Melihat Karya Batik dari Balik Jeruji

Konten Media Partner
25 Juli 2020 10:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berbagai motif bahan batik karya warga binaan Rutan Karimun. Foto: Khairul S/Kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Berbagai motif bahan batik karya warga binaan Rutan Karimun. Foto: Khairul S/Kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Penjara, bagi sebagain besar orang merupakan tempat yang menakutkan karena dihuni para mereka yang tersandung dalam permasalahan tindak pidana.
ADVERTISEMENT
Seketika, paradigma dan prasangka itu berubah ketika mengunjungi rumah tahanan kelas II Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau. Terlihat para warga binaan fokus menciptakan buah karya yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Hukuman badan tidak membuat mereka terbatas dalam berkreasi dan menggali potensi lebih jauh meski dari balik jeruji.
Bahkan, sebenar-benar hukuman adalah ketika mereka melangkahkan kaki keluar dari gerbang hotel prodeo namun tidak memiliki peluang untuk bisa hidup lebih baik.
Tampak sorot mata yang tajam, fokus, pandangan tidak lepas dari kain yang diukir, perlahan, detail dan penuh kehati-hatian, gerakan tangan membentuk motif yang beragam.
Warga binaan Rutan Karimun tengah fokus membatik. Foto: Khairul S/Kepripedia.com
Itu lah aktivitas warga binaan di Rutan Karimun ketika menciptakan karya tangan berupa kain batik dengan beragam motif, Jumat (24/7).
ADVERTISEMENT
Tidak banyak kata yang terucap dari bibir mereka ketika kepripedia menemuinya, tatapan hanya tertuju pada selembar kain dengan jemari yang menari-nari di atasnya.
Proses pembuatan batik yang mereka lakukan menggunakan dua metode yakni batik tulis dan batik cetak. Tidak butuh waktu lama, hanya dalam sekali bimbingan mereka dapat langsung menciptakan batik yang sangat indah.
"Faktanya memang, ada banyak warga binaan disini yang punya jiwa seni tinggi, itu jelas saya lihat,"ujar Frangky yang ditugaskan membimbing para warga binaan tersebut dalam proses kerajinan batik.
Padahal, tidak ada riwayat teori seni membatik yang mereka pelajari sebelumnya, ini murni berasal dari kreasi dan tangan dingin para warga binaan tersebut.
"Mendampingi hanya sekali, selepas itu mereka bisa. Awalnya ada yang jago menggambar, kemudian keahlian itu kita arahkan dengan membatik,"kata Frangky.
Batik karya warga binaan Rutan Karimun. Foto: Khairul S/Kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Sesekali perhatian mereka terhenti, untuk sekedar membahasi canting dengan cairan berbagai warna yang telah disiapkan sebelumnya.
Seketika muncul sesosok pria dengan berpakaian rapi, menyaksikan apa yang tengah mereka lakukan. Adalah kepala Rutan Karimun, Doddy Naksabani. Senyum ramah tampak terpancar di wajah mereka.
Seni membatik ini, memang menjadi program pembinaan yang dilakukan oleh Rutan Karimun. Alasannya sederhana, namun cukup penting, konsepnya 'me-manusiakan manusia' warga yang menjadi binaannya.
"Setelah mereka keluar mereka punya skill lebih, ada value yang mereka dapatkan selama di rutan Karimun menjalani masa pidananya,"ucapnya.
Meski hanya masih diikuti 10 orang terdiri dari 5 pria dan 5 wanita warga binaan, setidaknya program perdana ini bisa menggali potensi yang mereka dimiliki.
ADVERTISEMENT
"Antusias mereka luar biasa, dari batik mencetak dan batik tulis, apalagi disini mereka ada mentor,"jelasnya.
Batik karya warga binaan Rutan Karimun. Foto: Khairul S/Kepripedia.com