UKT, Uang Kuliah Tunggal atau Uang (bikin) Kuliah Tunggang?

bemundip
Badan Eksekutif Mahasiswa, Universitas Diponegoro
Konten dari Pengguna
20 Juli 2021 5:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari bemundip tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Uang Kuliah Tunggal Mahasiswa (unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Uang Kuliah Tunggal Mahasiswa (unsplash.com)

Pandemi seakan tidak habis-habisnya menjadi sumber masalah mahasiswa sejak awal diterapkan. Mulai dari berhentinya kegiatan belajar mengajar di kampus, penyampaian materi dalam jaringan, hingga kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dikarenakan pandemi mulai memengaruhi moneter dunia. Satu per satu permasalahan yang muncul mungkin sudah mendapat adaptasi yang cukup baik dari mahasiswa, namun sepertinya perkara UKT ini masih belum mendapat penyelesaian terbaiknya.

ADVERTISEMENT
Covid-19 yang belum juga pergi akhirnya dibulani-bulani keresahan dari mahasiswa atas beban UKT mereka. Meski bahasan ini sudah sejak lama menjadi pokok permasalahan, namun jalan keluarnya urung juga ditemukan. Tidak mendapat solusi, tidak tau harus bagaimana agar bisa dimaklumi. Terlebih lagi, mahasiswa yang kesulitan dalam pembayaran UKT-nya ini kebanyakan disebabkan oleh golongan UKT tak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga. Maka munculah sebuah pertanyaan, sebenarnya bagaimana proses penentuan golongan UKT berlaku? Mengapa masih banyak mahasiswa mendapat masalah dari hal tersebut? Apakah birokrasi universitas yang bertanggung jawab untuk hal itu sudah cukup bijak? Hal ini nampaknya perlu mendapat perhatian lebih untuk kemudian direvisi bersama-sama dengan para mahasiswa agar keputusan yang dihasilkan dapat lebih bijaksana.
ADVERTISEMENT
Bidang Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) BEM Universitas Diponegoro tampaknya berusaha untuk lebih tanggap terhadap permasalahan ini. Program Penyesuaian UKT Dampak Covid-19 diadakan untuk membantu mereka yang kesulitan dalam UKT-nya semasa pandemi. Nantinya, program ini mengharuskan mahasiswa untuk melampirkan data dan beberapa surat pernyataan yang dapat memperkuat permohonan pengajuan keringanan sebelum diserahkan kepada pihak rektor kampus. Dalam hal ini, seluruh mahasiswa yang merasa bahwa dirinya perlu mendapat bantuan karena terdampak Covid-19 bisa mengikuti program yang telah disediakan. Berfokus kepada mahasiswa yang benar-benar membutuhkan, Kesma BEM Undip berharap agar tidak ada diantara mereka yang berhenti kuliah sebab tidak mampu membayar UKT.
Teras Impian, organisasi nonprofit yang didirikan oleh mahasiswa Undip, juga memiliki tujuan yang sama. Jika Kesma BEM Undip berjalan berdasarkan sistem dan peraturan-peraturan yang berlaku, Teras Impian membantu melalui berbagai cara dan metode untuk bisa ikut mengulurkan tangan kepada mahasiswa dan meringankan beban finansial mereka. Program-program mereka diantaranya seminar, beasiswa, donasi dan survei. Dari program-program tersebut, salah satu program yang mencapai audiens dan partisipan terluas adalah Gasebu atau Gerakan Sepuluh Ribu. Gerakan yang memberi kesempatan kepada siapapun agar bisa ikut meringankan permasalahan UKT mahasiswa dengan menerima donasi mulai dari sepuluh ribu rupiah untuk kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tidak hanya organisasi-organisasi tersebut yang bisa membantu dalam masalah UKT. Mahasiswa lain yang berniat membantu dan cukup mampu untuk ikut menyalurkan donasinya juga bisa berpartisipasi melalui cara mereka sendiri. Contohnya mengadakan galang dana atau bakti sosial secara terbuka dan umum dengan tujuan yang sudah digalakkan sejak awal, meringankan beban UKT mahasiswa. Setiap fakultas mungkin sudah memiliki rencana mengenai hal ini, namun akan lebih baik jika seluruh mahasiswa dapat menaruh peran di dalamnya.
“Ketika hari ini kita membantu orang lain, maka besok kitalah yang akan dibantu oleh orang lain saat kita mendapat masalah.” Kata Rafly Gultom, selaku Co-Founder & Project Manager dari Teras Impian. Sekiranya kalimatnya dapat dijadikan acuan sebagai motivasi untuk terus membantu orang-orang disekitar, apalagi kepada sesama mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa diharapkan agar dapat lebih perhatian kepada sekelilingnya, terhadap permasalahan-permasalahan yang sekiranya bisa diselesaikan melalui bantuan bersama. Kehadiran organisasi-organisasi yang bertujuan membantu di lingkungan kampus juga perlu mendapat apresiasi tersendiri atas berbagai usaha dan gerakannya. Organisasi seperti Teras Impian mungkin bisa menjadi alternatif dari BEM Undip untuk memberikan solusi yang lebih variatif dan menyasar lebih banyak lagi mahasiswa yang membutuhkan. Tentunya kearifan pihak kampuslah yang akan menyelamatkan mahasiswa dari putusnya edukasi, karena mereka memegang kuasa terhadap kebijakan Uang Kuliah Tunggal mahasiswa. Semoga tidak ada mahasiswa yang menjadi korban atas kesalahan susunan prioritas dari kebijakan yang ada.
Info selengkapnya tentang Teras Impian dapat kalian akses pada akun sosial media mereka di Instagram @terasimpian atau pembaruan terkini seputar BEM Undip pada akun Instagram @bemundip.
ADVERTISEMENT