Masjid Tertua di Pulau Karimun Kepulauan Riau

Konten Media Partner
14 Oktober 2019 12:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Tertua di Pulau Karimun Kepulauan Riau
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, memiliki peninggalan sejarah yang berpengaruh dalam pengembangan syiar islam di kabupaten dengan sebutan 'bumi berazam' tersebut, bukti tersebut adalah masjid Al-Mubarak.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan sejarah, masjid yang terletak di Kelurahan Meral Kota, Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun ini memiliki peranan penting dalam penyebaran syiar Islam yang mempunyai korelasi dengan sejarah melayu.
Masjid Al-Mubarak dibangun pada tahun 1873 masehi oleh pendirinya yakni Raja Abdullah bin Raja Ahmad Engku Tuah yang merupakan cucu dari Raja Haji Fisabillilah.
Dahulu, Pelabuhan pertama yang ada di Pulau Karimun berada tepat di depan masjid ini. Kawasan Meral yang menjadi lokasi keberadaan masjid yang di bangun abad ke-17 itu merupakan tempat kapal para saudagar dari Arab, Cina dan India untuk mengumpulkan rempah-rempah.
Pada masa itu, para saudagar mengembangkan syiar islam dan membangun masjid. Setelah dibangun, menjadikannya masjid tertua ketiga di Kepulauan Riau, setelah masjid Abdul Gani, di Pulau Buru, Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun.
ADVERTISEMENT
Sumber tipologi masjid bersejarah menyebutkan, material batu bata untuk membangun masjid dengan luas lahan 3.600 m2 ini oleh tukang-tukang Cina didatangkan dari pabrik batu bata di Kampung Sebranggana di Pulau Buru.
Sama seperti batu bata yang dipergunakan untuk membangun masjid Raja Haji Abdul Ghani di Pulau Buru, Kecamatan Buru. Bangunan awal Masjid Raya Al-Mubarak di Meral ini, kaya akan seni arsitektur campuran, namun masih mengedepankan seni arsitektur bangunan masjid Melayu tradisi.
Seiring dengan perkembangan waktu, masjid yang diperkirakan dapat menampung 300 orang jemaah itu mengalami sejumlah perubahan pada komponen bangunan. Demikian ciri khas aritektur asalnya sebagai sebuah seni bina masjid Melayu masih tetap tampak dari bumbung atau atap utamanya.
ADVERTISEMENT
"Udah beberapa kali di renovasi lah, hanya saja bagian atas masih asli sejak didirikannya masjid ini," ujar imam Masjid Al-Mubarak, Ahmad Yusuf kepada Kepripedia, Senin (14/10).
Pada tahun 2010 lalu, renovasi dilakukan dengan membangun teras masjid. Saat ini terdapat teras yang mengelilingi masjid tersebut.
Hingga saat ini, masjid tersebut kerap digunakan masyarakat bahkan para pegawai kantoran untuk melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Selain itu, juga melakukan pendidikan Al-Qur'an terhadap anak-anak di masjid itu.
"Aktivitas kita ada pendidikan al-qur'an tingkat pemula, bimbingan tazwid praktis, melihat kemampuan anak, terget kita sebelum kelas 6 sudah hafal 1 juz."
"Kondisinya saat ini kita sangat memerlukan pagar sebagai pembatas halaman dan laut, karena khawatir anak-anak, apalagi halamannya itu dekat dan menghadap ke arah laut," tutupnya.
Penulis : Khairul S
ADVERTISEMENT
Editor : Wak JK