, satu-satunya jalan bagi mereka untuk maju adalah mencari berbagai kesempatan untuk kembali ke masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sumber:
https://youtu.be/q9IRmUEsz6g
https://www.nippon.com/en/column/g00455/islands-of-solitude-a-psychiatrist%e2%80%99s-view-of-the-hikikomori.html?cx_recs_click=true
https://www.nippon.com/en/currents/d00332/
Janti, Ilma Sawindra. “GEJALA HIKIKOMORI PADA MASYARAKAT DEWASA JEPANG INI.” Manabu (2006). Vol. 1 No. 2: 187-199