Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menelusuri Kisah Claudia Sheinbaum, Presiden Perempuan Pertama di Meksiko
2 Juli 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Kevin Kurniadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Claudia Sheinbaum berhasil mencetak sejarah sebagai presiden perempuan pertama di Meksiko. Dengan dukungan dari partai National Regeneration Movement atau Morena, Claudia Sheinbaum sukses memperoleh suara sebesar 61%, mengalahkan kandidat lainnya.
ADVERTISEMENT
Dengan berlatar belakang sebagai seorang ilmuwan, Claudia Sheinbaum menggagas isu ‘Reformasi Lingkungan’ sebagai dasar pemerintahannya. Selain itu, ia juga berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan, memperkuat sistem kesehatan dan pendidikan, serta memperjuangkan hak-hak perempuan dan minoritas, dengan tujuan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.
Claudia Sheinbaum membawa sebuah harapan baru bagi masyarakat Meksiko. Kepemimpinannya tentu akan diuji oleh berbagai tantangan, dan juga membuka peluang besar untuk perubahan positif di negeri tersebut.
Perjalanan Kehidupan Claudia Sheinbaum
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Otonomi Nasional Meksiko, Sheinbaum adalah anggota Consejo Estudiantil Universitario (Dewan Mahasiswa Universitas), sekelompok mahasiswa yang kemudian menjadi pendiri gerakan pemuda Partai Revolusi Demokrat (PRD).
Pada tahun 2000, dirinya sempat menjabat sebagai Sekretaris Lingkungan Hidup Kota Meksiko dan diangkat menjadi kabinet Kepala Pemerintahan Kota Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador. Kemudian di tahun 2014, ia bergabung dengan gerakan sempalan Lopez Obrador, yang memisahkan diri dari partai sayap kiri arus utama, Partai Revolusi Demokrat. Lalu menjabat sebagai Sekretaris Lingkungan Hidup pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun 2015, Claudia Sheinbaum terpilih sebagai Wali Kota Tlalpan yang merupakan wilayah di Mexico City. Namun, jabatannya ini hanya diemban olehnya hingga tahun 2017. Sebab di tahun 2017, ia menerima nominasi pencalonan wali kota Mexico City. Tepatnya pada bulan Agustus, ia berpartisipasi dalam jajak pendapat yang dilakukan Gerakan Regenerasi Nasional untuk menentukan calon Kepala Pemerintahan Mexico City dari partai tersebut.
Pada pemilihan Kepala Pemerintahan ini, Sheinbaum sukses mengalahkan pesaing lainnya dengan perolehan 15,9% suara. Sheinbaum dilantik sebagai kepala pemerintahan Kota Meksiko pada 5 Desember 2018.
Dalam 52 bulan pertama masa jabatan Sheinbaum, terjadi 5.078 kasus pembunuhan di Mexico City, angka yang lebih tinggi dibandingkan yang tercatat pada masa pemerintahan Lopez Obrador, Marcelo Ebrard, dan Miguel Angel Mancera. Meskipun demikian, Sheinbaum berhasil menurunkan tingkat pembunuhan dari 17,9 per 100.000 orang pada tahun 2018 menjadi 8,6 pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Pada 12 Juni 2023, Sheinbaum pun mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai Kepala Pemerintahan Mexico City pada 16 Juni untuk mengikuti proses seleksi internal untuk memilih calon presiden de facto untuk koalisi Juntos Hacemos Historia. Pemilu berlangsung pada 2 Juni 2024, dengan Sheinbaum diproyeksikan sebagai pemenang berdasarkan penghitungan cepat INE pada pukul 11:50 CST.
Suara Perempuan dalam Politik
Dengan berbagai potensi yang dimiliki, Claudia Sheinbaum selalu berusaha untuk membuktikan bahwa dirinya mampu memecahkan konflik-konflik yang terjadi di negaranya.
Sheinbaum berjuang keras mendobrak budaya kuno yang mengakar kuat di negaranya itu. Ya, perjuangan Claudia Sheinbaum sebagai presiden perempuan pertama di Meksiko tidak terlepas dari pengaruh budaya patriarki yang terinternalisasi dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Masyarakat patriarki menumbuhkan persepsi bahwa perempuan tidak pantas untuk menjadi pemimpin. Seksisme seringkali menindas kehidupan perempuan, banyak masyarakat patriarki yang memiliki asumsi bahwa perempuan hanya cocok melakukan peran domestik saja.
Perempuan jarang diberi ruang untuk bertumbuh menjadi pemimpin karena skeptisme yang melekat dalam masyarakat memandang mereka sebagai sosok yang lemah dan emosional. Kesenjangan gender dalam kepemimpinan ini turut memprihatinkan.
Perempuan harus berjuang lebih keras dibanding laki-laki, meskipun mereka memiliki kapabilitas dan integritas yang lebih tinggi. Salah satu tokoh perempuan Indonesia yang menghadapi perjuangan serupa dengan Claudia Sheinbaum adalah Maria Walanda Maramis.
Maria Walanda Maramis merupakan sosok inspiratif yang memperjuangkan kemerdekaan dan kesetaraan perempuan di Indonesia. Ia aktif dalam pergerakan politik dan menjadi bagian dari Indische Partij yang bertujuan untuk meraih kebebasan Indonesia dari cengkeraman Belanda.
ADVERTISEMENT
Tak hanya menumbuhkan semangat untuk mengusir penjajah, Walanda Maramis juga mematahkan stereotip gender pada masanya. Semangatnya yang bergelora menginspirasi perempuan-perempuan Indonesia untuk berkontribusi dalam dunia politik.
Berdasarkan data Kabinet Menteri Indonesia Maju, partisipasi perempuan dalam kementerian hanya sebesar 6 dari 34 orang. Tentunya 6 orang ini melewati rintangan yang tidak mudah dalam mencapai kedudukannya tersebut.
Bahkan, dalam program Mata Najwa yang berjudul “Women in Power”, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani turut membagikan keluh kesahnya sebagai menteri perempuan.
Mereka berdua kerap mendapat diskriminasi perlakuan dan pandangan dalam menjalankan perannya. “Jika lelaki memerintah atau mengatur dengan tegas ia dianggap berwibawa dan menawan, tetapi kalau perempuan yang melakukannya dianggap sebagai sok meraja atau bossy”, tutur Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran dari Cerita Claudia Sheinbaum
Claudia Sheinbaum ialah sosok pemimpin perempuan yang dapat diteladani melalui karirnya dengan beragam kisah inspiratif di dalamnya. Terpilihnya Claudia Sheinbaum menjadi Presiden Meksiko menuai sejarah karena ia merupakan pemimpin wanita pertama.
Kemenangannya menunjukkan keyakinan orang Meksiko terhadap visi yang Claudia gagas serta kinerjanya selama ia berkarir menjadi politikus dan akademisi. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari sosok Claudia Sheinbaum. Keaktifannya sejak di bangku kuliah, kiprahnya di dunia politik, hingga prestasi akademis yang telah dicapainya.
Dari kisah Claudia Sheinbaum ini kita belajar bahwa perempuan bisa berkarya di bidangnya masing-masing. Perempuan memiliki hak untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri dan memiliki kesempatan yang sangat luas dalam mengambil langkah ke depan.
ADVERTISEMENT
Semoga akan lebih banyak sosok seperti Claudia Sheinbaum di masa depan, yaitu perempuan kuat yang bisa memimpin dan bisa memberikan pengaruh yang baik bagi masyarakat dan negara.