Konten Media Partner

Tak Pernah Dapat Bantuan, PSK di Kawasan Lokalisasi Batam Pulang ke Daerah Asal

21 Juli 2021 20:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tempat hiburan malam di kawasan Sintai, Batam. Foto: Zalfirega/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Tempat hiburan malam di kawasan Sintai, Batam. Foto: Zalfirega/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Suasana hiruk pikuk tak lagi terlihat di gerbang masuk kawasan Pusat Rehabilitasi Sosial Nonpanti (PRSN) Teluk Pandan, Batu Aji atau yang lebih dikenal dengan kawasan Sintai. Setelah COVID-19 merebak, kawasan ini pun jauh terlihat semakin sepi dan lenggang.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak ada lagi lalu lalang para pengunjung di kawasan lokalisasi ini. Hanya bangunan ruko-ruko yang dikemas menjadi bar-bar tempat hiburan malam masih kokoh berdiri.
"Tidak ada aktivitas lagi, seluruh gerbang ditutup karena pandemi COVID-19 ditambah masa PPKM Darurat ini," kata Ketua RW Sintai, Nasir mewakili warga, Senin (19/7) lalu.
Kondisi tersebut sebenarnya sudah mulai terlihat perlahan, sejak beberapa perusahan galang kapal yang notabene menjadi sumber pengunjung mulai gulung tikar dalam satu tahun belakangan.
Kondisi pandemi COVID-19 dengan sejumlah kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat pun turut menyurutkan kondisi ekonomi kawasan yang sudah berdiri sejak puluhan tahun silam ini.
Menurut sejumlah warga setempat, kawasan yang disebut-sebut tempat prostitusi terkenal di Batam ini hanya memutar lantunan musik disko dan reggae menggema, memecah suasana yang sepi.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua RW Sintai, berdasarkan laporan, setidaknya hanya tersisa 180 orang yang tetap bertahan di tempat hiburan tersebut. Padahal kemarin, bahkan mencapai ribuan pekerja hiburan malam mencari penyambung hidup di sana.
Kawasan Sintai, Batam. Foto: Zalfirega/kepripedia.com
"180 orang Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pekerja hiburan malam yang bertahan, dari ribuan orang. Banyak yang telah pulang karena tak betah di kondisi sekarang," kata Nasir.
Dia menuturkan, banyak pekerja di kawasan tersebut memutuskan untuk kembali ke daerah asal. Karena memang pekerja di sana datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Mereka terpaksa pulang, akibat kondisi ekonomi. Tempat kerjanya tak lagi dapat memenuhi kehidupan sehari-hari. Begitu pun bantuan pemerintah yang tak pernah menyentuh hingga kawasan tersebut.
"Belum ada bantuan yang diterima, sisi lain, kebutuhan hidup makin tinggi. Mungkin anak-anak butuh makan pemasukan tidak ada, namun mau bagaimana lagi. Ini tetap tanggung jawab kita," tambah Nasir.
ADVERTISEMENT
Nasir berharap setidaknya ada sumbangsih dari para donatur hingga pemerintah dapat diberikan kepada warganya, termasuk yang juga berada disekitar kawasan tersebut.
"Kita butuh makan juga, berharap ada bantuan yang diberikan oleh pemerintah," harap dia.
Terpisah, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Batam, Salim Naim, menyebutkan untuk pendataan warga terdampak COVID-19 berada di ranah dinas sosial.
"Kita belum data, yang mendata dari teman dinas sosial untuk bantuan yang diberikan," singkat Salim.