Kesenian Tradisi Boria Pulau Penyengat yang Kian Punah

Konten Media Partner
16 September 2021 16:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tarian Boria di pulau Penyengat, Tanjungpinang. Foto: Selasarseni
zoom-in-whitePerbesar
Tarian Boria di pulau Penyengat, Tanjungpinang. Foto: Selasarseni
ADVERTISEMENT
Berbaris mengikuti kapten yang selalu membunyikan peluit. Gerakan-gerakan sederhana merentangkan tangan, berjoget, berjalan ditempat bahkan memutar sambil mengikuti irama dari alat musik tradisional.
ADVERTISEMENT
Lalu, saling berdialog memainkan peran. Warna baju cerah ala Arab begitu kontras saat dikenakan anak-anak. Itulah dia, para pemain tari tradisi Boria di Pulau Penyengat.
Kesenian ini juga pastinya pernah dilihat. Bagi kalian penggemar serial televisi animasi anak-anak Upin Ipin asal Malaysia, pasti tidak asing dengan pertunjukan tersebut yang pernah mereka tayangkan.
Bernyanyi dan menari memakai busana ala masyarakat Arab. Nyatanya tari tradisi Boria yang berasal dari Pulau Pinang Malaysia ini, sudah ada sejak dulu di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Namun, semakin berkembangnya zaman, Boria hampir punah keberadaannya.
Boria ini dibawa masuk ke Tanah Melayu oleh tentera British berkaum Syiah dari India ke Pulau Pinang seawal abad ke-19. Secara umum, Boria dikaitkan dengan peristiwa Qarbala atau kematian Sayyidina Hussein, yang diperingati oleh kaum Syiah dengan pelaksanaan acara berkabung khusus pada setiap tanggal 10 Muharram.
ADVERTISEMENT
Masuk ke Pulau Penyengat sekitar tahun 1950-an. Tarian Boria sendiri terinspirasi dari kehidupan tentara Belanda yang bercokol di kerajaan Riau. Menceritakan kolonel Belanda yang sedang bekerja dan selesai bekerja ingin segera bermain. Pertama kali dicetuskan di Pulau Penyengat oleh Raja Daud di masa itu.
Tarian Boria di pulau Penyengat, Tanjungpinang. Foto: Selasarseni
Satu-satunya yang masih menjadi pengingat dan penggiat Boria yakni Almarhum Raja Akup. Setelah kepergiannya, Boria semakin digali kembali oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang. Dengan berkolaborasi bersama Sanggar Budaya Warisan Penyengat untuk menjaga dan memainkannya.
Ketua Sanggar Budaya Warisan Penyengat, Azmi Mahmud, mengatakan Boria di Penyengat sekarang sudah masuk ke generasi ke-5. Lagu yang ada dalam kesenian Boria Penyengat yaitu Cip-Cip Hora, Tabib Encik, Suka-Suka Tuan, dan Amin Ya Rahmani.
ADVERTISEMENT
"Dulunya memang menurut Almarhum Raja Akup, Boria dimainkan oleh orang-orang dewasa. Tapi, saya mengubah karena saya melihat ini penampilan yang sedikit humor. Saya berpikir coba saya turunkan ke anak-anak," jelasnya.
Tarian boria biasa ditampilkan saat acara menyambut tamu besar. Dimainkan oleh kaum pria. Jumlah pemain sebanyak 20 hingga 50 orang ditambah satu orang komandan yang biasanya dipanggil kapten.
Kapten tersebut mengatur parade dan menjadi sentral dalam cerita. Anak buah dalam seni ini disebut seorang sarjen atau sersan. Gerakannya juga sederhana seperti gerak berbaris, hormat, keseharian dan permainan anak-anak. Hingga pola lantai berupa garis lurus dan lengkung.
Aspek penting dalam Boria yakni kemampuan para pemusik yang memainkan alat musik agar irama dan bunyi dapat mengiringi nyanyian tukang karangnya. Alat musik yang dimainkan berupa akordion, marawis, gendang, jimbe, biola, dan gambus.
ADVERTISEMENT
Busana yang digunakan terdiri dari baju ala tentara Belanda, sarung tangan, sepatu, kaos kaki, topi tarbus, selendang di pinggang, dan diberi pernak-pernik sehingga terkesan mencolok dan meriah.
Bentuk persembahan Boria itu sendiri dibagi menjadi 2 elemen yakni cerita lucu atau lawak jenaka yang dimainkan 10 hingga 14 orang dan nyanyian vokal dan tarian dimainkan 20 hingga 50 orang.