Konten Media Partner

Menikmati Pesona Keasrian Hutan Bakau di Desa Pengudang, Bintan

12 Juli 2019 17:02 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menyusuri hutan Pengudang Bintan Mangrove dengan speedboat. Foto: Mily
zoom-in-whitePerbesar
Menyusuri hutan Pengudang Bintan Mangrove dengan speedboat. Foto: Mily
ADVERTISEMENT
Bintan adalah salah satu kabupaten di Kepulauan Riau yang banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tak mengherankan, sebab posisinya strategis, berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kabupaten Bintan punya kekayaan pesona bahari, kuliner, kesenian, dan lainnya yang menjadi daya tarik wisata tersendiri. Jika bicara soal alam di Bintan, maka yang paling khas adalah hutan bakau (mangrove).
Pengudang Bintan Mangrove, misalnya, yang terkenal sebagai ekowisata di Desa Pengudang, Kabupaten Bintan. Menyusuri keasrian hutan bakau sejauh empat kilometer itu dengan speedboat terasa sangat mengasyikkan. Pesona rimbunnya pepohonan bakau sungguh menentramkan jiwa. Kepripedia berkesempatan merasakan pengalaman tersebut pada Jumat (12/7).
Ada puluhan jenis bakau yang tumbuh di Pengudang Bintan Mangrove, seperti spesies Rhizophora, Bruguiera, Xylocarpus. Ada juga tumbuhan lainnya, seperti pandan dan palem. Semuanya menawarkan daya tarik tersendiri.
Tak hanya keasrian flora, kelangsungan hidup fauna di sekeliling sungai juga tampak damai. Selama menyusuri sungai, kita bisa mendengar burung-burung berkicau, melihat monyet-monyet bergelantungan di atas pohon, berang-berang berenang, hingga biawak yang berlari cepat. Ya, di sini biawak hidup sesuai kodratnya, alih-alih memanjat pagar di kompleks perumahan.
ADVERTISEMENT
Selain melintasi rimbunnya hutan, pengunjung juga akan dibawa untuk melihat pemandangan lain. Mulai dari putihnya pasir di Pantai Pengudang, Padang Lamun yang terbentang luas, serta eksotisnya Batu Junjung dan Batu Arang. Keindahan pulau juga dapat kita nikmati, sembari melihat aktivitas nelayan yang menangkap ketam dengan alat perangkap tradisional bubu.
Destinasi Berbasis Masyarakat
Pengelola Pengudang Bintan Mangrove. Foto: Mily
Tempat yang indah dan menenangkan ini ternyata dikelola oleh seorang warga bernama Iwan Winarto. Ia menjadikan Pengudang Bintan Mangrove menjadi sebuah ekowisata sejak tahun 2017.
Iwan mengungkapkan, Pengudang Bintan Mangrove dikelola berbasis masyarakat, dan juga dijadikan sebagai percontohan tumbuhnya industri pariwisata yang mengedepankan usaha warga.
“Kita memberdayakan pemuda tempatan dalam memajukan Desa Pengudang sendiri, khususnya di Bidang pariwisata,” jelasnya, Sabtu (6/7).
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bintan, Wan Rudy Iskandar, objek wisata Pengudang Bintan Mangrove diluncurkan untuk mengampanyekan pelestarian lingkungan. Selain itu, juga untuk menjaga kelestarian, ekosistem, dan habitat pohon bakau dari kerusakan alam.
Pengudang Mangrove menjadi salah satu tempat untuk mengedukasi masyarakat serta pengunjung. Menjelaskan cara dan apa saja manfaat menjaga lamun serta ekosistem yang ada untuk keberlangsungan hidup serta pengembangan wisata setempat,” terang Wan Rudy.
Kawasan Konservasi Hewan Dilindungi
Ekowisata andalan Bintan. Foto: Mily
Di balik rimbunnya hutan bakau, tempat wisata ini merupakan kawasan konservasi dugong, kuda laut, penyu, dan padang lamun yang membentang sepanjang 18 kilometer. Tak jarang, saat melakukan tur, kita juga akan menjumpai mamalia laut maupun hewan yang dilindungi itu berenang melintasi sungai dan lautan.
ADVERTISEMENT
“Walaupun terasa sulit menjumpai mamalia laut ini secara langsung. Kita dapat melihat jejak mereka melalui lamun yang telah mereka makan. Ada beberapa kali, mereka terdampar di pantai atau terjebak di jaring nelayan,” terang Iwan.
Dugong Seagrass Center Project (DSCP) ikut menjadikan Desa Pengudang sebagai "pilot project" Penelitian Lamun dan Dugong. Menurut hasil penelitian DSCP, wilayah Pengudang memiliki lebih banyak variety lamun dibanding tempat lain di Bintan.
Jika tidak dapat melihat langsung mamalia laut itu, singgahlah ke Balai Desa Pengudang. Kita akan menemukan sebuah replika rangka dugong yang berasal dari dugong yang telah mati terdampar. Penyusunan kembali rangka dugong ini diinisiasi oleh DSCP dengan bantuan warga setempat.
Beragam Paket Tur
Peserta tur Pengudang Bintan Mangrove. Foto: Mily
Selain menawarkan paket tur hutan bakau, Pengudang Bintan Mangrove juga menyediakan paket lain. Pengunjung dapat memilih sesuai keinginannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Pilihan lain itu adalah Tour Mangrove Fireflies. Jika tur biasa melewati hutan bakau saat siang hari, untuk paket ini dilakukan saat sore menjelang malam. Pengunjung diajak melihat indahnya kerlap-kerlip lampu kunang-kunang. Tur dimulai pada pukul 17.00 WIB hingga 19.00 WIB.
Terbayang kan bagaimana indahnya melihat kunang-kunang di kegelapan hutan bakau?
Para peserta merasa enjoy. Foto: Mily
Ada juga paket snorkeling yang bisa dipilih. Tentunya, tidak kalah menarik, karena kamu bisa bermain bersama ikan-ikan di Perairan Pengudang. Satu lagi objek wisata yang tak kalah keren, yaitu Batu Junjung Beach, objek ini memiliki sejarah yang tentunya akan membuat wisatawan penasaran.
Jika ingin berbagi dan melindungi alam, bisa memilih paket menanam mangrove (Mangrove Palnting). Acara barbeku (BBQ) juga bisa menjadi pilihan ketika wisatawan ingin menikmati kuliner seafood yang segar, hasil dari tangkapan nelayan.
ADVERTISEMENT
Selain menikmati semua tur tadi, pengunjung akan disuguhkan pemandangan berbeda di Desa pengudang yaitu rumah unik Pak Madun. Rumah yang terbuat dari sampah-sampah dan barang bekas.
“Harga paket berbeda-beda. Ada yang mangrove tour saja. Ada juga ditambah dengan tour lainnya, seperti ke batu junjung, BBQ, snorkeling. Dimulai dari harga Rp 65 ribu sampai Rp 150 ribu per pack-nya. Sedangkan untuk Mangrove Tour Fireflies itu tersendiri. Karena waktunya beda, orang dewasa Rp 180 ribu dan anak-anak Rp 100 ribu,” jelas Iwan.
Penulis: Mily
Editor: Wak JK