Nelayan Minta Pemerintah Optimalkan Potensi Laut Natuna, Sebelum Dicuri Asing

Konten Media Partner
4 Maret 2020 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal nelayan di Pulau Tiga, Natuna. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kapal nelayan di Pulau Tiga, Natuna. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Sejumlah nelayan di Natuna, Kepulauan Riau, meminta pemerintah untuk segera mengoptimalkan potensi sumber daya laut khususnya perikanan di perairan Natuna.
ADVERTISEMENT
Mengingat, perairan Natuna atau WWP 711 merupakan wilayah dengan potensi perikanan yang tinggi namun rentan terhadap tindakan ilegal fishing oleh nelayan asing.
Permintaan ini pun menyusul rencana pemerintah yang sebelumnya berjanji akan mengoptimalkan perairan tersebut.
Dedek Ardiansyah, salah satu nelayan asal Pulau Tiga Barat, Natuna menilai, meski sudah ada armada kapal yang melakukan penangkapan, namun belum dapat mengoptimalkan potensi yang ada khususnya ikan dasar sendiri.
Tipikal kapal tangkap ikan di Natuna. Foto: Dok Dedek Ardiansyah
"Saya ada data luas wilayah tangkap dari spot track 2014-2019, banyak wilayah yang belum diisi," sebut Dedek kepada kepripedia, Rabu (4/3).
Dari data yang disampaikan Dedek, hasil spot track alat tangkap longline sekitar 74 kapal yang berasal dari Kepulauan Riau.
Sebanyak 38 kapal berada di pangkalan Natuna, sisanya tersebar di Bintan, Karimun dan Tanjungpinang yang ikut dalam program penelitian sumber daya perikanan WPP 711.
ADVERTISEMENT
"Nah Februari 2020 ini, banyak yang tidak melakukan penangkapan. Faktor utamanya ialah cuaca," lanjutnya.
Titik hijau tanda kapal perikanan tangkap beroperasi. Hanya sedikit. Foto: Dok Dedek Ardiansyah
Pada saat seperti itu, lanjut Dedek, banyak kapal asing yang masuk ke perairan Natuna untuk melakukan ilegal fishing. Hal ini ia ketahui dari rekan nelayannya.
Diantaranya tercatat pada Minggu (16/2) lalu, diposisi kordinat 04.32.00-109.45.000, dan pada Minggu (23/2) kordinat 05.02.000-110.18.000 dilaporkan ada kapal asing yang masuk.
"Mereka masuk malam hari untuk beroperasi menangkap ikan. Subuhnya mereka mulai menjauh ke daerah perbatasan Indonesia," ucap Dedek.
Karena itu, Dedek dan rekan-rekan nelayan di Natuna, berharap program pemerintah untuk mengisi armada kapal tangkap di wilayah-wilayah yang masih kosong.
Selain itu, pemerintah diharapkan pula merekomendasikan perusahaan skala besar untuk beroperasi di Natuna. Khususnya untuk menampung hasil tangkap nelayan.
ADVERTISEMENT
Spot track kapal tangkap di Natuna 2014-2019 (warna hijau muda). Foto; Dok Dedek Ardiansyah.
"Kalau ada perusahaan penampung, sisi lainnya juga dapat menekan harga ikan di Natuna sendiri. Masyarakat ngeluh ikan mahal di pasaran," kata dia.
"Bukan dari nelayan yang mahal, tapi harga di pasarnya bisa naik 100 persen," tambahnya.
Mengenai permintaan rekomendasi perusahaan ikan yang besar untuk masuk Natuna, Dedek menilai, saat ini masih banyak tenaga kerja di wilayah yang terkenal juga dengan alam yang indah itu
Ia meyakini, dengan masuknya perusahaan besar, dapat menampung pekerja dari Natuna sendiri.
"Natuna ini salah satu wilayah yang berpeluang untuk besar dengan hasil perikanan tangkap dan pengolahan ikan, baik nasional bahkan internasional," tutupnya.
Salah satu ikan hasil tangkap di Natuna. Foto: Hasrullah/kepripedia.com