Konten dari Pengguna

ChatGPT4o: Gelombang AI Baru, Peluang Industri Digital Indonesia

Keysha Natalie
Mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya, Jurusan International Business Management Regular Class sedang mengampu mata kuliah International Corporate Strategy
21 April 2025 14:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Keysha Natalie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penulis: Keysha Jeanne Natalie, mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
zoom-in-whitePerbesar
Penulis: Keysha Jeanne Natalie, mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
ADVERTISEMENT
Ketika OpenAI memperkenalkan ChatGPT-4o (omni) pada April 2024, dunia teknologi dibuat terkesima. Model ini bukan hanya lebih cepat dan cerdas dari pendahulunya, tetapi juga mampu memproses teks, suara, gambar, dan video secara simultan. Dalam hitungan minggu, ChatGPT 4o menjadi salah satu alat produktivitas paling banyak digunakan di dunia.
ADVERTISEMENT
Di balik popularitasnya, muncul pertanyaan penting: Bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan gelombang teknologi ini, bukan hanya sebagai konsumen, tetapi sebagai inovator dan pelaku industri?

AI dan ChatGPT di Indonesia: Tren Awal yang Menjanjikan

Menurut laporan Google, Temasek & Bain & Company (e-Conomy SEA 2023), ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai US$360 miliar pada 2030, menjadikannya yang terbesar di Asia Tenggara. Teknologi AI dan otomasi adalah salah satu pendorong utama.
Platform seperti ChatGPT sudah mulai digunakan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia, terutama untuk:
1. Customer service berbasis chatbot
2. Penulisan konten marketing otomatis
3. Analisis data internal & riset pasar
Namun, penggunaan ChatGPT masih dominan pada tahap eksploratif dan belum masif pada sektor industri strategis seperti pendidikan, pertanian, hukum, atau layanan publik.

Potensi Industri Baru Berbasis AI

Kemampuan ChatGPT 4o membuka peluang baru di berbagai sektor. Berikut beberapa industri yang bisa tumbuh di Indonesia:
ADVERTISEMENT
1.AI EduTech (Pendidikan Berbasis AI)
Penggunaan tutor digital cerdas bisa menjangkau wilayah 3T, mempersonalisasi kurikulum, dan mengatasi kekurangan tenaga pengajar berkualitas.
2. AI Legal Assistant (Hukum & Regulasi)
Startup berbasis GPT sudah dikembangkan di AS untuk menganalisis dokumen hukum. Di Indonesia, sektor hukum bisa terbantu dengan penerjemahan regulasi, pengecekan kontrak otomatis, dll.
3. AI Content & Creative Industry
Industri kreatif seperti penulisan naskah, desain, video editor bisa dibantu AI. Hal ini bisa memicu gelombang baru solopreneur dan agensi kreatif skala mikro.
4. Pusat Pelatihan AI Lokal
Dengan potensi talenta digital yang besar, Indonesia bisa membuka AI Academy berbasis kemitraan kampus-startup-pemerintah.

Tantangan Nyata: Etika, Regulasi, dan Literasi

Tapi bukan berarti semuanya mulus. Beberapa tantangan perlu segera diatasi:
ADVERTISEMENT
1. Regulasi AI belum matang
Saat ini belum ada undang-undang khusus tentang penggunaan AI di Indonesia, terutama terkait data pribadi, hak cipta konten buatan AI, dan penyalahgunaan.
2. Literasi teknologi rendah
Data BPS 2023 menunjukkan hanya sekitar 25% tenaga kerja di Indonesia yang memiliki literasi digital menengah ke atas.
3. Ketergantungan pada platform asing
Sebagian besar solusi AI saat ini dibangun di luar negeri. Ini membuat Indonesia hanya menjadi pasar, bukan produsen teknologi.

Rekomendasi Strategis untuk Indonesia

Untuk bisa mengambil posisi strategis di tengah gelombang AI global, berikut langkah-langkah yang bisa dipertimbangkan:
1. Investasi pada R&D lokal AI
Pemerintah bisa memberikan insentif pajak untuk startup AI dan membangun sandbox uji coba teknologi.
2. Mendorong adopsi AI di sektor publik dan pendidikan
ADVERTISEMENT
Ini akan memperluas akses dan mempercepat adaptasi teknologi.
3. Kolaborasi antara kampus dan industri
Talenta digital perlu dipersiapkan dari hulu lewat kurikulum baru dan pelatihan berbasis proyek AI nyata.

Kesimpulan

ChatGPT 4o hanyalah permulaan. Di balik teknologi canggih ini tersembunyi peluang besar bagi Indonesia untuk membentuk wajah baru industrinya. Jika dikelola dengan visi dan strategi yang tepat, AI bukan hanya alat bantu—tapi bisa menjadi tulang punggung ekonomi digital masa depan.
Penulis: Keysha Jeanne Natalie, Mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya