Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Festival Pulau Penyengat Jalan Menuju Warisan Budaya UNESCO
15 Februari 2019 19:43 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
Kepripedia.com, Tanjungpinang - Festival pulau penyengat menjadi moment untuk pulau Gurindam XII tersebut untuk menuju warisan Budaya UNESCO, Festival Pulau Penyengat ini juga sekaligus menjadi peringatan hari jadi Pulau Penyengat yang ke-215, yang dilaksanakan selama empat hari sejak 14 - 18 Februari 2019.
ADVERTISEMENT
Pulau Penyengat merupakan pulau yang terletak di regional Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau yang sejatinya merupakan satu pulau, situs warisan Melayu dunia dengan berbagai kisah dan peninggalan sejarah yang kental.
Setelah Kementerian Pariwisata mengeluarkan Calender of Event (CoE) 2019 tahun ini, Pulau Penyengat mendapatkan kesempatan untuk membuka potensi yang tersimpan lewat Festival Pulau Penyengat. Seperti maksud dan tujuan Menteri Pariwisata, Arief Yahya dalam rilisnya menyebutkan bahwa melalui agenda tersebut dapat menarik wisatawan untuk menikmati hiburan sekaligus mendapatkan wawasan tentang kebudayaan Melayu.
"Daerah ini punya peluang, secara geografis berada di perbatasan Singapura dan Malaysia. Kita akan genjot terus wisata perbatasan" ungkap Arief Yahya pada Desember 2018 lalu dalam lounching CoE .
ADVERTISEMENT
Wisatawan yang hadir dapat menikmati serangkaian acara kebudayaan, diantaranya lomba dayung bantal di laut, lomba tangkap bebek di laut, lomba gurindam 12, dan kompetisi becak bermotor dekoratif. Tiga acara teratas adalah Malay Fashion Penyengat Serantau, Short Film Netizen Stinger Halal Competition, dan the Halal Competition Stinger Pattern Tour. Selain itu juga disemarakkan dengan tabligh akbar, pameran foto dan hebohnya berbalas pantun.
Acara ini di resmikan langsung oleh Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun pada tanggal 14 Februari dengan melakukan pengguntingan pita. Pada kesempatan itu, Nurdin Basirun mengungkapkan bahwa keberadaan Pulau Penyengat dengan budaya melayu yang kental serta regiliusitasnya menurutnya tidak sekedar menjadi potensi pariwisata. Pulau penyengat juga menjadi identitas kebanggaan daerah yang harus terus dijaga dan lestarikan hingga mendunia karena Melayu memiliki rumpun yang luas.
ADVERTISEMENT
“Potensi Pulau Penyengat ini sangat besar, yang harus terus kita tumbuh kembangkan sehingga menjadi kebanggaan Kepri di mata nasional hingga mendunia,” ujar Nurdin saat membuka Festival Pulau Penyengat 2019 di Balai Adat, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kamis (14/2).
Sementara itu, Wali Kota Tanjungpinang H Syahrul mengatakan perhelatan Festival sejatinya merupakan bentuk upaya untuk melestarikan tradisi yang telah melekat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan yang mengakar pada masyarakat Tanjungpinang dari masa ke masa.
"Pulau penyengat walaupun kecil tapi merupakan situs sejarah yang besar, di sini lah khubah mesjid pertama yang masuk ke Indonesia di sini juga sebagai tempat pertama agama Islam dan orang Melayu, ini bukan saja yang pertama di Indonesia mungkin kedepannya pulau penyengat dapat resmi masuk warisan budaya UNESCO" ungkap Syahrul
ADVERTISEMENT
Karena itu, tak heran jika Pulau Penyengat merupakan pusat destinasi wisata sejarah dan religius oleh pemerintah daerah, dan sudah dipatenkan menjadi Warisan Budaya Nasional oleh Pemerintah Indonesia. Pulau Penyengat pun kini tengah menanti penetapan menjadi Warisan Budaya Dunia dari UNESCO, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB.
Dalam hal ini Pulau Penyengat memang memiliki nuansa yang khas sebagai pusat peradaban Melayu, terlihat bahwa di sana-sini sejarah dan cagar budaya masih tersusun dengan rapi termasuk balai adat Melayu yang menjadi tempat serangkaian acara festival pulau penyengat
“Festival Pulau Penyengat bukan sekadar kegiatan untuk mendorong kemajuan sektor pariwisata. Tapi lebih dari itu, festival ini untuk melestarikan tradisi, bagian yang sudah tak terpisahkan dalam perjalanan masyarakat Melayu, khususnya Tanjungpinang sejak ratusan tahun yang lampau,” jelas Syahrul.
ADVERTISEMENT
Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata RI, Roseno Arya menambahkan, Festival Pulau Penyengat sendiri telah masuk ke Kalender Pariwisata Nasional dan merupakan 100 Event terbaik di Indonesia.
“Kita harap bukan hanya dapat meningkatkan pendapatan daerah dan menarik wisatawan datang namun juga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat,” ujar Arya.
Festival Penyengat 2019 terasa lebih seru karena Malaysia dan Singapura mengirimkan delegasi budayanya. Negeri Jiran Malaysia mengirimkan delegasi budaya dari Johor Bahru dan Malaka. Total awak delegasi budayanya sekitar 39 orang. Sedangkan Singapura menampilkan Sriwana Singapura. Jumlah pesertanya sekitar 15 orang.
“Profil Festival Penyengat ini luar biasa. Bisa menjadi penarik arus masuk wisman yang bagus. Festival ini banyak mengeksplorasi keunikan budaya Melayu. Untuk tahun 2019 ini, kami berharap arus masuk wisman bisa optimal dari Malaysia, Singapura, bahkan Brunei Darussalam. Mereka ini memiliki ikatan unsur Melayu,” tegas personel Tim Calendar of Event (CoE) itu.
ADVERTISEMENT
Pulau Penyengat sejak dahulu dikenal sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Melayu (Riau-Lingga) yang berpusat di Penyengat sebagai salah satu hadiah dari perkawinan Sultan Mahmud Syah pada tahun 1801 kepada Engku Putri binti Raja Haji Fisabilillah.
Di antara yang sudah populer di masyarakat dan wisatawan adalah Masjid Sultan Riau yang dibangun tahun 1832 dan Gurindam 12 karya Pahlawan Nasional Raja Ali Haji.
Untuk sampai ke Penyengat, ia emiliki Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang yang bisa ditempuh dengan perjalanan kapal laut tak lebih dari 15 menit itu. Jika dari luar Kepulauan Riau, bisa melalui Bandara Raja Fisabilillah, Bintan atau melalui Bandara Hang Nadim Batam, dan kemudian menyeberangi laut dermaga Punggur untuk sampai ke Tanjungpinang.
ADVERTISEMENT
---
Penulis : Budi Prasetyo
Editor : Hasrullah