Konten dari Pengguna

Memahami Hipertensi: Penyebab, Jenis, dan Langkah-langkah Pengelolaan

kevinmaulanaa14
Mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatulah Jakarta
24 November 2023 9:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari kevinmaulanaa14 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Hipertensi, atau yang umumnya dikenal sebagai tekanan darah tinggi, bukanlah istilah baru dalam ranah kesehatan. Ini adalah kondisi di mana tekanan darah sistol dan diastol melewati batas normal yang ditetapkan pada angka 120/80. Secara global, sekitar 1 miliar orang menderita hipertensi, dan 2/3 di antaranya berada di negara-negara berkembang dengan tingkat penghasilan rendah hingga sedang. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan, dan diprediksi bahwa pada tahun 2025, sekitar 29% dari populasi dewasa di seluruh dunia akan mengalami kondisi darah tinggi ini.
ADVERTISEMENT
Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun. Dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya memiliki Hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya Kesehatan.
Di Indonesia sebesar 34,1 persen pada tahun 2018, dengan prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,3 persen dan terendah di Provinsi Papua sebesar 22,2 persen. Berikut jabaran prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur diatas 18 tahun berdasarkan provinsi dari tahun 2007 hingga 2018 di Indonesia.
Foto: pexeles.com
Sebelum menjelajahi lebih lanjut mengenai hipertensi, penting bagi kita untuk memahami konsep sistol dan diastol terlebih dahulu. Tekanan darah dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistol dan diastol. Sistol merujuk pada tekanan darah yang terjadi ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Di sisi lain, diastol adalah tekanan darah yang terjadi saat darah kembali dari seluruh tubuh menuju ke jantung. Hipertensi dapat diklasifikasikan ke dalam lima derajat yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi 2 kelompok:
A. Hipertensi Primer (Esensial)
Penyebab hipertensi tipe primer belum diketahui secara pasti. Hipertensi jenis ini menyumbang sekitar 90% dari total kasus hipertensi.
B. Hipertensi Sekunder
Penyebab hipertensi tipe sekunder dapat ditentukan, seperti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain sebagainya. Hipertensi sekunder sendiri menyumbang sekitar 10% dari total kasus hipertensi.
ADVERTISEMENT
Hipertensi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, di mana individu yang memiliki riwayat hipertensi pada orang tua cenderung memiliki prevalensi yang lebih tinggi terkena kondisi ini. Selain itu, obesitas juga dapat menjadi penyebab hipertensi. Obesitas merupakan kondisi peningkatan berat badan yang disebabkan oleh kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara asupan kalori melalui makanan dan penggunaan energi tubuh. Obesitas terjadi ketika jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih besar daripada yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi, dan kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk trigliserida di jaringan lemak, menyebabkan penumpukan trigliserida dalam sel-sel adiposit.
ADVERTISEMENT
Pada keadaan obesitas, terjadi peningkatan kandungan lemak yang beredar dalam darah, dan lemak ini dapat menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah melalui proses pembentukan aterosklerosis. Lemak akan terus menumpuk di cabang-cabang pembuluh darah, menghambat aliran darah di arteri. Akibatnya, jantung harus bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke berbagai jaringan melalui arteri yang menyempit, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (hipertensi). Terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah ini meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung karena beban kerja yang semakin berat pada jantung.
Di samping obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Hal ini disebabkan oleh sifat osmotik garam yang dapat menahan air, sehingga dapat meningkatkan volume darah dan berperan dalam mengontrol tekanan darah secara jangka panjang. Oleh karena itu, asupan garam yang berlebihan dapat menjadi pemicu hipertensi, terutama pada individu yang memiliki sensitivitas terhadap garam.
ADVERTISEMENT
Stimulasi dari sistem saraf simpatis juga dapat berdampak pada peningkatan tekanan darah, seperti yang terjadi saat seseorang sedang berolahraga atau pada individu yang merokok. Kandungan yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan aktivasi dari saraf simpatis, dan jika konsumsinya berlangsung secara berkelanjutan, ada potensi untuk mengembangkan hipertensi.
Aktivitas fisik aerobik dapat mengurangi resiko terkena hipertensi. Foto: pexeles.com
Kita dapat mengurangi risiko terkena hipertensi dengan menerapkan sejumlah modifikasi gaya hidup, di antaranya:
1. Menjaga Berat Badan Ideal:
Upaya untuk menjaga berat badan sesuai dengan indeks massa tubuh (BMI) yang ideal, berkisar antara 18,5 hingga 24,9 kg/m².
2. Diet Sehat dengan Pendekatan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension):
Mengadopsi pola makan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan produk rendah lemak, dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah.
ADVERTISEMENT
3. Pembatasan Konsumsi Natrium:
Mengurangi asupan natrium hingga kurang dari 100 mmol per hari (setara dengan 2,0 g natrium atau 6,5 g natrium klorida atau 1 sendok teh garam per hari).
4. Aktivitas Fisik Aerobik Teratur:
Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, seperti jalan cepat, selama minimal 30 menit setiap hari, hampir setiap hari dalam seminggu.
5. Pembatasan Konsumsi Alkohol:
Mengontrol dan membatasi konsumsi alkohol sesuai dengan pedoman kesehatan yang direkomendasikan.
Menerapkan langkah-langkah ini dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu mengurangi risiko terkena hipertensi dan memberikan dampak positif bagi kesehatan secara menyeluruh.