Curhatan Sopir Taksi di Batam: Imbas Corona, Pulang Tengah Malam Tanpa Bawa Uang

Konten Media Partner
5 April 2020 14:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi taksi. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi taksi. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Perekonomian kian terlihat jelas terdampak wabah virus corona (COVID-19). Termasuk di Kota Batam yang sangat berimbas dari berbagai lini seperti sektor industri hingga sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
Sektor pariwisata khususnya yang sangat jelas turun drastis membuat para sopir taksi konvensional tidak bisa menahan luapan kesedihannya.
Seperti yang disampaikan oleh Idrison. Sopir taksi yang mengaku sudah bekerja sejak tahun 1995 ini bercerita tentang hari ini yang membuatnya merasakan pahitnya menjadi seorang sopir taksi untuk mengais rezeki.
Pahit yang ia rasakan tersebut dengan alasan sejak dua bulan kebelakang yang perlahan mulai sepi penumpang. Hingga satu bulan terakhir (Maret), Idrison mengaku hampir setiap hari tak pernah membawa uang pulang ke rumah.
"Bulan Maret tahun 2020 menjadi saksi bisu sejarah bagi saya dalam mengais rezeki. Di tengah wabah virus corona melanda, ekonomi jadi turun, ini akan menjadi kenangan untuk saya simpan sebagai seorang sopir taksi," kata Idrison pada saat bercerita di pangkalan taksi konvensional di Sekupang pada kepripedia, Minggu (5/4).
ADVERTISEMENT
Pria berumur 50 tahunan yang akrab disapa Obama itu menyebutkan hampir sebulan penuh tidak ada telepon dari penumpang. Sementara dirinya harus memenuhi kebutuhan anak dan istri dirumah.
Jangankan untuk bawa pulang uang, kata dia, beli bahan bakar untuk mobilnya saja terkadang tidak dapat. Pergi pagi keluar rumah, pulang hingga ditengah malam hasilnya juga nihil.
Tak hanya berharap panggilan pelanggan, ia pun kerap 'menjemput rezeki' dalam antrean di Pelabuhan Domestik Sekupang. Pelabuhan itu juga sepi, kapal-kapal hanya jalan bisa dikatakan satu kali dalam dua hari.
"Itu pun antrean dapat ke Nagoya dengan ongkos Rp 90 ribu, Kita telah menunggu waktu selama dua hari untuk dapat antrean. " ucapnya.
Idrison juga mengaku sejak menjadi sopir taksi, tak pernah dirinya tak membawa uang ke rumah, nasib buruk setidaknya mencukupi untuk makan.
Salah satu supir taksi konvensional di Batam,Idrison. Foto: Rega/kepripedia.com
"Ini memang betul-betul tidak ada, bahkan uang yang kita pinjam ke istri untuk beli minyak tak terganti," curhatnya.
ADVERTISEMENT
Ayah dari 4 orang anak itu juga mengatakan bahwa dengan adanya himbauan pemerintah untuk berkerja dari rumah Work From Home (WFH) juga berpengaruh, semua menjadi sepi.
"Tujuan pemerintah sudah benar untuk memutuskan mata rantai corona Covid-19. Tapi imbasnya ke ekonomi masyarakat yang harus diluar dan menjual jasa seperti kami," jelasnya.
Mewakili sopir taksi konvensional yaitu Batam Taksi, Idirison tidak menyalahkan keadaan dan kebijakan pemerintah. Mereka sadar jika wabah Corona yang sedang merebak ini merupakan masalah semua orang dan juga menyerang perekonomian
Namun, mereka berharap sedikit perhatian dari siapa saja, apalagi dari pemerintah. Mereka juga tak menolak bantuan dalam bentuk apa pun untuk melewati beberapa hari saja dalam hari-hari sulit. Sekedar sebungkus makan siang, menurutnya akan sangat membantu.
ADVERTISEMENT
Sopir taksi, salah satu profesi yang berpotensi terpapar virus corona. Mereka ketemu dengan banyak orang. Sering mengantar penumpang.
Ketika penumpang sepi, resiko mereka terpapar virus berkurang, namun penghasilan mereka pun menurun drastis, saat itu juga keluarga akan ikut merasakan sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kami juga butuh bimbingan dan perhatian pemerintah ditengah kesulitan bersama ini." harapnya.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!