Konten Media Partner

Tempoyak Kudapan Khas Melayu Berbahan Durian

16 Juni 2019 9:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tempoyak / F. Mily
zoom-in-whitePerbesar
Tempoyak / F. Mily
ADVERTISEMENT
Musim Durian Tiba
Tempoyak kudapan khas melayu berbahan utama durian ini, hanya bisa ditemukan di Kepulauan Riau, di beberapa kabupaten/kota di provinsi perbatasan Indonesia ini sangat kental dengan kudapan yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Rasanya yang lezat dan nikmat, dihasilkan dari kayanya budaya melayu yang kian berkembang dan hasil rempah-rempah yang melimpah menjadikan sajian tersebut penuh daya tarik yang menggugah untuk disantap.
Paduan kudapan dari durian yang difermentasikan ini, akan menjadi sensasi baru bagi penyuka durian.
Memiliki aroma yang menyengat, tempoyak menyerupai selai durian yang kental. Berwarna kuning dan bertekstur lembut. Saat mencicipinya, kita akan mendapatkan rasa asam saat tiba dilidah. Itu karena tingginya kadar Lactic Acid Bacteria (LAB) yang terbentuk saat proses fermentasi.
Tempoyak biasanya disajikan sebagai lauk dan dimakan bersama nasi hangat. Namun, juga bisa dicampurkan sebagai bumbu masakan dan penyedap sambal untuk lebih menggugah selera.
“Sekarang musim durian sudah tiba disini. Tidak sabar menunggu buah durian melimpah dijual dipinggir-pinggir jalan. Kalau sudah begitu, banyak durian yang tidak termakan. Nah, itu dapat dijadikan tempoyak agar tidak mubazir. Nanti, kalau sudah jadi tempoyaknya, baru enak dimakan sama nasi,” kata Suhaini, warga Tanjungpinang.
ADVERTISEMENT
Jika kebanyakan orang mencampurkan tempoyak dalam gulai atau sambal ikan, berbeda dengan Suhaini. Ia lebih suka menyantapnya langsung begitu saja bersama sepiring nasi hangat. Agar rasanya bertambah nikmat, tumbukan cabe rawit dicampur untuk mendapatkan rasa pedas.
“Kalau untuk saya, kayak gini lebih enak. Lebih terasa tempoyaknya. Dicampur dengan sambal ikan atau gulai juga enak sih. Tapi, selera orangkan beda-beda,” ucapnya.
Tempoyak yang sudah di masak. Foto : facebook
Riwayat Hikayat Abdullah
Konon ceritanya, tempoyak diriwayatkan dalam Hikayat Abdullah yang merupakan makanan sehari-hari penduduk Terengganu, salah satu suku asli dari bangsa Melayu. Dari Rajanya hingga ke rakyat biasa begitu suka sekali dengan tempoyak sebagai bahan yang dicampur dalam masakan.
Abdullah bin Abdulkadir Munsy adalah seorang sastrawan Melayu asal Turki. Pada tahun 1836 ia berkunjung ke Terengganu. Ia mengatakan bahwa salah satu makanan kegemaran penduduk disana adalah tempoyak. Berdasarkan sejarah yang ada pada Hikayat Abdullah, tempoyak merupakan makanan khas bangsa Melayu, yaitu Indonesia maupun Malaysia.
ADVERTISEMENT
Jadi tidak heran, jika kita akan banyak menemukan kuliner yang satu ini di daerah-daerah di Indonesia maupun Malaysia.
Tempoyak durian. Foto : Facebook/tempoyakummi
Membuat Tempoyak
Untuk membuat tempoyak yang jauh lebih enak dan legit, usahakan menggunakan durian yang sudah masak dan lebih bagusnya lagi, pilih yang sudah mulai berair atau sedikit membusuk.
Lalu daging buah durian dipisahkan dari bijinya dan berikan sedikit garam untuk mempercepat proses fermentasi.
Setelah proses tadi selesai, adonan disimpan ke dalam tempat yang tertutup rapat seperti toples. letakkan didalam ruangan yang bersuhu tidak terlalu panas dan dingin. Namun juga bisa dimasukkan ke dalam kulkas.
Proses fermentasinya akan berlangsung agak lama dan dapat mempengaruhi cita rasa akhir.
ADVERTISEMENT
Simpanlah selama 3 hingga 5 hari untuk mendapatkan tempoyak dengan rasa asam dan manis yang lezat. Jika proses fermentasi dilakukan dengan benar, tempoyak dapat bertahan lama. Bahkan bisa awet hingga bertahun-tahun. Asalkan wadah yang digunakan untuk menyimpan pun selalu tertutup rapat dan kering.
Setelah jadi, tempoyak dapat dihidangkan dengan berbagai bentuk. Biasanya dicampurkan kedalam sambal ikan, gulai dan ada juga bisa dimakan langsung begitu saja.
Penulis : Mily
Editor : Wak JK