Konten dari Pengguna

Car Free Day: Ruang Publik yang Semakin Politik

Kevin Zulfian Bay
Calon Komunikator dari Universitas Pancasila, Seniman penyampaian pesan.Menulis saat dunia membutuhkan.
30 April 2025 8:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kevin Zulfian Bay tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : CFD Sudirman-Thamrin, Archive Foto Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto : CFD Sudirman-Thamrin, Archive Foto Pribadi
ADVERTISEMENT
Minggu pagi di Jakarta, Sudirman-Thamrin ditutup untuk kendaraan bermotor, dan jalanan disulap jadi tempat lari, senam, naik sepeda, atau sekadar nongkrong cari kopi. Harusnya sih buat olahraga dan udara segar. Tapi beberapa waktu belakangan, Car Free Day malah jadi ajang lai
ADVERTISEMENT
n: kampanye politik dadakan.
Tiba-tiba muncul baliho wajah tersenyum, lengkap dengan tagline penuh harapan. Ada yang bagi-bagi stiker, ada yang senyum kiri-kanan, bahkan joget bareng warga demi konten. Jalan kaki dua ratus meter, foto lima kali, terus langsung balik ke mobil pribadi. Lalu muncul di media sosial partai: “Turun ke jalan bersama rakyat.”
Foto : CFD Sudirman,Archive Foto Pribadi
Padahal kenyataannya? Turun cuma sebentar. Yang jalan bukan niat, tapi pencitraan.
CFD itu harusnya ruang untuk warga. Bebas kendaraan, bebas polusi, dan bebas dari manuver politik. Tapi sekarang, malah penuh dengan selebaran janji. Kampanye politik menjamur di mana-mana, padahal harusnya ini bukan tempatnya. Nggak semua yang datang ke CFD itu mau dibombardir oleh wajah-wajah calon pejabat yang bahkan belum tentu tahu rasanya naik TransJakarta.
ADVERTISEMENT
Tapi bukan berarti CFD tidak bisa jadi ajang kampanye. Bisa banget, kalau isinya kampanye yang bener.
Beberapa waktu lalu, ada satu parade yang layak jadi contoh. Sebuah patung paus besar dari tumpukan sampah plastik, dengan tulisan “LAUT KITA HIDUP KITA” dan “WE ♥ EARTH”. Nggak ada janji politik, nggak ada partai, nggak ada suara yang diminta. Tapi pesan yang disampaikan jauh lebih kuat. Tentang laut yang rusak, tentang sampah yang terus menumpuk, tentang bumi yang sekarat. Itu kampanye yang nggak ribut, tapi ngena. Edukatif, jujur, dan bikin mikir.
Foto: CFD Sudirman, Archive Foto Pribadi
Atau contoh lain lagi, yang lebih menyentuh sisi kemanusiaan, seperti acara penanganan dan edukasi tentang ADHD yang juga digelar di CFD. Bukan buat viral, bukan buat ngumpulin suara. Tapi buat nyebarin pemahaman, ngasih ruang bagi keluarga yang butuh support, dan nunjukkin kalau isu kesehatan mental itu penting. Ini kampanye yang benar-benar peduli. Kampanye yang hadir bukan karena kamera, tapi karena kebutuhan nyata di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kegiatan seperti itu sering kalah sorotan dari keramaian rombongan kaos seragam dan musik panggung politik. Padahal justru acara-acara kayak penanganan ADHD inilah yang layak dikasih panggung lebih besar, karena efeknya terasa langsung ke masyarakat. Bukan cuma selama satu hari, tapi bisa membekas dalam waktu lama.
CFD harusnya jadi ruang aman untuk belajar, peduli, dan saling mendukung. Bukan tempat rebutan pencitraan. Bukan ladang panen suara.
Karena kalau dibiarkan terus seperti ini, masyarakat lama-lama akan lelah dan apatis. CFD yang harusnya sehat, justru jadi toxic karena kebanyakan kepentingan yang numpang lewat.
Jadi, kalau kamu datang ke CFD dan lihat ada kampanye, coba tanya dalam hati:
Ini kampanye yang ngajak sadar, atau cuma ngajak coblos?
ADVERTISEMENT
Ini kampanye yang tulus, atau sekadar tampil biar eksis?
Karena jalan kaki bersama rakyat itu gampang. Tapi jalan bareng rakyat setelah pemilu, itu yang jarang.