news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Membuat Bubu Perangkap Ikan Murah Ramah Lingkungan

9 April 2019 7:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bubu Ketam yang baru selesai dibuat / F. Hasrullah
zoom-in-whitePerbesar
Bubu Ketam yang baru selesai dibuat / F. Hasrullah
ADVERTISEMENT
Wilayah Kepulauan Riau, khususnya Kabupaten Lingga yang secara geografis, memiliki luas laut lebih luas dari daratannya, menyimpan banyak ekosistim salah satunya kepiting yang begitu banyak.
ADVERTISEMENT
Meski merupakan daerah maritim, yang dikelilingi laut namun tidak membuat harga hasil laut di daerah ini murah. Hal ini disebabkan karena tingginya harga alat tangkap ikan, untuk memproduksi hasil laut tersebut.
Adanya keluhan dari neyalayan tersebut, memberanikan Simarito salah satu nelayan asal Pulau Mas, Kecamatan Kepulauan Posek, Kabupaten Lingga membuat terobosan untuk menciptakan alat tangkap ikan yang murah dan ramah lingkungan.
Salah satu terobosan yang dibuat ialah membuat alat tangkap kepiting, atau yang lebih dikenal Bubu oleh masyarakat Lingga ini dengan harga yang terjangkau sehingga dapat menekan harga jual kepiting.
"Saya buat struktur bubu yang lebih baik, harganya lebih rendah dan juga kita buka sistem pakai bayar untuk mendukung pencarian nelayan," ungkap Ajang sapaan akrab Simarito, saat ditemui Kepripedia di kediamannya, Senin (8/4).
ADVERTISEMENT
Selain mengajarkan cara membuat Bubu yang efisien dan murah, Ajang juga menjual bubu tersebut dengan harga yang murah, dan siap menerima kembali hasil tangkapan nelayan tersebut sesuai dengan harga pasaran.
"Nelayan butuh bubu ini untuk nangkap ketam (kepiting), kalau mau beli alat aja tidak ada, bagaimana mau mencari nafkah," ungkapnya.
Ajam mempraktekan cara membuat Bubu ketam
Ajam yang kini juga turun berpolitik praktis melalui Partai PDI Perjuangan ini juga mengajarkan para nelayan untuk bisa membuat alat tangkap sendiri. Dirinya juga melibatkan ibu rumah tangga untuk memproduksi bubu. Tidak lain tujuannya agar nelayan bisa meminimalisir pengeluaran untuk alat tangkap.
"Ibu ibu juga kita libatkan produksi, secara ekonomi mereka terbantu. Potensi kita banyak sekali disini, hampir 50% wilayah pesisir dari Kabupaten Lingga sudah kita follow up," pungkasnya
ADVERTISEMENT
Menurutnya Bumi Bunda Tanah Melayu harus bergerak cerdas untuk lebih maju ditengah persaingan global. Keterlibatan masyarakat untuk menggali potensi daerah adalah cara yang menurutnya paling pas untuk meningkatkan perekonomian, khususnya disektor perikanan.
"Kalau punya dia (Simarito) bagus, beda sama standart yang dijual di toko," ujar Jum, salah satu nelayan Sekop Laut, Dabo Singkep, yang ikut belajar membuat bubu.
Pria yang kesehariannya bekerja di laut ini mengaku sempat pesimis, namun kini ia terbantu dengan gagasan yang diusung Simarito atau Ajang itu. Dari keterangannya yang jelas terlihat ialah dari operasional, tanpa harus meminta ke bos kapal atau berhutang ke toko.
"Kita kalah hasil tangkap ikan dengan kapal luar yang lebih modern, kadang bubu kita juga habis terkena dampak kapal ikan dari luar," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Dampak dari nelayan modern yang tidak mempedulikan lingkungan tersebut, membuat alat tangkap kepiting tersebut bisa hilang disapu dan mencapai 100 biji. Sedangkan harga bubu yang dibeli ditoko kisaran 40 ribu versi biasa dan 120 ribu versi bagusnya.
"Bayangkan aja kalau harga 40 ribu paling murah, hilang 100 lagi, dulu sampai rela gadai tanah," terangnya.
Dalam ceritanya, nelayan tangkap rajungan ini bisa meletakkan bubu hingga 400 biji saat dilaut lepas. Namun jika nelayan pinggiran pantai hanya memasang 100 biji bubu.
"Beruntung bubunya pak Ajang ini mulut masuknya kepiting lebih besar, jadi ketam yang besar juga masuk," ungkap Jum.
Reporter / Penulis : Aulia / Hasrullah
Editor : Wak JK
Ketam hasil tangkapan yang siap di produksi / F. Dok, Kepripedia
ADVERTISEMENT