Konten dari Pengguna

Uang Panai: Lambang Penghormatan kepada Perempuan

Keyza Nuralifa Kalyana Puteri
Saya seorang mahasiswa semester 7 dengan prodi S1 Teknik Biomedis Institut Teknologi Telkom Purwokerto
12 Januari 2023 10:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Keyza Nuralifa Kalyana Puteri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Uang panai merupakah salah satu tradisi Suku Bugis (dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Uang panai merupakah salah satu tradisi Suku Bugis (dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Uang panai atau yang biasa disebut panaik adalah salah satu tradisi suku Bugis-Makassar ketika hendak melangsungkan proses pernikahan. Uang panai merupakan lambang penghormatan suku Bugis-Makassar kepada perempuan. Secara spesifik, penghormatan tersebut diberikan calon suami kepada calon istrinya. Uang panai juga diartikan sebagai wujud keseriusan seorang laki-laki yang hendak melamar anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, uang panai juga diartikan sebagai uang belanja. Nilai uang tersebut sebagai syarat adat untuk membiayai pesta perkawinan untuk pengantin perempuan. Tentunya, nominal uang panai bernilai cukup tinggi.
Bagi mereka yang bukan berasal dari Suku Bugis, memiliki berbagai pendapat berbeda mengenai tradisi tersebut. Dalam pandangan masyarakat luas, tradisi uang panai ini justru membebankan calon pengantin pria. Mereka berpendapat seperti ini bukan tanpa alasan. Nah, berikut beberapa fakta menarik tentang uang panai yang harus kamu tahu!

Besarnya Uang Panai Ditentukan oleh Status Pendidikan dan Keturunan Pihak Perempuan

Tara Basro dan Daniel Adnan saat memakai baju pengantin adat Bugis Foto: Thomas Sito
Berbeda dengan mahar atau seserahan, uang panai ditujukan sepenuhnya kepada keluarga pihak perempuan. Besar uang panai tersebut beragam, dengan kisaran jutaan hingga ratusan rupiah. Nominal tersebut biasanya dilihat dari strata sang perempuan, baik dari kecantikan, keturunan bangsawan, pendidikan, hingga pekerjaan. Semakin tinggi strata perempuan yang ingin dinikahi, maka jumlahnya pun semakin besar.
ADVERTISEMENT
Misalnya, calon pengantin wanita mengenyam pendidikan hanya sampai pada tingkat SMA, uang panai yang harus disiapkan berkisar pada angka 50 juta. Lalu, untuk mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai tingkat S1, uang panainya bisa sampai 150 juta. Apalagi jika status pendidikan sudah sampai pada tingkat S2. Jumlah tersebut belum melihat status keturunan calon pengantin wanitanya belum lagi jika ditambah dengan jenis pekerjaan wanita tersebut.

Uang Panai sebagai Lambang Penghormatan kepada Perempuan

ilustrasi perempuan mengenakan dress. Foto: Shutterstock
Terlepas dari besarnya jumlah uang panai, tradisi ini sebenarnya ingin menyampaikan bahwa perempuan adalah sosok yang memang layak untuk dihargai lebih. Bukan ingin menjual anak perempuan seperti kebanyakan pikiran masyarakat, hanya saja tradisi uang panai suku Bugis-Makassar ini mengisyaratkan bahwa memang seperti itulah perjuangan untuk mendapatkan perempuan pujaan hati.
ADVERTISEMENT

Uang Panai sebagai Bukti Pengorbanan dan Kesungguhan Laki-Laki Meminang Perempuan

Uang panai dalam suku Bugis sudah menjadi tradisi turun-temurun. Simbol penghargaan kepada perempuan tersebut menjadi bukti kepada orang tua sang perempuan, jika calon suaminya memiliki kesungguhan untuk mengupayakan uang panai.
Besar uang panai ini juga menjadi faktor rendahnya perceraian di suku Bugis. Tingginya harga panai akan membuat laki-laki berpikir seribu kali untuk bercerai, apalagi setelah berkorban mengupayakan uang panai dengan nilai fantastis.

Uang Panai Bisa Menjadi Tanda Penolakan Lamaran

Besar nominal uang panai biasanya disebutkan oleh pihak perempuan. Besar uang tersebut bisa menjadi tanda untuk menolak lamaran seorang laki-laki. Pihak perempuan bisa mematok nominal yang tinggi dan tidak bisa dijangkau oleh laki-laki, sebagai tanda penolakan secara halus.
ADVERTISEMENT
Uang panai dalam pernikahan Suku Bugis mengakibatkan tingginya kasus kawin lari. Sebagian besar dikarenakan tidak sanggup untuk membayar uang panai. Tidak hanya kawin lari, beberapa pasangan juga melakukan bunuh diri karena tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi syarat pernikahan tersebut.
Bekerja keras belum bisa menjadi jaminan terpenuhinya syarat dalam tradisi uang panai suku Bugis Makassar ini. Sudah banyak laki-laki yang meninggalkan kekasihnya untuk kemudian menikah dengan perempuan lain yang tidak terlalu tinggi uang panainya.