Kesaksian ABK Indonesia yang Kerja di Kapal China: Kalau Kerja Lelet Ditendang

Konten Media Partner
6 Juni 2020 18:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua ABK asal Indonesia saat dilakukan pemeriksaan rapid test. Foto: Khairul S/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Dua ABK asal Indonesia saat dilakukan pemeriksaan rapid test. Foto: Khairul S/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Bekerja di kapal Lu Qing Yuan Yu 213 asal China menjadi hari-hari yang mengerikan bagi Andri (30) dan Reynalfi (22).
ADVERTISEMENT
Dalam kesaksiannya, mereka bersama 10 orang WNI lainnya kerap mendapat siksaan hingga kekerasan verbal saat berada di kapal tersebut.
"Saya sudah tidak tahan dianiaya dan disiksa, misalkan kerja lelet sedikit ditendang. Ngomong kotor itu sudah hampir menjadi 'sarapan pagi',"ujar Andri saat ditemui di Mapolsek Tebing, Karimun, Kepulauan Riau, Sabtu (6/6).
Merasa tidak kuat dengan perlakuan tersebut, Andri mencoba mengajak semua teman-temannya untuk mengakhiri cerita penyiksaan itu dengan cara melompat ke laut.
"Teman sudah saya ajak semua tapi mereka tidak mau ambil risiko. Mereka hanya berpesan jika bertemu dengan kapal patroli jangan lupa sama kami. Saya jawab saya tidak akan lupa,"ujar Andri saat ditemui di Mapolsek Tebing, Karimun, Kepulauan Riau, Sabtu (6/6).
ADVERTISEMENT
Tiga hari sebelumnya, Andri sudah merencanakan untuk melompat dari kapal tersebut saat memasuki wilayah Perairan Indonesia.
"Saya sudah rencanakan tiga hari sebelumnya, jadi baju keselamatan sama barang-barang yang penting dibawa, pas hari H nya udah dekat Singapura saya berfikir ini lah waktu yang pas. Ada sekitar setengah jam ke Pulau Indonesia, pas kapal diarahkan ke kiri saya langsung lompat," katanya.
Andri mengaku sejak 5 bulan lalu bekerja, ia tidak pernah memperoleh gaji sama sekali. Bahkan, komunikasi bersama keluarga harus terputus selama berada di kapal tersebut.
"Saya udah lima bulan dari bulan satu, dan tidak pernah menerima gaji, kalau kawan ini (Reynalfi) sudah tujuh bulan. Hp di tahan komunikasi sama keluarga sama sekali tidak ada, katanya nanti tunggu sandar. Waktu istirahat hanya tiga jam sehari,"ungkap pria asal NTB tersebut.
ADVERTISEMENT
Ia mengisahkan, cerita tersebut bermula saat mencari pekerjaan melalui seseorang yang mengaku berasal dari agen perusahaan PT. Duta Grup. Ia dijanjikan bekerja di pabrik tekstil dan baja di Korea dengan upah Rp 25 hingga Rp 40 juta setiap bulannya.
"Saya dikenalin teman sama ada salah satu agen namanya Safruddin, dari situ saya tanyakan job untuk ke Korea. Dia sampaikan ada, maka nya saya tertarik. Gajinya 25-40 juta kalau lembur banyak,"jelasnya.
Namun, dalam perjalannya, Andri dibawa menuju kapal tangkap cumi asal negara China saat berada di Singapura. Ia juga sempat mengeluarkan biaya sebesar Rp 50 juta untuk bekerja di Korea.
"Di over waktu itu saat berada di Singapura. Sebelumnya sempat ada keluar biaya, sekitar Rp 50 juta untuk bekerja di Korea itu,"katanya.
ADVERTISEMENT
Diberitakan sebelumnya, Andri (30) bersama rekannya Reynalfi (22) ditemukan mengapung di tengah laut di sekitar perairan STS Internasional, Kepulauan Riau, Sabtu (6/6) sekitar pukul 03.00 WIB oleh nelayan.
Mereka kemudian, diamankan di Mapolsek Tebing, Karimun, untuk dimintai keterangan atas kejadian yang mereka alami selama berada di atas kapal tersebut.
Kapolres Karimun beserta jajarannya saat menggelar konferensi pers terkait 2 ABK yang lari dari kapal CHina dan ditemukan nelayan. Foto: Khairul S/kepripedia.com
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!