Temukan 5 Hal Ini di Museum Raja Ali Haji Batam

Konten Media Partner
19 Desember 2020 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum Raja Ali Batam. Foto: Disparbud Batam
zoom-in-whitePerbesar
Museum Raja Ali Batam. Foto: Disparbud Batam
ADVERTISEMENT
Mengunjungi museum mungkin sudah menjadi wisata yang biasa bagi sebagian orang. Namun Museum Raja Ali Haji di Dataran Engku Putri, Batam memiliki keunikannya sendiri. Bukan hanya benda bersejarah, namun foto hingga peradaban melayu bisa Anda lihat.  
ADVERTISEMENT
Saat kamu pertama kali mengunjungi Museum Raja Ali Haji setidaknya akan ada 5 keunikan yang akan kamu jumpai seperti di bawah ini.
1. Cogan
Pertama kali tiba, Anda akan melihat sebuah lempengan besar mirip daun sirih. Inilah yang disebut Cogan. Salah satu alat kebesaran atau regalia yang dimiliki Kerajaan Johor Riau Lingga Pahang yang pada hari ini wilayahnya mencakup Kepulauan Riau, Riau, Jambi sampai ke Malaysia dan Singapura. 
Cogan adalah sebuah tombak simbol kebesaran kerajaan yang diwarisi hingga tahun 1913 sebelum keruntuhannya oleh Belanda  dimasa Kesultanan Sultan Abdulrahman Syah. Pada kedua belah bagian sisi Cogan terdapat ukiran tulisan timbul dalam lambang huruf arab menggunakan Bahasa Melayu (Arab Melayu). 
ADVERTISEMENT
Selain sebagai alat peneguh legitimasi dalam proses penabalan atau pengangkatan seorang sultan, Cogan digunakan dalam setiap arak-arakan setiap kali raja atau sultan ke luar kerajaan atau memasuki balairung istana. Cogan juga merupakan tanda yang meneguhkan pemegangnya, serta menjelaskan silsilah asal-usul Raja Kesultanan Riau Lingga yang berpunca pada Sultan Iskandar Zulkarnain Syah Yang Agung, penakluk timur dan barat.
2. Kepemimpinan BJ Habibie
Di Museum Raja Ali Haji, Anda akan melihat foto-foto masa kepemimpinan Bacharuddin Jusuf Habibie. Yang mana pernah memimpin otorita Batam selama 20 tahun dari 1978 hingga 1998. 
BJ Habibie saat meninjau salah satu kawasan industri di Batam. Foto: Dendi Gustinandar/kepripedia.com
Dalam masa kepimpinannya, B.J. Habibie mampu membuat Batam berkembang sangat pesat. Mengubah arah pembangunan Batam tidak hanya sekedar basis logistik Pertamina, melainkan mengubah Batam menjadi proyek nasional yang memberikan nilai tambah tinggi untuk kepentingan nasional dengan menjadikan Pulau Batam sebagai daerah industri berteknologi tinggi, perdagangan, alih kapal, dan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Terobosan paling terasa manfaatnya adalah pembangunan Jembatan Barelang. Jembatan yang menghubungkan Pulau Batam, Pulau Nipah (Pulau ponton), Rempang Stokok, Galang, dan Galang Baru. Setelah terbangunnya jembatan pada tahun 1998 kehidupan masyarakat meningkat. Ekonomi, pendidikan, kesehatan hingga gaya hidup semua berubah.
3. Penjajahan Belanda dan Jepang
Benda-benda bersejarah pada masa penjajahan Belanda dan Jepang dipamerkan di Museum Raja Ali Haji. Berdasarkan Traktat London 1824, Kepulauan Riau (termasuk Batam) menjadi daerah kekuasaan Belanda. Dengan demikian, Batam yang sebelumnya berada dalam wilayah Kemaharajaan Melayu berada dalam wilayah Kerajaan Riau-Lingga yang dijajah Belanda.
Ketika Belanda sepenuhnya menguasai Kerajaan Riau-Lingga sejak 1913 menyusul dihapuskannya Kerajaan Riau-Lingga secara sepihak oleh Belanda, Batam sepenuhnya pula dijajah Belanda dan diperintah oleh seorang amir yang bertanggung jawab kepada controleur Belanda yang berkedudukan di Tanjungpinang.
ADVERTISEMENT
Pada zaman pendudukan Jepang, Pulau Batam (termasuk gugusan Rempang-Galang) pernah dijadikan basis pertahanan militer Jepang. Daerah perbukitan dan pulau-pulau serta perkampungan pesisir pantai seperti Nongsa, Kabil, Tanjungpiayu Laut, Pulau Moi-moi, Sijantung, Pulau Buluh, Batuaji, dan Pulau Sambu dipilih Jepang sebagai basis pertahanan.
Batam juga dijadikan militer Jepang sebagai tempat mencari pekerja rodi (romusha) yang akan dikirim ke beberapa kawasan penduduknya, terutama ke Thailand.
4. Temenggung Abdul Jamal dan Khasanah Melayu
Lukisan bersejarah di Museum Raja Ali Haji Batam. Foto: Disparbud Kota Batam
Berkunjung kesini, akan membuat Anda mengetahui bagaimana khasanah melayu itu. Selain itu juga mengenal salah satu tokoh melayu di Kepulauan Riau yakni Temenggung Abdul Jamal. 
Sastra, adat istiadat, pakaian, permainan melayu dan lainnya bisa menjadi tambahan pengetahuan. Benda peninggalan pahlawan Kepri Temenggung Abdul Jamal pun ada. 
ADVERTISEMENT
Temenggung Abdul Jamal adalah bendahara Kerajaan Melayu Riau yang berkuasa di wilayah Bulang Lintang, Kecamatan Bulang, Batam, dan di pulau-pulau sekitarnya. Penguasa daerah yang ditunjuk Sultan Johor-Riau. Dalam catatan sejarah, Temenggung Abdul Jamal lahir pada 1720.  Ia adalah putra dari Tun Abbas, Datuk Bendahara Kerajaan Johor-Riau.
Pulau Bulang telah dijadikan sebagai basis daerah perintah Temenggung sejak tahun 1722 hingga 1824, dan makam Temenggung Abdul Jamal  terdapat di Pulau Bulang . 
5. Infrastruktur dan Pembangunan Otorita Batam
Perubahan besar dalam pembangunan Kota yang berbatas langsung dengan Singapura dan Malaysia itu dapat terlihat disini. Menggambarkan sebelum dan sesudah infrastruktur Batam. Semua itu tidak terlepas dari campur tangan Otorita Batam, yang kini berubah menjadi Badan Pengusaha (BP) Batam. 
ADVERTISEMENT
Berawal dari sebuah pulau terbelakang yang hanya dihuni oleh beberapa orang suku melayu atau orang laut saja hingga sekarang ini yang padat dan sangat maju dengan kedatangan berbagai suku di Indonesia.
Lembaga Otorita Batam membangun dengan beberapa tampuk pimpinan silih berganti mengurus pulau tersebut. Mulai dari masa era perintis pembangunan Batam di tangan Ibnu Sutowo, Prof. Dr. J.B. Sumarlin, hingga periode ex-officio Kepala BP Batam sekarang Muhammad Rudi.
Nah, itulah hal-hal menarik yang bisa kamu temukan di Museum Raja Ali Haji di Batam. Selan 5 hal tersebut, Anda juga akan mengenal dan mengetahui bagaimana awal pembentukan provinsi Kepulauan Riau, sejarah astaka dan lainnya. Jika berkunjung ke Batam, jangan lupa melipir kesini ya. 
ADVERTISEMENT