Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Betandak Dangkong 2024, Upaya Merawat Warisan Sejarah Budaya Melayu di Kepri
31 Agustus 2024 11:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Gelaran even Betandak Dangkong tahun 2024 menjadi momen istimewa bagi para pecinta seni dan budaya melayu di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
Even budaya tersebut berlangsung di lapangan Teluk Uma, Leho, Kecamatan Tebing, Karimun, Jumat, 30 Agustus 2024 malam.
Ratusan penari mengekspresikan secara verbal berbagai tarian yang memuat unsur dan nilai pergaulan sosial.
Setiap gerakan memiliki simbol yang kuat seperti keanggunan dan keindahan serta bermakna emosional yang lekat dari setiap gerakannya.
Even ini digelar sebagai respons terhadap kecemasan akan hilangnya kekayaan seni dan budaya melayu Dangkong di era modernisasi.
Dangkong merupakan bagian dari ekosistem budaya, sehingga melalui kegiatan tersebut dapat memutus sekat antara budaya dan pemilik budaya itu sendiri.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah IV Riau-Kepri, Jumhari, mengatakan pada tahun ini pelaksanaan even Betandak Dangkong digelar dengan konsep yang lebih 'merakyat'.
"Kita menjadikan Dangkong lebih merakyat, mengembalikan ke khasanah aslinya. Bagaimana pun Dangkong adalah tari pargaulan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, ekosistem seni Dangkong tidak hanya lekat pada kalangan masyarakat melayu di Kepri, namun juga berbagai wilayah lain di Indonesia, bahkan Malaysia dan Singapura.
Hal itu dibuktikan berbagai penari dalam even ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Karimun, Batam, Lingga, Tanjungpinang, Dumai, Palembang, Pekanbaru, dan Bali.
"Pada kegiatan ini menunjukkan bahwa ekosistem Dangkong ini tidak hanya di Karimun, tapi jauh melampaui ruang - ruang secara teritorial," katanya.
Dangkong Jadi Ajang Diplomasi Antarbudaya
Jumhari mengatakan, Dangkong sendiri dapat dijadikan sebagai ajang diplomasi baik secara regional dan internasional.
"Dengan keterlibatan komunitas, terutama yang bergerak di akar rumput yang menjadi ujung tombak, tinggal lagi peran kami selaku pemerintah memfasilitasi. Maka ini bisa menjadi ajang diplomasi budaya," ungkap Jumhari.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kata dia, pola modernisasi menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga dan merawat eksistensi Dangkong melalui peran komunitas kesenian.
Menurutnya, kemajuan jaman justru harus dapat memacu inovasi - inovasi baru. "Modernisasi ini jadi kata kunci agar komunitas tidak menghilangkan akar tradisi, melakukan inovasi-inovasi sesuai dengan perubahan konteks jaman," terangnya.
Dangkong adalah seni tarian tradisional di melayu pesisir yang telah menjadi warisan budaya dan memiliki sejarah panjang.
Kesenian ini populer pada masa kolonial Portugis berlayar ke Nusantara melalui Selat Malaka. Joget ini masih terus terawat dan beradaptasi dengan perkembangan jaman dan bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.